Portalkripto.com — Bear market kripto periode ini telah berlangsung sedikitnya 4 bulan, sejak kejatuhan Terra (LUNA) pada Mei lalu. Sejak itu, bear market telah memakan ‘korban’ di industri kripto, beberapa harus menghentikan layanan, yang lainnya menyatakan diri bangkrut.
Namun, ambruknya Terra bukan satu-satunya penyebab bear market. Pasar keuangan global juga tengah mengalami tantangan serius usai tingkat inflasi meroket. The Federal Reserve juga ikut ‘menyiram bensin ke dalam api’ dengan menaikkan suku bunga.
Beberapa orang tidak yakin tren bullish akan terjadi dalam waktu dekat. Keyakinan ini juga dimiliki oleh pendiri Solana, Anatoly Yakovenko.
Dalam podcast Decrypt, Yakovenko memprediksi, bear market masih bisa berlanjut hingga 12 sampai 18 bulan ke depan imbas dari sentimen hawkish The Fed.
“Melihat kondisi makro, saya menebak mungkin kenaikan suku bunga the Fed berimbas hingga 12 sampai 18 bulan lagi,” ujarnya.
Namun ia optimistis pasar kripto akan kembali menemukan jalannya untuk tumbuh. “Akan ada titik akhir. Seperti bear market terakhir (di 2018), akan ada banyak tim yang membangun proyek besar dan akan mendulang sukses,” ungkap Yakovenko.
The Fed terakhir menaikkan suku bunga pada 22 September lalu dalam Federal Open Market Committee (FOMC) meeting, sebesar 75 basis poin. Saat ini tingkat suku bunga di AS mencapai 3,25% dan diperkirakan masih akan terus naik hingga 3,8% hingga akhir tahun.
Pengetatan tersebut dilakukan The Fed untuk menekan tingkat inflasi AS yang mencapai 8,3%. Bank sentral AS tersebut membidik target penurunan inflasi hingga 2%.
Dolar AS ikut terimbas kebijakan The Fed. Indeks Dolar AS (DXY) sempat mencapai titik tertinggi di 114,10 pada 27 September lalu dan menekan mata uang-mata uang asing lainnya.
Sentimen Bullish dari Bloomberg
Pakar strategi komoditas senior di Bloomberg Intelligence, Mike McGlone, justru menyampaikan sentimen bullish terhadap Bitcoin. Dalam laporan Bloomberg Crypto Outlook yang dirilis 5 Oktober lalu, McGlone menuturkan, saat hampir seluruh aset tertekan oleh kenaikan suku bunga The Fed, Bitcoin tetap tenang dan justru mengalami kenaikan.
“Saat perekonomian pasang surut, kami melihat keberlanjutan Bitcoin, Ethereum, dan Bloomberg Galaxy Crypto Index mengungguli aset-aset utama lainnya,” ujar McGlone.
BACA JUGA: Analisis Pergerakan Harga BTC, ETH, BNB, dan UNI, 7 Oktober 2022
Ia mengungkapkan, Bitcoin tengah mengalami volatilitas yang cukup rendah terhadap Bloomberg Galaxy Crypto Index. Bloomberg Galaxy Crypto Index diketahui melacak komoditas global seperti emas dan minyak mentah.
Menurutnya, volatilitas yang rendah bisa menandakan Bitcoin sudah mencapai titik terendahnya dalam bear market kali ini. Secara historis, volatilitas Bitcoin kerap menurun saat kripto terbesar itu tengah bersiap untuk menyentuh titik tertinggi yang baru.
McGlone memperkirakan, di paruh kedua 2022, Bitcoin bisa beralih menjadi aset risk-off seperti emas dan obligasi AS. Hal ini berdasarkan pengamatannya terhadap volatilitas rendah Bitcoin sepanjang September.
Sebelumnya, Bitcoin sangat berkorelasi dengan saham teknologi yang memiliki volatilitas tinggi. Kedua aset tersebut masuk ke dalam aset berisiko (risk-on) yang selalu dihadapkan dengan aksi jual investor yang ingin mengurangi risiko kerugian.