Galaxy Research: Pasar NFT Bitcoin Bisa Sentuh Rp68 Triliun pada 2025

Share :

Portalkripto.com — Pasar nonfungible token (NFT) di jaringan Bitcoin diperkirakan bisa melonjak hingga $4,5 miliar pada 2025. Perkiraan ini disampaikan dalam laporan terbaru Galaxy Research yang dirilis pada Jumat, 3 Maret 2023.

Pada akhir Januari lalu, sebuah proyek bernama Ordinals berhasil meluncurkan kemampuan yang sama seperti minting NFT di jaringan Bitcoin. Ordinals memanfaatkan satoshi (unit terkecil dari mata uang Bitcoin) untuk menginskripsi data unik seperti gambar dan video.

Galaxy memprediksi, permintaan Inskripsi Ordinals akan terus tumbuh di tahun-tahun mendatang. Hingga pertengahan tahun ini dipastikan infrastruktur Inskripsi Ordinals akan terus dikembangkan.

“Hanya dalam dua bulan ini, wallet (Bitcoin) sudah menawarkan dukungan untuk meningkatkan pengalaman pengguna, dan marketplace sudah mulai bermunculan,” ujar Galaxy Research.

Jumlah Inskripsi Ordinals sampai saat ini sudah menyentuh lebih dari 250.000, menurut data Dune.

 

Jumlah Inskripsi Ordinals. (sumber: Galaxy Research)

Yuga Labs Berperan Penting

Yuga Labs, penerbit koleksi NFT Ethereum populer Bored Ape Yacht Club (BAYC) pada Senin, 27 Februari 2023, mengumumkan telah meluncurkan proyek NFT di jaringan Bitcoin. Pengumuman ini menunjukkan Inskripsi Ordinals telah menarik perhatian pemain-pemain lama yang bahkan telah berjaya di ekosistem NFT Ethereum.

“Keterlibatan Yuga (dalam NFT Bitcoin) akan mendorong seniman lain untuk melakukan inskripsi, yang nantinya mungkin juga akan menarik marketplace NFT besar seperti OpenSea,” ujar Galaxy.

Meski demikian, biaya inskripsi di jaringan Bitcoin mungkin akan lebih mahal daripada minting NFT di jaringan Ethereum. Menurut Galaxy, jika menginskripsi 10.000 NFT BAYC di jaringan Bitcoin, Yuga Labs harus mengeluarkan biaya sekitar $229.000 atau Rp3 miliar.

Menghindari hal itu, Yuga Labs hanya mengeluarkan koleksi terbatas dalam jaringan Bitcoin, yakni TwelveFold, yang hanya terdiri dari 300 NFT. Galaxy memprediksi, jika Ethereum menjadi rumah bagi koleksi NFT profil pictures (PFP) berbiaya rendah, maka Bitcoin bisa menjadi rumah bagi proyek NFT berkualitas tinggi yang berbiaya besar.

Menurut perusahaan research tersebut, prospek NFT Bitcoin ke depan akan sangat bergantung pada kesuksesan dan keberlanjutan pasar NFT yang lebih luas. “Jika ekosistem NFT tidak tumbuh, maka permintaan NFT Bitcoin akan terbatas,” kata Galaxy.

Pasar NFT yang sempat booming pada 2021 diketahui telah meredup pada 2022, yang sebagian disebabkan oleh anjloknya nilai Ether (ETH). Namun, di tahun ini, volume perdagangan NFT kembali menggeliat.

Pupusnya Harapan Kreator NFT di Bitcoin

Marketplace NFT Blur berhasil menarik pengguna untuk melakukan transaksi NFT dengan strategi pembagian airdrop. Namun keberhasilan Blur menyalip volume perdagangan OpenSea menjadi titik balik bagi kreator NFT.

Persaingan pasar dalam menarik pelanggan membuat marketplace-marketplace itu harus memangkas royalti kreator NFT, termasuk oleh OpenSea. Hampir semua marketplace sekarang menggunakan kebijakan opsional, menyerahkan kepada pelanggan apakah ingin membayar royalti atau tidak.

Kebijakan tersebut mencekik kreator NFT dan menghilangkan sumber pendapatan pasif mereka. Komunitas berharap Bitcoin dapat mengubah persaingan yang merugikan satu pihak ini.

Namun faktanya, jaringan Bitcoin sendiri tidak mendukung smart contract seperti Ethereum. Artinya, tidak ada cara bagi Bitcoin untuk menetapkan potongan royalti dengan otomatis secara on-chain bagi kreator.

“Tren dalam ekosistem NFT saat ini adalah berlomba-lomba meniadakan royalti, dan Inskripsi tidak bisa mengubahnya,” ungkap Galaxy.