Sejarah Mungkin Saja Terulang, Crypto akan Jadi Buih?

Share :

Portalkripto.com– Periode 1994 hingga 2000 internet sedang dalam fase booming seiring dengan perkembangan infrastuktu jaringan dan kepemilikan komputer pribadi yang massif. Fenomena ini menjadikan sejumlah pengusaha dan investor besar berspekulasi untuk membuat perusahaan teknologi internet. 

Tak cukup di situ, perusahaan yang terbawa arus dot com tersebut pun dengan rasa percaya diri melempar sahamnya ke publik. Investor ritel pun sama latahnya, mereka berinvestasi di perusahaan manapun yang berakhiran dotcom. 

Namun, di tahun 2000 an justru fenomena ini malah berbalik arah. Bukannya untung, sejumlah perusahaan yang mengadopsi teknologi internet malah banyak yang bangkrut. Fenomena ini dikenal sebagai dotcom bubble atau internet bubble. 

Hanya ada sejumlah perusahaan yang mampu bertahan di tengah gelombang ini. Apa alasannya? Salah satunya, karena, kebanyakan dari mereka tidak memilki visi perusahaan yang jelas. Mereka hanya terbawa arus dotcom tanpa memikirkan utilitasnya. 

LIHAT JUGA:Mengupas Token ASIX: Marketcap Gemuk Tapi Platform Belum Berjalan

Padahal, pada periode 1999, 39% dana pemodal ventura dialirkan untuk perusahaan internet. Serta hampir setengah dari IPO pada tahun itu dilakukan oleh perusahaan internet (295 dari 457). Di tahun-tahun tersebut pemodal ventura sangat mudah dalam memberikan pendanaan ke perusahaan rintisan yang berakhiran dotcom. 

Akankah Sejarah Berulang?

Sepintas sejarah dari fenomena internet bubble ini mirip dengan apa yang sedang dialami dalam industri crypto. Di mana dalam 3 tahun terakhir bermunculan startup dengan basis teknologi blockchain dan cryptocurrency. Berdasarkan data di Coinmarketcap, total token atau aset crypto yang terdaftar lebih dari 9000 aset. Data lain menunjukan ada sekitar 16 ribu aset yang saat ini ada di dunia. 

Apakah dengan banyaknya perusahaan rintisan yang menggunakan crypto malah akan merugi dan tenggelam dalam euforia ini?

Sebuah riset yang dilakukan oleh Wells Fargo (Februari, 2022), saat ini industri crypto telah berada dalam fase hyper adoption. Fase ini mirip saat gelombang internet terjadi di tahun 1990. Apabila merujuk pada sejarah, fase ini tak lama akan meningkat menjadi ​​hyper-infliction. Di mana gelombang akan pecah dan menyisakan perusahaan yang benar-benar memilki kemampuan baik secara pendapatan maupun pemanfaatan teknologinya. 

“Investasi tahap awal seringkali penuh dengan siklus boom dan bust yang keras, seperti yang dapat dibuktikan oleh perusahaan titik dan investor dari 20 tahun yang lalu,” tulis para peneliti di Wells. “Lebih dari 16.000 cryptocurrency ada saat ini, dan jika sejarah adalah panduan, banyak yang akan gagal (atau setidaknya gagal untuk mengukur),” ujar laporan tersebut dikutip dari Marketwatch.com. 

Wells Fargo memperingatkan pada fase ini investor harus bersabar dan berhati-hati dalam investasi aset kripto. Mereka merekomendasikan investor untuk mencari manajemen profesional melalui penempatan pribadi, daripada membeli kripto langsung dari bursa atau berinvestasi dalam dana yang diperdagangkan di bursa berjangka bitcoin.

Pada perdagangan hari, Rabu, 16 Februari 2022, kapitalisasi pasar crypto berada di level $1,985 triliun. Bitcoin masih mendominasi 42% pasar crypto, disusul oleh Ethereum yang menguasai pasar 18,9%. Kapitalisasi pasar crypto hampir menyentuh $ 3 ribu triliun pada akhir 2021. 

PENULIS: IQBAL LAZUARDI/PORTALKRIPTO.COM

Kumpulkan terus PKO Poin kalian dengan membaca dan mengunjungi website portalkripto.com. Bakal ada hadiah menarik bagi pengumpul PKO Poin terbanyak.