Portalkripto.com — Perang litigasi antara Ripple Labs, entitas blockchain penyedia aset kripto XRP melawan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat terus berlanjut.
Pada 29 September 2022, hakim pengadilan AS memberikan hadiah kecil berupa kemenangan atas gugatan akses dokumen William Hinman, eks petinggi SEC yang pernyataannya digunakan Ripple untuk menyerang balik SEC.
SEC menyeret Ripple ke meja hijau setelah perusahaan itu dinilai menjual sekuritas via aset kripto XRP. Ripple dituduh mengumpulkan dana dengan menjual XRP dengan skema penawaran sekuritas yang tidak terdaftar kepada investor di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
SEC mengklaim bahwa XRP adalah sekuritas. Secara umum, sekuritas adalah instrumen keuangan yang diperdagangkan di mana pembeli atau investor mendapat hak kepemilikan perusahaan. Sekuritas dianggap tidak memiliki utilitas.
Perseteruan SEC vs XRP ini bermula setelah SEC mengajukan gugatan perdata pada akhir Desember 2020.
Saat itu, SEC melayangkan gugatan terhadap Ripple Labs Inc. dan dua petingginya, yakni Co-Founder Christian Larsen dan CEO Bradley Garlinghouse.
Gugatan dilayangkan komisi dengan tuduhan bahwa Ripple mengumpulkan dana lebih dari $1.3 miliar melalui penawaran sekuritas aset digital berkelanjutan yang tidak terdaftar.
Larsen dan Garlinghouse dituding mengumpulkan modal untuk membiayai bisnis perusahaan mulai tahun 2013, atau saat pertama kali XRP diluncurkan di pasar aset kripto digital.
Selain menyusun dan mempromosikan penjualan XRP yang digunakan untuk membiayai bisnis perusahaan, Larsen dan Garlinghouse juga dituding melakukan penjualan pribadi tak terdaftar sebesar XRP dengan total sekitar $600 juta.
Singkatnya, Ripple dianggap melanggar ketentuan pendaftaran undang-undang sekuritas federal.
“Kami menuduh bahwa Ripple, Larsen, dan Garlinghouse gagal mendaftarkan penawaran dan penjualan miliaran XRP mereka yang sedang berlangsung kepada investor ritel, yang membuat pembeli potensial kehilangan informasi yang memadai tentang XRP dan bisnis Ripple serta perlindungan jangka panjang penting lainnya yang mendasar bagi sistem pasar publik kita yang kuat,” kata Direktur Divisi Penegakan SEC, Stephanie Avakian dalam sebuah pernyataan resmi.
Premis tuduhan SEC ini berdasar pada pandangan komisi yang menyatakan bahwa XRP merupakan unit sekuritas. SEC berpendapat seharusnya XRP didaftarkan secara resmi dan mendesak Ripple menerbitkan laporan keuangan laiknya perusahan terbuka publik.
Buntut dari perkara tersebut, Coinbase mengumumkan delisting token XRP dari bursa pada 28 Desember 2020.
Pembelaan Ripple dan serangan balik SEC
Salah satu pembelaan awal yang dilayangkan Ripple adalah menyayangkan sikap SEC yang langsung melayangkan gugatan tanpa peringatan atau pemberitahuan terlebih dahulu. Mereka juga mempertanyakan mengapa SEC baru mempermasalahkan keberadaan XRP pada waktu itu, meskipun token ini sudah beredar sejak 2013.
CEO Brad Garlinghouse menanggapi gugatan tersebut dengan mengatakan bahwa XRP bukan sekuritas. Dia menyatakan bahwa klaim SEC tidak tepat, dan negara lain telah menetapkan aset kripto sebagai mata uang.
“Tidak ada satupun negara lain yang memandang XRP sebagai sekuritas. Lihat negara-negara seperti Inggris, Jepang, Swiss, Singapura, dan lainnya yang telah memperlihatkan dan memperjelas bahwa XRP adalah mata uang.”
Ripple juga menyatakan bahwa XRP harus dianggap sebagai mata uang virtual, laiknya Ethereum (ETH) dan Bitcoin (BTC).
Dalam sebuah pembelaan pada Januari 2022, Ripple mengutip pernyataan mantan Direktur Keuangan Perusahaan SEC William Hinman pada 14 Juni 2018 saat dia berbicara di Yahoo Finance All Markets Summit: Crypto di San Francisco.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa Hinman dan mungkin SEC secara keseluruhan, tidak melihat BTC dan ETH sebagai sekuritas.
Hinman kala itu menyebut bahwa jaringan ETH tidak tampak sebagai sekuritas, dengan mengesampingkan fakta bahwa pada saat kemunculannya kripto ETH juga menghimpun dana publik.
“Berdasarkan pemahaman saya tentang keadaan Ether saat ini, jaringan Ethereum dan strukturnya yang terdesentralisasi, penawaran dan penjualan Ether saat ini bukanlah transaksi sekuritas,” kata Hinman yang kemudian dikutip tim hukum Ripple dalam pembelaan.
Ripple berpendapat bahwa pernyataan Hinman bertentangan dengan premis SEC untuk menuding bahwa XRP adalah sekuritas.
SEC merespons dengan mendesak hakim agar tidak menggunakan pernyataan dan dokumen Hinman sebagai alat bukti di pengadilan, dengan menyatakan bahwa itu adalah “murni pendapat pribadi” yang tidak mencerminkan kebijakan komisi.
Pada 17 Juli 2022, hakim Sarah Netburn yang menangani perkara tersebut menolak desakan SEC untuk tidak menyertakan pernyataan Hinman sebagai alat bukti.
“Hinman mencari dan memperoleh nasihat hukum dari penasihat SEC dalam menyusun pidatonya, menunjukkan bahwa SEC mengadopsi posisi litigasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dan bukan karena kesetiaan yang setia kepada hukum,” kata Netburn seturut berkas pengadilan AS.
SEC yang tak mau kalah melakukan upaya hukum lebih lanjut. Namun upaya lembaga yang kini dipimpin Gary Gensler ini kembali gagal.
Teranyar pada 29 September 200, Hakim Pengadilan Distrik AS Analisa Torres memutuskan untuk merilis dokumen yang ditulis oleh Hinman.
Dia mengikuti jejak hakim Netburn yang menolak keberatan SEC untuk merilis dokumen Hinman.
Dugaan konflik kepentingan
Kontroversi gugatan SEC ini sempat dikemukakan lebih dalam oleh sebuah organisasi nirlaba, Empower Oversight yang menuding SEC punya konflik kepentingan dalam menangani regulasi aset kripto.
Beberapa mantan petinggi SEC dituding punya hubungan gelap dan menerima aliran duit dari sejumlah pihak yang punya kepentingan di industri kripto.
Hinman lagi-lagi terseret. Dia disebut-sebut menerima kucuran duit dari firma hukum Simpson Thacher yang terafiliasi dengan Enterprise Ethereum.
“William Hinman dilaporkan berpartisipasi dalam regulasi SEC tentang cryptocurrency sambil menerima jutaan dolar dari mantan tempat kerjanya, firma hukum Simpson Thacher.” demikian dalam pernyataan resmi Empower Oversight.
Hinman diketahui kembali bergabung dengan Simpson Thacher setelah jabatannya di SEC berakhir.
Selain Hinman, ada dua pejabat SEC lain yang namanya disebut dalam tudingan Empower Oversight, yakni Marc Berger dan eks ketua SEC Jay Clayton.
Berger merupakan sosok yang ikut melayangkan gugatan atas XRP Ripple. Ia juga bergabung dengan Simpson Thacher setelah keluar dari SEC. Sedangkan Clayton dipandang memperkuat aroma konflik kepentingan dengan menyatakan Bitcoin sebagai bukan sekuritas yang sempat memicu kenaikan harga BTC.
“Clayton menyatakan bahwa Bitcoin bukan sekuritas, dan nilainya naik.”
Setelah masa baktinya di SEC rampung, Clayton bergabung dengan hedge fund kripto, One River Asset Management, yang secara eksklusif menangani Bitcoin dan Ether.
Grafik XRP di Pasar Kripto
Proses hukum yang panjang dan berlarut-larut ini membuat Ripple sedikit banyak dirugikan. Selain sempat ditendang dari bursa Coinbase, gonjang-ganjing situasi hukum ini bikin banyak investor was-was.
Di sisi lain kemenangan demi kemenangan sementara Ripple secara de jure juga memberi sentimen positif untuk XRP.
Pada saat awal gugatan SEC di 2020, harga XRP merosot hampir 25%. Saat Ripple beroleh kemenangan atas gugatan dokumen Hinman pada April 2021, harga XRP naik hingga melebihi $1 dan menjadi yang tertinggi dalam 3 tahun terakhir.
Volume perdagangan 24 jam XRP juga sempat menyentuh angka tertinggi 365 hari di $7.80 miliar pada 23 September atau yang tertinggi sejak September 2021.
Pada 30 September pasca keputusan pengadilan yang memenangkan Ripple, tercatat harga XPR naik 15.8% dalam beberapa jam menjadi $0.5019, merujuk CoinMarketCap. Namun kenaikan ini tak bertahan lama. Data 24 jam terakhir per 3 Oktober menunjukkan XRP turun 6.75% dengan harga $0.4432.
Eksposur yang tinggi selama masa perang legal ini juga membuat XRP makin mengkilap di komunitas kripto.
Bagi SEC, situasi saat ini terbilang cukup buruk buat mereka. Kredibilitas SEC dipertaruhkan dalam kasus ini. Walau demikian, setidaknya mereka sudah berhasil ‘menjegal’ laju kemungkinan pertumbuhan eksponensial XRP dan aset kripto lainnya.