Bitcoin: Rp. 1.592.224.765 | 24h: -1.18%Ethereum: Rp. 53.378.693 | 24h: -0.91%Solana: Rp. 2.350.015 | 24h: -1.24%Resolv: Rp. 2.943 | 24h: 18.29%XRP: Rp. 37.703 | 24h: -0.54%Hyperliquid: Rp. 641.813 | 24h: -1.47%Hifi Finance: Rp. 1.984 | 24h: 0%Zerebro: Rp. 463 | 24h: -12.25%Aster: Rp. 20.675 | 24h: 6.25%
Lihat Market

Pemicu Harga Bitcoin Terus Turun, Investor dan Ritel Tunjukan Tren Pelemahan

Share :

đźź  Ringkasan

  • Harga Bitcoin kembali turun ke bawah $107.000 pada 4 November 2025, mencatat penurunan lebih dari 3% dan menyeret altcoin hingga 10%.
  • Trader menilai pasar sedang menguji ulang area support di sekitar $101.000–$106.000, dengan volatilitas tinggi diperkirakan berlanjut sepanjang pekan.
  • Likuiditas ETF Bitcoin melemah dengan net outflow selama tiga hari berturut-turut, menandakan penurunan minat institusional.
  • Investor ritel juga mulai mundur dari pasar, tercermin dari penurunan alamat aktif Bitcoin hingga 26% dalam setahun terakhir.

Harga Bitcoin kembali turun ke level di bawah $107.000 pada penutupan pasar harian, 4 November 2025. Penurunan ini mengakibatkan kerugian mencapai lebih dari 3% dan sejumlah altcoin ikut merasakan dampaknya dengan penurunan rata-rata lebih dari 10%.

Para trader menilai, pergerakan Bitcoin saat ini menjadi pertanda pasar sedang mencoba untuk menguji ulang harga terendah BTC. Trader CrypNuevo memperkirakan bahwa pekan ini bisa menjadi salah satu periode perdagangan tersulit pada kuartal IV tahun ini.

“Sejujurnya, sepertinya ini bisa menjadi pekan paling sulit di Q4,” tulisnya dalam utas di X. “Ini membuat saya berpikir kita mungkin akan bergerak dalam pola sideway (range-bound), jadi saya perlu mewaspadai potensi uji ulang titik terendah.”

CrypNuevo menyoroti bahwa area terendah Bitcoin memiliki konfluensi penting dengan Exponential Moving Average (EMA) 50 minggu di sekitar $101.150, menjadikannya target potensial sebagai level dasar harga.

BTC/USDT 12-hour chart. Sumber: CrypNuevo/X

Area tersebut terakhir kali tersentuh saat terjadi penurunan cepat dari level tertinggi sepanjang masa $126.200 pada Oktober lalu. “Itu adalah support yang sangat kuat, jadi kemungkinan kita akan melihat pantulan agresif dari sana,” tambahnya.

Sementara itu, trader Daan Crypto Trades menyoroti likuiditas di order book bursa sebagai acuan target harga jangka pendek.

“Ada dua level likuiditas besar yang terbentuk selama akhir pekan,” tulisnya. “Harga telah menembus batas bawah di $108.500, tapi masih ada kluster likuiditas di sekitar $112.000. Jika dilihat lebih luas, area $105.000–$106.000 dan $117.000 menjadi level penting yang perlu diperhatikan.”

BTC order-book liquidity heatmap. Source: Daan Crypto Trades/X

Analis lain, Mark Cullen, memperingatkan bahwa likuiditas di area bawah mungkin terlalu menggoda bagi pasar.

“Bitcoin terlihat lemah, dan zona likuiditas bawah sedang memanggil, tapi apakah kita akan melihat satu dorongan terakhir ke atas sebelum koreksi lebih dalam dalam beberapa hari atau minggu mendatang?” ujarnya di X. “Kita tunggu reaksi pasar saat AS mulai bertransaksi hari ini.”

Peluang Pemulihan Harga Bitcoin Melemah

Meskipun secara historis enam bulan terakhir setiap tahun merupakan periode terbaik untuk pasar saham, kripto tampak tidak mengikuti pola tersebut.

Bitcoin tercatat turun 2% pada November, melanjutkan tekanan setelah performa Oktober terburuk sejak 2018.

Data CoinGlass menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan Bitcoin di bulan November sejak 2013 mencapai lebih dari 40%, namun kali ini pasar menunjukkan arah sebaliknya.

Pasar prediksi Polymarket memperkirakan peluang Bitcoin menutup bulan di atas $120.000 hanya 33%, dan 60% untuk level $115.000. Sementara itu, Crypto Fear & Greed Index masih berada di zona “fear,” belum mencerminkan penurunan terbaru ke $107.000.

Laporan dari Santiment menyebut bahwa penurunan ke level ini telah memicu lonjakan prediksi harga di bawah $100.000. “Pasar sering bergerak berlawanan dengan ekspektasi mayoritas, jadi kemungkinan reli sementara tetap terbuka di tengah meningkatnya rasa takut,” tulis Santiment.

Perang Dagang Mereda, Tapi The Fed Tetap Agresif

Kabar positif mendominasi pasar saham setelah muncul optimisme atas kesepakatan dagang AS–China. Futures S&P 500 dibuka menguat tipis setelah pasar mencerna rencana penghapusan tarif dan pembatasan terhadap logam tanah jarang serta chip otomotif asal China.

“Ini adalah de-eskalasi terbesar sejauh ini,” tulis The Kobeissi Letter.

Namun, meskipun saham mendapat angin segar, kripto justru mengalami tekanan. Korelasi Bitcoin dengan saham juga melemah. Analis makro Jordi Visser menjelaskan bahwa kini hanya saham-saham teknologi besar yang masih memiliki korelasi dengan pergerakan BTC.

BACA JUGA: Pasar Kripto Melemah: Ketegangan The Fed dan China Tekan Harga Bitcoin di Bawah $107.000

“Selama bertahun-tahun, arah Bitcoin bisa diprediksi dari Nasdaq. Tapi korelasi itu telah benar-benar hilang sejak Desember 2024,” tulisnya.

Sekitar 20% dari laporan keuangan perusahaan di S&P 500, termasuk AMD dan Palantir, akan dirilis dalam pekan ini. Sementara itu, ketidakpastian ekonomi AS meningkat di tengah sikap Federal Reserve yang kian hawkish.

Peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Desember turun menjadi 63%, menurut CME FedWatch Tool. Meski begitu, analis dari Mosaic Asset Company menyebut bahwa rencana penghentian quantitative tightening (QT) oleh The Fed bisa menjadi faktor bullish bagi pasar.

“Langkah ini menghentikan salah satu sumber utama penyedotan likuiditas di pasar keuangan,” tulis mereka.

BACA JUGA: Perusahaan Publik Stop Akumulasi Bitcoin dan ETH, Sinyal Keyakinan yang Mulai Luntur?

Permintaan Institusional Melemah

Minat institusional terhadap Bitcoin kembali disorot setelah harga BTC tertinggal dibanding saham dan emas. Data Farside Investors menunjukkan tiga hari berturut-turut net outflow dari ETF Bitcoin spot AS hingga 31 Oktober, dengan dana BlackRock (IBIT) menyumbang lebih dari $500 juta dari total penarikan.

US spot Bitcoin ETF netflows (screenshot). Source: Farside Investors

Pendiri Capriole Investments, Charles Edwards, menyebut tren ini mengkhawatirkan: “Untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, pembelian institusional bersih turun di bawah suplai harian hasil penambangan,” ujarnya.

Kondisi serupa terakhir terjadi sebelum Bitcoin jatuh ke kisaran $75.000 pada April lalu. Namun analis Jordi Visser melihat perkembangan ETF ini sebagai bagian dari proses maturasi Bitcoin sebagai kelas aset makro jangka panjang.

“Dulu pasar tidak bisa menyerap transaksi besar, tapi sekarang ETF memberi likuiditas institusional. Pasar Bitcoin sudah jauh lebih matang,” katanya.

Investor Ritel Mundur dari Pasar

Sejak harga Bitcoin turun hampir 20% dari rekor tertinggi, investor ritel mulai menghilang dari pasar. Data CryptoQuant mencatat jumlah alamat aktif turun 26,1%, dari 1,18 juta di November 2024 menjadi 872.000 pada Oktober 2025.

“Absennya investor ritel mengurangi aktivitas jaringan dan memperpanjang siklus pasar,” tulis analis Carmelo Aleman. “Tanpa likuiditas dan dorongan emosional mereka, fase pasar bisa bertahan lebih lama dari biasanya.”

Analis lain, Pelin Ay, menilai valuasi Bitcoin kini sudah jauh melampaui nilai jaringannya. Rasio Network Value to Metcalfe (NVM) mencapai 2,97, menandakan Bitcoin berada di zona overvalued berdasarkan ukuran aktivitas jaringan.