Bitcoin: Rp. 1.921.826.461 | 24h: 0.53%Ethereum: Rp. 54.364.958 | 24h: 7.23%XRP: Rp. 49.392 | 24h: 4.53%Solana: Rp. 2.772.526 | 24h: 4.7%Bonk: Rp. 1 | 24h: 18.04%ZeroLend: Rp. 1 | 24h: 0.82%Pepe: Rp. 0 | 24h: 3.92%Pudgy Penguins: Rp. 499 | 24h: -5.79%
Lihat Market

Cleve Mesidor: Ras Kulit Hitam Berhak Sejahtera dari Kripto

Share :

Portalkripto.com — Investor minoritas di Amerika Serikat (AS) lebih tertarik menanamkan investasinya dalam mata uang kripto dan non-fungible tokens (NFT) sejak akses mereka terhadap jenis investasi tradisional seperti saham dan real estate terbatas. Kelompok minoritas ini adalah warga kulit hitam dan keturunan Amerika Latin atau hispanik.

Menurut jajak pendapat Pew Research terhadap lebih dari 10.000 orang dewasa AS pada September 2021, secara keseluruhan 18% orang kulit hitam Amerika telah berinvestasi, memperdagangkan, atau menggunakan mata uang kripto. Sedangkan kulit putih jumlahnya lebih sedikit, 13%.

Sementara penelitian Charles Schwab and Ariel Investments pada tahun lalu menyebutkan, tingkat kepercayaan investor kulit hitam AS terhadap aset kripto sebagai investasi berisiko lebih kecil dibandingkan ras kulit putih. Investor minoritas ini juga cenderung membuat keputusan investasi berdasarkan media sosial atau dari sumber lainnya yang kurang kredibel.

Namun sayang, sikap bullish investor minoritas ini tidak dibarengi dengan pengetahuan yang memadai. Investor kulit hitam ini sangat rentan ketika pasar mata uang kripto runtuh. Mereka tertinggal dari ras kulit putih yang lebih paham dalam literasi keuangan. Padahal pengetahuan tersebut merupakan kunci untuk membuat keputusan investasi dalam industri kripto.

Kesenjangan dalam Kripto

Kondisi ini mengundang keprihatinan seorang edukator blockchain dan kripto yang pernah menjabat sebagai staf khusus Presiden AS, Barack Obama.

Cleve Mesidor mengakui bahwa komunitasnya memang tertinggal. “Kami warga kulit hitam seperti “terbuang” dari sistem keuangan perbankan,” katanya yang memimpin kelompok advokasi National Policy Network of Women of Color in Blockchain.

Bagi Medisor, mata uang kripto bukan sekadar aset yang bisa mendatangkan cuan. Lebih dari itu, kripto adalah pembuka jalan yang menawarkan jalur pemberdayaan ekonomi bagi orang kulit berwarna, khususnya perempuan. Itu sebabnya, setelah keluar dari Gedung Putih dia semakin fokus mengumpulkan lebih banyak wanita dan orang kulit berwarna untuk berpartisipasi.

Saat menjadi staf Obama di tahun 2013, Medisor ditugasi mempromosikan program ekonomi Gedung Putih dan kemitraan publik-swasta nasional untuk memajukan inovasi dan kewirausahaan. Tapi usulan programnya dilucuti di tengah jalan karena alasan politik. Dia kecewa. Tahun 2016, dia mulai belajar tentang kripto. Selama setahun penuh, dia mendalami bagaimana industri kripto bisa diterapkan dalam kebijakan pemerintahan AS dam kehidupan sehari-hari.

Salah satu temuannya adalah adanya kesenjangan gender, jenis kelamin, dan ras yang lebar. “Saat ini, kripto mungkin didominasi laki-laki, tetapi masa depan kripto adalah inklusif gender dan ras,” katanya.

Menurut Medisor, secara demografis, jumlah perempuan kulit hitam yang masuk industri kripto jumlahnya memang berkembang pesat. Namun tidak diikuti dengan pengetahuannya. Hal ini sebagian besar karena mereka seringkali menjadi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan anak-anak dan orang tuanya. Hal ini berdampak pada toleransi mereka terhadap risiko menjadi rendah.

Mesidor menempatkan masalah ini dalam bidang yang ia kuasai, merancang kebijakan. Dia mengatakan kenaikan ini adalah tren positif. Namun di saat bersamaan muncul kebutuhan yang lebih besar soal literasi keuangan dan pelatihan keterampilan.

Meningkatnya minat perempuan pada instrumen teknologi baru merupakan peluang untuk mempersiapkan demografi utama bagi tenaga kerja generasi berikutnya. Dia mengatakan pemerintah di level pusat dan negara bagian serta lokal harus lebih proaktif merancang strategi untuk memposisikan kelompok yang secara historis kurang beruntung untuk bersaing dalam ekonomi inovasi global dan mendorong ekuitas digital.

“Jadi ketika sampai pada bagian kebijakan, bagaimana kita membingkainya,” katanya.

Dia mencontohkan saat kemunculan internet di tahun 1990-an. Saat sedang ramai-ramainya, negara dan publik tidak memiliki waktu yang cukup untuk membahas bagaimana internet bisa diakses oleh semua warga negara AS.

“Saat itu, kami tidak mengantisipasi kesenjangan digital, tidak berbicara tentang inklusi. Lihatlah di mana sekarang kita berada. Internet didominasi oleh pria kulit putih kaya,” jelas dia.

Berkaca dari hal itu, dia tak mau kejadian serupa terjadi pada blockchain dan kripto.

“Harus ada pendekatan yang berbeda kali ini. Kami perlu memastikan bahwa kripto dapat diakses oleh semua kalangan. Saya sampaikan masalah ini kepada konstituen perempuan di kongres,” kata Mesidor.

Gerakan pemberdayaan perempuan dalam kripto ini bergerak bersamaan di sejumlah negara. Misalnya di Turki, Hilal Baktas memimpin gerakan perempuan dalam kripto dengan proyek Crypto Female. Dia percaya bahwa ketidaktahuan dan prasangka buruk terjadi karena kurangnya literasi teknologi, dan pendidikan di usia muda akan membantu mematahkan stereotip tersebut.

Pendiri shechain.co, Yuree Hong, juga sedang menjalankan misi untuk membuat industri blockchain lebih inklusif.

“Saya percaya semua jenis kerja sama akan memberdayakan inklusi perempuan dalam ruang blockchain. Kita dapat bekerja sama sehingga tumbuh dan menjadikan industri ini lebih inklusif,” katanya.