📉 Ringkasan Berita
- Harga Bitcoin turun ke $103.300 karena trader mengurangi risiko menjelang keputusan suku bunga FOMC dan meningkatnya ketegangan Israel-Iran.
- Penurunan didorong oleh likuidasi leverage lebih dari $434 juta dalam futures BTC, disertai pelemahan on-chain dan musim lesu permintaan spot.
- Investor jangka menengah ambil untung $904 juta, namun investor jangka panjang tetap tahan posisi, memberi harapan pemulihan.
- Teknikal tunjukkan potensi pantulan dari level $102.000 menuju $112.000 atau bahkan $130.000 jika resisten $106.748 berhasil ditembus.
Harga Bitcoin (BTC) sempat tergelincir ke level $103.300 setelah para trader mulai mengurangi risiko menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dan pengumuman suku bunga yang dijadwalkan pada hari ini, Rabu 18 Juni 2025.
Koreksi ini juga mengikuti penutupan candle mingguan yang ditutup merah. Pola candle ini pun menandakan potensi pembalikan tren. Ketegangan geopolitik — khususnya konflik Israel-Iran — turut memperkuat sentimen risk-off di pasar.
Saat laporan ini ditulis, BTC berada di level $104,768, atau turun sekitar 2% dalam 24 jam terakhir.
Melemahnya Permintaan di Pasar Spot Bitcoin
Menurut agregator data pasar Bitcoin Vector, penurunan ini tidak semata karena faktor makro. Faktor musiman dan pelemahan pertumbuhan jaringan on-chain juga menunjukkan penurunan permintaan spot.

Dalam 24 jam terakhir, lebih dari $434 juta posisi futures BTC telah dilikuidasi, menandakan bahwa pergerakan harga saat ini didorong oleh leverage yang tinggi.
Meski begitu, Bitcoin Coinbase Premium Index — metrik yang membandingkan harga BTC di Coinbase dan Binance di platform data analytic CruptoQuant— tetap positif sepanjang Juni.
Indikator ini menunjukkan bahwa investor asal AS masih menunjukkan minat beli, meskipun dampaknya terhadap harga cukup terbatas karena kehati-hatian pasar secara umum.

Aksi Ambil Untung & Indikasi Tekanan Tambahan
Tekanan tambahan datang dari aksi ambil untung oleh kelompok “mid-cycle holders” (pemegang 6–12 bulan). Menurut data Glassnode aksi take profit ini telah merealisasikan keuntungan sebesar $904 juta pada hari Senin, 15 Juni 2025.
Kelompok ini menyumbang 83% dari total keuntungan realisasi, menggantikan posisi dominan dari pemegang jangka panjang (di atas 12 bulan). Ini menunjukkan perubahan dinamika pasar menuju pelaku yang lebih reaktif.

Meski demikian, perilaku investor jangka panjang masih memberikan sinyal positif. Peneliti Bitcoin Axel Adler Jr. mencatat bahwa long-term holders (LTHs) belum menunjukkan aksi jual besar-besaran — pola yang secara historis dianggap bullish.
Indikator MVRV Z-score yang sehat dan momentum Coin Days Destroyed (CDD) yang positif mengindikasikan aksi ambil untung yang selektif, bukan kepanikan.

Dalam siklus sebelumnya, kondisi serupa sering diikuti reli 18–25% dalam 6–8 minggu. Artinya, target harga $130.000 pada akhir kuartal II masih mungkin tercapai.
$102.000 Bisa Jadi Titik Terendah Sementara
Secara teknikal, Bitcoin mungkin akan menemukan bottom jangka pendek di kisaran $102.000–$104.000 — area yang merupakan kantong likuiditas padat dan blok order historis.
Indikator Bollinger Bands juga mengarah pada potensi lonjakan volatilitas. Dengan band tengah berada di dekat $106.000 sebagai resisten dinamis, harga yang berhasil pulih dan ditutup di atas $106.748 bisa membuka jalan menuju $112.000.
Namun, jika menembus di bawah $100.000, kemungkinan harga akan terkoreksi lebih dalam menuju $98.000.
Data dari Alphractal juga menandai $98.300 sebagai level support utama di mana short-term holders (STHs) masih dalam kondisi profit. Jika level ini ditembus secara agresif, maka struktur pasar berpotensi melemah lebih dalam.
“Selama Bitcoin masih bertahan di atas harga realisasi STH, kita masih bisa menganggap pasar dalam tren bullish. Tapi jika BTC kehilangan level $98K secara signifikan, bisa memicu penurunan lebih dalam,” ujar Alphractal.