Anomali USDT, Volume Perdagangan Turun tetapi Kapitalisasi Pasar Naik

Share :

Portalkripto.com — Volume perdagangan stablecoin Tether (USDT) terpantau turun cukup signifikan. Menurut perusahaan peneliti pasar kripto Kaiko, pekan ini, volume perdagangan harian USDT berada di bawah Rp150 triliun untuk pertama kalinya sejak Maret 2019.

Data ini tampak tidak sinkron dengan fakta bahwa kapitalisasi pasar USDT terus meroket dalam beberapa bulan terakhir. Stablecoin yang berpasak dengan dolar AS ini tercatat memiliki kapitalisasi pasar Rp1,23 kuadriliun, terbesar di antara stablecoin lainnya.

Volume perdagangan vs kapitalisasi pasar USDT. (sumber: Kaiko)

Berdasarkan volume perdagangan dan kapitalisasi pasarnya, USDT menjadi stablecoin yang paling banyak digunakan di pasar kripto. Kapitalisasinya saat ini bahkan hampir menyentuh all-time high (ATH).

Valuasi USDT mencapai ATH pada Mei 2022 sebesar Rp1,24 kuadriliun. Momentum kenaikan kapitalisasi pasar tampaknya bisa kembali diraih USDT tahun ini, setelah AS mengalami krisis perbankan dan regulator AS menyerang stablecoin USDC dan BUSD yang menjadi pesaing USDT.

Sayangnya, volume perdagangan USDT justru turun tajam dari ATH pada Mei 2021 yang mencapai Rp30 kuadriliun. Diduga lesunya volume perdagangan USDT dipicu oleh penurunan pasar dan kebijakan exchange kripto Binance yang kembali memungut biaya trading untuk trading pair USDT.

Anomali dalam USDT

Direktur Riset Kaiko, Clara Medalie, mengatakan, biasanya jika volume perdagangan menurun, kapitalisasi pasar juga akan memiliki tren serupa mengingat use case stablecoin mayoritas ada dalam transaksi perdagangan.

Kapitalisasi pasar stablecoin USD Coin (USDC) dan Binance USD (BUSD) dalam beberapa bulan terakhir ini juga menurun seiring dengan berkurangnya volume perdagangan.

“Tapi kami tidak melihat tren ini dalam Tether,” ujar Medalie, dikutip Coindesk.

Volume perdagangan vs kapitalisasi pasar USDC. (sumber: Kaiko)

Menurutnya, diduga anomali ini terjadi karena adanya perubahan perilaku trader, yang berpindah dari exchange kripto AS ke exchange luar negeri/internasional. Hal tersebut disebabkan oleh regulator AS yang terus berupaya memisahkan kripto dengan sistem keuangan tradisional.

“Trader yang biasanya menggunakan dolar AS, tidak lagi bisa memilih opsi ini sehingga mereka beralih ke Tether,” katanya.

Kemungkinan lainnya, kata dia, berkaitan dengan blockchain Tron yang berbiaya lebih rendah dari Ethereum. Mayoritas token USDT diperdagangkan di jaringan Tron dan bahkan Binance memiliki alamat USDT terbesar di Tron.

“Mungkin ada hubungannya antara Tron, Tether, dan Binance. Mungkin pilihan market maker (di Tron) yang berbiaya rendah telah memasok likuiditas ke Binance melalui USDT,” jelasnya.

Stablecoin diketahui telah dianggap sebagai tulang punggung ekosistem aset digital, yang menjembatani mata uang fiat dengan kripto dan memfasilitasi perdagangan mata uang kripto.

DISCLAIMER : Bukan ajakan membeli! Investasi atau perdagangan aset crypto masih beresiko tinggi. Artikel ini hanya berisi informasi yang relevan mengenai aset kripto tertentu.