Charles Hoskinson: Setelah Ditendang Ethereum, Sukses Bikin Cardano

Share :

Portalkripto.com — Teknologi industri kripto memang bergerak cepat dan dalam perjalanannya banyak mengalami tantangan dan masalah. Peretasan, eksploitasi, rug pull, kegagalan proyek, dan kehancuran monumental seperti Terra Luna dan FTX.

Ketika Terra runtuh pada awal Mei lalu, pendiri Cardano Charles Hoskinson mengingatkan lagi agar pelaku industri kripto sebaiknya jangan bergerak terlalu cepat. Ada baiknya untuk memperlambatnya dan lebih berhati-hati.

Ketika diwawancara Coindesk, Hoskinson menjelaskan pendiriannya.

“Jika Anda bergerak terlalu cepat, kita lihat apa yang terjadi dengan Luna dan peretasan senilai $10,5 miliar tahun lalu. Bukan cuma Anda yang mengalami kegagalan besar tapi juga semua orang kehilangan uang mereka,” katanya.

Sebaliknya, Charles mengatakan bahwa dia dan perusahaannya IOHK sengaja bergerak lebih lambat dalam membangun jaringan Cardano karena ingin bermain dalam waktu yang lebih lama. Waktu yang diukur bukan lagi dalam hitungan minggu, bulan, atau tahun tetapi dekade.

“Kami selalu mengatakan itu, bukan ingin menjadi yang pertama tetapi ingin menjadi yang terbaik. Orang-orang yang akan bertahan hidup adalah mereka yang diuji di bawah tekanan dan bagaimana mereka survive,” katanya.

Siapa Charles Hoskinson?

Charles Hoskinson lahir pada tanggal 5 November 1987 di Hawaii dari keluarga yang memiliki tradisi pendidikan kedokteran. Meskipun dia memilih jalur matematika dan keuangan, namun tradisi “kedokteran” dalam keluarganya memberikannya cara pandang baru dalam melihat suatu masalah dan memberikan jalan keluar yang lebih banyak untuk masa depan kripto.

Dia sempat kuliah di Metropolitan State University of Denver dan University of Colorado di Boulder namun tidak menamatkan pendidikanya.

Charles pertama kali menaruh minat pada dunia kripto pada masa-masa awal Bitcoin di tahun 2009-an. Pada saat itu, dia bergabung dengan tim kampanye kepresidenan Ron Paul, yang filosofinya didasarkan pada ekonomi Austria dan teori uang. Ron Paul berpendapat bahwa ekosistem moneter berbasis fiat tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang.

Namun sepak terjangnya dalam industri kripto baru benar-benar dijalaninya secara penuh pada tahun 2013 setelah dia resign dari pekerjaannya sebagai konsultan saat itu.

Charles diperkenalkan oleh Anthony Di Iorio ke dalam sebuah tim yang sedang merancang whitepaper Ethereum. Di dalam kelompok yang seluruhnya beranggotakan delapan orang tersebut terdapat Vitalik Buterin dan mereka sedang membahas masa depan peluncuran platform smart contract pertama (Ethereum).

Dia memainkan peran penting dalam peluncuran Etherum dengan merancang Initial Coin Offering (ICO). Dia juga dipercaya sebagai CEO dan berperan besar dalam tahap lepas landas Ethereum dengan mendaftarkan Ethereum Foundation di Swiss.

Namun perjalanan mereka menghadapi masalah serius.

Charles berselisih pendapat dengan tujuh orang lainnya tentang visi Ethereum. Dia menginginkan Ethereum Foundation dijalankan sebagai organisasi laba dengan menerima modal ventura dan menciptakan entitas nirlaba dengan struktur organsiasi yang lebih formal. Sementara lainnya yang dimotori Buterin ingin menjadikan Ethereum sebagai organisasi nirlaba dengan tata kelola sumber terbuka dan terdesentralisasi.

Akibat perselisihan yang tak ada jalan keluarnya itu, Charles akhirnya meninggalkan Ethereum pada Juni 2015. Pada saat dia keluar, kapitalisasi pasar Ethereum sudah mencapai $120 miliar.

Data diolah dari berbagai sumber. Grafis: Fakhrunnisa Khanifa/Portalkripto

Mendirikan Cardano

Setelah keluar dari Ethereum, Charles mengasingkan diri dari industri kripto selama enam bulan sambil merenungkan apa yang telah dia alami. Namun kecintaannya pada kripto membuatnya dia segera kembali.

Dia diajak oleh satu mantan rekannya di Ethereum, Jeremy Wood, untuk membentuk proyek baru bernama Input Output Hong Kong (IOHK). Tujuan proyek ini adalah untuk merancang ekosistem blockchain yang dapat diskalakan dan aman untuk lembaga pemerintah, lembaga akademik, dan perusahaan.

Charles menceritakan dia menginvestasikan dana beberapa ratus ribu dolar dan mulai mendapatkan kontrak untuk membangun mata uang kripto yang belakangan dikenal dengan sebuatan Cardano.

Menurut Charles, Cardano yang merupakan jaringan blockchain generasi ketiga, adalah hasil proposal klien IOHK yang menginginkan Ethereum versi Jepang. Pada awalnya, fokus Cardano hanyalah untuk pasar Jepang, dengan tujuan utama membangun inovasi yang menggabungkan aspek perdagangan, komputasi, dan kepatuhan. Proyek ini mengumpulkan $62 juta dari ICO 2017 dimana 95% di antaranya berasal dari investor Jepang.

Meskipun disebut sebagai blockchain kura-kura, platform ini telah berkembang secara signifikan sejak dirintis ke publik pada tahun 2017. Pada Januari 2018, Cardano mencapai kapitalisasi pasar sebesar $32 juta, menjadikannya koin terbesar kelima saat itu.

Banyak yang menilai Cardano sangat mirip dengan Ethereum dalam sejumlah hal, tapi visi Charles untuk Cardano sedikit berbeda. Dia ingin Cardano dibangun di atas fondasi ilmiah dan matematika yang kuat.

Roadmap Cardano dikembangkan melalui lima fase yaitu Byron, Shelley, Goguen, Basho, dan Voltaire. Setiap fase itu berpusat pada serangkaian fungsi yang disampaikan di beberapa rilis kode.

Meski fase tersebut dijalankan secara berurutan, namun pekerjaan untuk setiap fasenya dilakukan secara paralel, dengan penelitian, pembuatan prototipe, dan pengembangannya sering kali dilakukan sekaligus.

Fase pertama Byron menandai perkembangan teknologi penting pertama dan juga tentang membangun komunitas dan melibatkan orang-orang dalam menciptakan blockchain masa depan.

Fase kedua Cardano ditandai dengan upgrade Shelley pada tahun 2020, yang meningkatkan desentralisasi jaringan dan memungkinkan pengguna untuk mempertaruhkan token asli Cardano, ADA.

Segera setelah peluncuran jaring utama Shelley, Cardano merilis fase Goguen yang menambahkan kemampuan jaringan untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (DApps).

Fase selanjutnya adalah Basho yaitu tahapan pengoptimalan, meningkatkan skalabilitas dan interoperabilitas jaringan. Jika pada fase Gougen pengembangan berfokus pada desentralisasi dan fungsionalitas baru, maka pada fase Basho adalah tentang meningkatkan kinerja yang mendasari jaringan Cardano untuk lebih mendukung pertumbuhan dan adopsi aplikasi dengan volume transaksi yang tinggi.

Fase terakhir adalah Voltaire yang didedikasikan untuk tata kelola on-chain yang selesai pada akhir tahun 2020. Fase Voltaire merupakan kepingan terakhir yang diperlukan Cardano untk menjadi sistem mandiri. Dengan diperkenalkannya sistem voting dan treasury, pengguna Cardano dapat menggunakan saham dan hak suara mereka untuk menentukan perkembangan jaringan di masa mendatang.

Fitur yang paling membedakan Cardano dengan platform blockchain lainnya adalah Cardano dijalankan dengan menggunakan konsensus Proof-of-Stake (PoS). PoS dinilai lebih hemat energi dibandingkan dengan algoritma Bitcoin dan Ethereum Proof-of-Work (PoW). Tidak seperti PoW yang mengandalkan daya komputasi, konsensus PoS Cardano memanfaatkan model staking yang dilengkapi dengan algoritme Ouroboros. Sederhananya, ini adalah infrastruktur yang mengamankan jaringan Cardano, memfasilitasi validasi transaksi, dan pencetakan token ADA baru.

Filantropi Charles

Selain dikenal sebagai pendiri Cardano, Charles juga dikenal sebagai sosok yang karismatik dalam kegiatan filantropi. Dia aktif melakukan pemberdayaan komunitas, penyediaan sumber daya mansuia, dan percaya teknologi dapat membangun dunia yang lebih baik.

Ketika dia mulai menekuni industri kripto secara penuh di tahun 2013, Charles mendirikan sekolah online gratis bernama Bitcoin Education Project yang diikuti sedikitnya oleh 18.000 orang. Di kelas maya itu, dia bertemu dengan Buterin.

Sebagian keuntungan yang diperoleh setelah mendirikan Cardano diberikannya kepada lingkungan kampus.

Pada 2017, dia menyumbangkan dana untuk merombak laboratorium penelitian untuk belajar bitcoin di Universitas Edinburg dan Institut Teknologi Tokyo. Kemudian di tahun 2020, dia mensponsori $500.000 untuk laboratorium blockchain di University of Wyoming.

Sumbangan untuk dunia kampus terbaru adalah di tahun 2021, dimana Charles memberikan donasi sebesar $20 juta kepada Carnegie Mellon University (CMU) untuk mendirikan Hoskinson Center for Formal Mathematics.

Di luar kerjasamanya dengan lingkungan pendidikan tinggi, dia juga mengajak sejumlah pemerintah untuk meningkatkan literasi soal blockchain seperti yang dilakukannya negara Barbados. Sementara rekan-rekannya di IOHK juga mengajar sekelompok orang di Ethiopia untuk belajar soal coding.

Secara khusus, Charles memiliki perhatian lebih banyak untuk Afrika.

Dia percaya Afrika adalah tempat yang menarik dan menjanjikan untuk berbisnis dan menerapkan solusi teknologi. Menurutnya, sebagai besar populasi Afrika berada dalam usia muda yang tertarik untuk merangkul teknologi dan terbuka terhadap perubahan sistem yang akan memberi masa depan dan peluang ekonomi yang lebih baik.

Visinya itu diwujudkan dengan membangun komunitas di Afrika Selatan, Rwanda, dan Nigeria.