Bitcoin: Rp. 1.921.098.205 | 24h: 0.68%Ethereum: Rp. 54.505.469 | 24h: 7.33%XRP: Rp. 49.479 | 24h: 4.89%Solana: Rp. 2.783.526 | 24h: 5.34%Bonk: Rp. 1 | 24h: 21.09%ZeroLend: Rp. 1 | 24h: 3.34%Pepe: Rp. 0 | 24h: 4.8%Pudgy Penguins: Rp. 507 | 24h: -3.67%
Lihat Market

Fundamental Core DAO, Blockchain Konsensus Satoshi Plus yang Kawinkan PoS dan PoW

Share :

Portalkripto.com — Core DAO menjadi salah satu proyek yang cukup mencuri perhatian di jagat kripto pada awal tahun 2023. Proyek yang baru meluncurkan mainnetnya pada 14 Januari 2023 ini bahkan sempat beberapa kali merajai trending topic Twitter, serta masuk ke dalam kategori top search di CoinMarketCap dan Coingecko.

Proyek yang dijalankan di atas rel Core blockchain ini bercita-cita untuk menjadi salah satu komunitas DeFi yang paling aman dan inklusif. Terlepas dari kenyataan bahwa ini masih dalam tahap awal, proyek ini langsung mendapat banyak perhatian setelah diperkenalkan secara publik.

Lantas, apa itu Core DAO?

Sekilas Core Blockchain

Core DAO adalah blockchain Layer-1 (L1) yang menggabungkan keunggulan desentralisasi dan keamanan Bitcoin dengan skalabilitas serta utilitas blockchain Ethereum.

Core DAO memelopori mekanisme konsensus baru bernama “Satoshi Plus”, yang merupakan perkawinan kompleks antara konsensus Proof-of-Work (PoW) Bitcoin dan Proof-of-Stake (PoS) Ethereum. Intinya konsensus Satoshi Plus ini mencoba mengatasi kelemahan yang ada dalam PoW dan PoS, di mana PoW lemah dalam hal skalabilitas, sedangkan PoS lemah dalam dukungan desentralisasi.

Core DAO dirancang untuk meningkatkan kekuatan protokol dengan menggabungkan kekuatan masing-masing blockchain sambil mengurangi kelemahannya.

Bitcoin sebagai blockchain pertama yang memperkenalkan PoW, memiliki kelebihan dari segi desentralisasi dan keamanan. Protokol Bitcoin divalidasi dan diamankan oleh node komputer milik penambang dengan jumlah tak terbatas. Siapapun dapat menjadi peserta dalam mengamankan dan memvalidasi transaksi pada jaringan Bitcoin. Sayangnya, protokol Bitcoin ini memiliki kelemahan skalabilitas. Blockchain Bitcoin berjalan sangat lamban dan hanya dapat memproses sekitar tujuh transaksi per detik.

Blockchain Core, seturut klaim pengembang, dibuat untuk meningkatkan skalabilitas Bitcoin dengan throughput yang lebih tinggi. Throughput adalah ukuran seberapa cepat blockchain memproses transaksi, yang umumnya dinyatakan dalam hitungan detik atau transactions per second (TPS), menit (TPM) serta jam (TPH).

Blockchain PoW seperti Bitcoin cenderung memiliki throughput yang lebih rendah bila dibandingkan dengan jaringan PoS seperti Ethereum, Cardano, atau Solana. Namun, sayangnya PoS memiliki kelemahan dalam hal desentralisasi karena hanya melibatkan beberapa node validator yang memiliki standar kualifikasi tertentu.

Untuk menjadi validator di jaringan Ethereum misalnya, jumlahnya dibatasi dan tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Seseorang perlu memiliki paling tidak modal 32 Ether (ETH) untuk menjadi validator Ethereum. Contoh lainnya adalah protokol PoS di jaringan BNB Smart Chain, yang hanya membatasi validator sebanyak 44 node di mana setiap validator harus memenuhi sejumlah ketentuan yang dipersyaratkan, termasuk modal 10.000 BNB untuk distaking.

Faktor standar kualifikasi validator ini menjadikan protokol PoS terasa kurang desentral lantaran menerapkan kriteria khusus, berbeda dengan jaringan PoW Bitcoin yang dinilai lebih desentral karena tidak menetapkan standar kualifikasi bagi node miners, meskipun sebetulnya ada standar tak tertulis dalam bentuk keharusan adanya mining rig alias peralatan komputasi penambangan tertentu yang juga tidak bisa dibilang murah dan aksesibel bagi siapapun.

Karena tidak melibatkan ribuan node komputer khusus yang beroperasi secara bersamaan untuk memecahkan teka-teki kriptografi, jaringan dengan protokol PoW memiliki keunggulan lain, yakni lebih hemat energi dan ramah lingkungan.

Karena lebih sedikitnya validator jaringan, protokol PoS tidak memerlukan banyak komputer untuk bekerja untuk mencapai konsensus. Akibatnya, throughput akan meningkat dan kemampuan untuk memproses transaksi menjadi lebih cepat.

Tujuan inti dari Core DAO adalah untuk memecahkan masalah skalabilitas, keamanan, dan desentralisasi atau yang lebih dikenal sebagai trilema blockchain. Trilema blockchain mengacu pada gagasan bahwa secara praktis sangatlah sulit untuk membangun blockchain yang aman, dapat diskalakan, dan terdesentralisasi sekaligus.

Sumber: Core Whitepaper

Secara teoretis, setiap pengembang yang membuat blockchain harus melepaskan salah satu dari tiga karakteristik itu. Bitcoin misalnya, aman dan terdesentralisasi, tetapi tidak dapat diskalakan secara khusus.

Teknik konsensus Satoshi Plus diklaim mampu memungkinkan Core DAO untuk menggunakan mekanisme dari banyak blockchain secara bersamaan. Core berambisi untuk menyelesaikan problem desentralisasi via adopsi jaringan Bitcoin, sambil pada saat yang sama, mengadopsi protokol Delegated PoS yang menunjang skalabilitas blockchain.

Dalam praktiknya, Core mengandalkan model partisipasi konsensus jaringan yang rumit. Blockchain ini memiliki 21 validator yang bergonta-ganti setiap 200 blok. Proses pemilihan validator mengikuti formula yang kompleks, di mana validator dipilih dari mekanisme konsensus PoW dan DPoS.

Selain itu, ada Relayer dan Penambang Bitcoin yang dapat berpartisipasi dalam jaringan Core. Relayer memiliki tugas untuk membagikan informasi dari Bitcoin ke jaringan Core, sementara Penambang dapat bergabung dengan blockchain Core bila mendelegasikan kekuatan penambangan mereka ke validator.

Sedangkan protokol konsensus Satoshi Plus bekerja sebagai mekanisme untuk memakai kekuatan hash penambang Bitcoin yang didelegasikan kepada validator Core untuk menyinkronkan blok hasil penambang BTC dengan jaringan Core.

Core DAO juga memiliki Satoshi Mining App yang tersedia di Play Store. Tidak banyak penjelasan resmi tentang aplikasi ini, namun orang-orang menggunakannya sebagai alat mining atau penambangan.

Siapa Sosok di Balik Core DAO?

Sosok para penggagas atau founder Core DAO ini terbilang samar. Jejak tentang siapa yang ada di balik layar proyek sulit ditemui. Ada sedikit jejak berkaitan sosok yang diduga sebagai orang penting di balik Core. Dalam sebuah poster event bertajuk BlockSplit pada April 2022, sosok yang disebut sebagai founder dan kontributor Core DAO adalah Schwarze Katze. Sosok itu menggunakan nama samaran. Schwarze Katze dalam bahasa Indonesia artinya adalah kucing hitam.

Sosok lain yang terkenal di lingkaran Core DAO adalah Brendan Sedo, seorang developer Portugal yang sebelumnya pernah menjadi CEO Joist, aplikasi invoice keuangan untuk kontraktor.

Tokenomic Core

Core blockchain memiliki native coin bernama CORE. Koin ini memiliki sejumlah utilitas pokok, antara lain sebagai governance coin, pembayaran gas fee dan setoran staking di jaringan Core.

Total pasokan CORE mencapai 2,1 miliar. Dari total 2,1 miliar CORE, 39,99% atau 839.9 juta di antaranya didistribusikan untuk node penambangan. Reward node akan didistribusikan dalam jangka waktu 81 tahun untuk memastikan keselarasan insentif jangka panjang. Sisanya, distribusi CORE 25% diperuntukkan bagi pengguna, 15% untuk kontributor, 10% cadangan, 9,5% treasury, dan selebihnya untuk relayer.

Sumber: Core

Perkembangan Core Blockchain

Core Blockchain terus berkembang sejak pertama kali diluncurkan pada awal tahun 2023. Kini, sudah ada puluhan proyek yang menjadi bagian dari ekosistem Core.

Ekosistem Core terdiri dari ragam proyek seperti DeFi, launchpad, NFT, infrastruktur dan sebagainya. Beberapa proyek yang menjadi bagian dari ekosistem CORE tersebut antara lain ShadowSwap, ArcherSwap, IcecreamSwap, LFGSwap, LayerZero, OpenEx, SwitchBoard, dll. Beberapa wallet kripto kenamaan sepert OKX, Trust Wallet, MetaMask juga telah merambah ke ekosistem Core.

Berdasarkan catatan Defillama, total value locked (TVL) Core Blockchain mencapai $19,69 juta per 27 Maret 2023. Platform DeFi ShadowSwap dan ArcherSwap menjadi kontributor dominan di mana masing-masing menyumbang nyaris 40% TVL Core.

Sumber: Defillama

TVL Core ini lebih besar ketimbang beberapa proyek blockchain L1 lain seperti Bitgert dan Stellar, namun masih lebih kecil ketimbang Aptos ($36,62 juta), atau dua proyek L2 yang baru meluncurkan mainnet dan berada di tahap awal pengembangan seperti zkSync Era ($35,97 juta) dan Starknet ($2,25 juta).

Dari segi volume transaksi, aktivitas jaringan Core terbilang cukup padat. Tercatat sudah ada 30,38 juta transaksi dalam kurun kurang dari tiga bulan. Jumlah transaksi di Core blockchain, jauh melewati zkSync Lite dan zkSync Era di mana masing-masing membukukan 19,3 juta 1 juta transaksi. Bahkan, jauh melampaui transaksi proyek lain yang sempat jadi buah bibir: CryptoGPT, di mana proyek tersebut hanya mencatatkan 35.000 transaksi di jaringan Binance Smart Chain dan Ethereum.