Binance Dibayangi Aksi Pencucian Uang Kartel Narkoba

Share :

Portalkripto.com — Kartel narkoba di beberapa negara disebut telah memanfaatkan exchange kripto Binance untuk mentransfer ‘uang haram’ hingga $40 juta. Pernyataan ini disampaikan dalam hasil investigasi Drug Enforcement Action (DEA) AS, yang dilaporkan Forbes, 22 Desember 2022.

Binance sendiri ikut melakukan pelacakan bersama DEA sejak 2020. Dalam salah satu kasus, DEA menemukan seorang trader yang menukar uangnya dengan kripto di exchange.

Trader tersebut mengaku uang dengan nominal fantastis yang ia miliki berasal dari keuntungan rumah makan keluarga dan peternakan sapi. Namun, ternyata akun Binance miliknya digunakan untuk pencucian uang hasil dari narkoba.

Trader yang telah ditangkap pada 2021 itu dilaporkan telah melakukan 146 transaksi pembelian kripto dengan nilai lebih dari $42 juta. Kripto itu dijual lagi dengan total nilai $38 juta dalam 117 transaksi.

DEA memperkirakan, jual beli kripto dengan ‘uang haram’ hasil jual narkoba memberikan keuntungan kepada trader tersebut sebesar $16 juta.

Untuk menemukan kasus lain, agen rahasia DEA menyamar di berbagai platform trading seperti LocalBitcoins. Mayoritas kartel narkoba yang beroperasi berasal dari Meksiko, yang bergerilya tidak hanya di negaranya dan di negara tetangganya, AS, tetapi juga di Eropa dan Australia.

Menurut Chainalysis, aktivitas kriminal terkait kripto melonjak pada 2021. Alamat wallet para penjahat itu bahkan mengantongi hingga $14 miliar.

Masih Jadi Favorit Hingga Kini

CEO Binance Changpeng Zhao (CZ) mengatakan, sifat blockchain yang transparan membuat teknologi ini tidak cocok digunakan untuk aktivitas ilegal. Pernyataannya menjadi kontradiksi tatkala Binance justru menjadi tempat favorit para penjual narkoba untuk mencuci uang mereka.

Pada 13 Desember lalu, Departemen Kehakiman AS dilaporkan membuka kembali penyelidikan kriminal terhadap Binance CZ, dalam kasus dugaan pelanggaran terhadap regulasi anti-pencucian uang di Undang-undang (UU) Kerahasiaan Bank.

Kasus ini pertama kali diselidiki pada 2018 saat Kantor Kejaksaaan AS di Seattle melihat banyaknya pelaku kriminal yang menggunakan Binance untuk memindahkan dana secara ilegal.

Pada Agustus 2021, Binance mengakhiri kebijakan yang memungkinkan pengguna membuka akun hanya dengan alamat email. Hal ini karena pelaku kejahatan mulai dari pengedar narkoba Rusia hingga peretas Korea Utara telah mengeksploitasi fitur tersebut untuk memindahkan uang secara anonim melalui Binance.

Exchange terbesar di dunia itu juga telah mempekerjakan banyak penyidik AS berpengalaman dalam menangani kasus ilegal. Kepala Investigasi dan Intelijen Global Binance sekarang diisi oleh Tigram Gambaryan, eks penyidik di ​​Internal Revenue Service Criminal Investigation (IRS-CI), yang pernah menangani kasus Mt Gox dan Silk Road.

Namun, celah pelanggaran kepatuhan Binance masih tetap ada. Pada November 2022, misalnya, Binance dilaporkan telah memproses perdagangan perusahaan kripto Iran lebih dari $1 miliar yang berpotensi melanggar sanksi AS.

Entah langkah apa lagi yang akan dilakukan Binance, tetapi exchange itu masih dibayangi oleh aksi ilegal pencucian uang hingga saat ini.