Portalkripto.com — Rabu, 27 November 2013, harga Bitcoin mencapai $1.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Catatan itu merupakan rekor penting. Bukan saja karena Bitcoin semakin berharga, namun juga lantaran $1.000 adalah milestone level psikologis yang layak dirayakan bagi entitas yang masih terpogoh-pogoh belajar berlari setelah empat tahun lahir ke dunia ini.
Peristiwa bersejarah itu membuat komunitas Bitcoin diselimuti nuansa gegap gempita. Namun tak semuanya larut dalam histeria. Ada sebagian di antaranya yang tak melulu memandang Bitcoin dari kacamata cuan. Para programer alturis yang melihat potensi revolusioner dari teknologi blockchain termasuk di antara barisan terdepan.
Vitalik Buterin, seorang programer paruh waktu berusia 19 tahun, tak begitu ambil pusing dengan apa yang baru saja terjadi– walaupun dia juga memegang beberapa keping Bitcoin kala itu. Ada yang lebih genting buat dirinya waktu itu, yaitu bagaimana ia dapat segera mengeksekusi gagasan yang kepalang minta dimuntahkan dari ujung sumbu otaknya.
Di waktu yang cuma datang sekali dalam trajektori perjalanan Bitcoin itu, dia mengirimkan muntahan gagasannya yang berceceran dari isi tempurung kepalanya itu ia kemas dan kirimkan kepada sejumlah kolega. Isi gagasan itu kurang lebih, Buterin kepingin membuat semesta ekosistem anyar buat cryptocurrency. Modelnya, tak cuma menjadikan kripto sebagai alat transaksi pengganti duit fiat, namun juga memanfaatkan teknologi blockchain untuk ragam transaksi data lainnya dengan fitur smart contract.
Dirangkum dari buku The Cryptopians karya wartawan Laura Shin, proposal itu dia kirimkan kepada sejumlah kolega, termasuk Anthony Di Iorio, pendiri Bitcoin Alliance of Canada sekaligus tandem saat bekerja pada Bitcoin Magazine. Anthony adalah orang bisnis dan pemasaran. Dia tak begitu mafhum perkara teknis pemrograman. Karena itu, ia meminta bantuan kepada temannya, Charles Hoskinson, seorang ahli matematika dari Colorado yang mendirikan proyek kursus online Bitcoin Education Project.
Ia terkesima dengan ide brilian Vitalik. Dia mengacungkan jempol dan menyarankan Anthony mendukung gagasan Vitalik. Anthony yang juga merupakan miliarder Bitcoin generasi awal, setuju dengan afirmasi Charles. Kepada Vitalik, dia menawarkan dana $150.000 untuk mengembangkan Ethereum.
Vitalik yang sebelumnya sudah punya reputasi bagus di kalangan komunitas online Bitcoin, juga mendapat respon positif dari sejumlah programer lainnya. Gavin Wood, seorang programer Inggris berusia 33 tahun, ikut kepincut. Pria yang sebelumnya menjual lampu party hasil kodingan kepada sejumlah kelab malam di London ini tertarik bergabung dalam proyek Vitalik.
Gavin kemudian berkorespondensi dengan Vitalik. Dia mendapat respon positif dan diajak bergabung. Sosok lain yang juga membangun korespondensi adalah Jeffrey Wilcke, seorang programer Belanda yang bekerja pada Mastercoin, salah satu altcoin generasi awal sekaligus kripto pertama yang melakukan initial coin offering (ICO).
Sosok Jeffrey ini belakangan tak terlalu dikenal seperti dedengkot Ethereum lainnya, namun ia adalah salah satu programer kunci yang ikut membangun fondasi jaringan Ethereum. Bersama-sama dengan Vitalik dan Gavin, dia membangun jaringan dengan tiga bahasa pemrograman berbeda. Tujuannya, supaya Ethereum tetap kokoh berdiri bila salah satu program itu kena retas.
Ethereum pertama kali diumumkan ke publik dalam konferensi Bitcoin Amerika Utara pada Januari 2014 di Miami. Presentasi Vitalik selama kurang lebih 30 menit berhasil memperoleh standing ovation dari peserta konferensi yang dihadiri 600-an orang tersebut. Visi Ethereum yang dibawa Vitalik menyihir para audiens meskipun gaya bicara pemuda itu agak gagap.
Walaupun saat itu sudah ada banyak altcoin-altcoin tiruan Bitcoin, Ethereum dipandang berbeda. Ini adalah pertama kalinya ide cryptocurrency bukan hanya sebuah variasi pada Bitcoin. Sebaliknya, ia merupakan sesuatu yang signifikan dalam dirinya sendiri.
Setelahnya, sempat ada drama di antara para kontributor awal tentang siapa berperan sebagai apa dalam proyek ini. Kebanyakan di antara mereka ingin menjabat sebagai bos. Ketegangan sempat meruncing antara Anthony dan Gavin. Anthony yang menjadi pemodal ventura bagi proyek merasa harus menjadi bos. Gavin juga ingin menduduki posisi penting.
Keduanya sempat saling serang. Anthony menilai Gavin tak perlu jadi orang penting lantaran dia cuma programer biasa. Sedangkan Gavin menilai justru orang-orang bisnis macam Anthony lah yang tak terlalu dibutuhkan. Ethereum menurutnya bisa eksis hanya dengan mengandalkan kecakapan para programer. Kru lain, Charles Hoskinson bahkan memproklamirkan dirinya sebagai CEO.
Vitalik yang sedari awal membayangkan Ethereum sebagai proyek desentral, nampak tak begitu tertarik dengan sirkus perebutan kekuasaan ini. Dia tegas tak menginginkan hirarki organisasi. Dia juga tak menghendaki bila para pencetus mengambil keuntungan dalam bentuk sekian persen ekuitas. Bila menginginkan koin Ether (ETH) mereka bisa membeli saat initial coin offering (ICO) atau menambangnya dengan komputer.
Vitalik mengolok-olok perebutan jabatan di antara mereka dengan memberi titel C-3PO (See-Threepio) bagi dirinya sendiri. C-3PO adalah sebuah karakter robot humanoid dari Star Wars yang dipilih Vitalik untuk mengejek jabatan-jabatan kepala macam CEO, CTO, COO dan sebagainya.
Dalam perjalanannya menuju peluncuran, drama yang terjadi tak juga reda. Ketimbang membiarkannya menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja, Vitalik akhirnya mengambil tindakan. Pada Juni 2014 ia memutuskan menendang dua dari delapan co-founder Ethereum. Dua orang yang ditendang adalah Charles Hoskinson dan Amir Chetrit. Charles ditendang karena berniat ingin menjadikan Ethereum sebagai lembaga profit, sedangkan Amir lantaran dinilai nirkontribusi.
Setelah melewati serangkaian drama yang tak berkesudahan, Ethereum akhirnya resmi meluncur dengan penawaran koin perdana pada tanggal 22 Juli 2014. Penjualan ETH perdana yang berlangsung hingga 2 September ini berhasil mengumpulkan dana lebih dari $18 juta, yang dibayar dalam Bitcoin.
Pengumuman penawaran koin ether perdana pada 22 Juli 2014 (Sumber: Ethereum Foundation)
Walau sudah meluncurkan koin, proyek ini baru secara resmi diluncurkan setahun kemudian pada 30 Juli 2015 dengan sandi program “Frontier”. Dalam peluncuran itu, Ethereum membuat “blok genesis” pertama berisi 8.893 transaksi yang mengalokasikan berbagai ETH ke sejumlah alamat berbeda serta hadiah blok sebesar 5 ETH. Ide Vitalik ini pada akhirnya melantai juga. Sisanya adalah sejarah.
Jenius Soliter dan Avonturir
Vitalik lahir pada tahun 1994 di Kolomna, Rusia, sebuah kota berpenduduk lebih dari 150.000 orang, 70 mil tenggara Moskow. Orang tuanya, Dmitry dan Natalia, adalah sarjana ilmu komputer. Mereka berpisah ketika Vitalik berusia tiga. Dmitry dan Vitalik pindah ke Kanada pada saat usianya enam. Mereka berdua tinggal di Toronto.
Sejak awal, Vitalik terlihat cerdas. Kakeknya mengajari Vitalik tabel perkalian ketika dia berusia tiga atau empat. Saat usia lima, ia sudah mahir melakukan perkalian tiga digit. Dia mulai membaca sekitar usia tiga seperti ayahnya. Dmitry yang bermimpi memiliki komputer saat masih muda tetapi tidak pernah kesampaian, akhirnya balas dendam dengan memberi Vitalik komputer pada usia empat. Bocah kecil itu keranjingan mengoperasikan Excel sampai-sampai dia membuat risalah tentang kehidupan kelinci berjudul “The Encyclopedia of Bunnies,” saat berusia tujuh melalui program tersebut.
Bukti kejeniusan Vitalik yang lain, dia pernah mengambil pelajaran kalkulus kelas 12 saat baru duduk di kelas sembilan sekolah menengah. Menginjak usia 17 di akhir tahun masa sekolahnya, dia diajak mendirikan dan menjadi penulis utama di Bitcoin Magazine.
Dia juga pernah memenangkan medali perunggu Olimpiade Internasional Informatika di Italia pada 2012, dan berkompetisi di National Model United Nations di New York City. Padahal dia cuma satu tahun mengenyam pendidikan komputer formal di Universitas Waterloo pada 2012-2013.
Vitalik Buterin saat menjadi peraih perunggu Olimpiade Internasional Informatika 2012 (Sumber: ioinformatics.org)
Sosok berperawakan kerempeng dengan rambut acak-acakan ini juga dikenal sebagai poliglot. Setidak-tidaknya, dia bisa berbicara bahasa Inggris, Rusia, dan China.
Tapi kejeniusan Vitalik tidak berbanding lurus dengan skill sosialnya. Salah satu permasalahan utamanya adalah lantaran kecakapan komunikasi Vitalik di masa kecil hingga beranjak dewasa ada di bawah rata-rata orang kebanyakan.
Satu dekade awal kehidupannya lebih banyak dihabiskan dengan mengotak-atik komputer dan bermain video game. Dia jarang sekali bicara. Saat anak-anak sepantarannya sudah fasih membicarakan hal-hal yang agak kompleks, cara bicara Vitalik masih amburadul. Dmitry, sang ayah, sempat khawatir. Namun ia urung membawa Vitalik kepada terapis lantaran dinilai tak akan banyak membantu.
Saking sulitnya memahami Vitalik kecil, Dmitry dan Maia, ibu tiri Vitalik, bahkan meminta ia untuk tidak perlu repot-repot mengatakan apa yang dia inginkan dalam bahasa yang ‘terformulasi’.
Kesulitannya dalam berkomunikasi membuatnya mengalami isolasi. Vitalik tak memiliki teman dan tak mengetahui cara sekadar nongkrong-nongkrong atau main ke rumah teman sepulang sekolah. Dia tak tahu bagaimana caranya menjadi bagian dari lingkaran perkawanan semacam itu. Harapannya adalah bisa menjadi manusia normal laiknya anak-anak sepantarannya.
Situasinya berubah saat SMA. Dmitry menyekolahkan putranya di SMA Abelard. Di sana, kegiatan siswa lebih terawasi lantaran rasio antara siswa dan guru adalah 5:1. Artinya, setiap lima siswa diawasi oleh seorang guru. Kehidupan soliternya yang lebih sering dibelai kesepian berakhir. Di sana dia menemukan rumahnya, menjadi siswa pintar yang banyak disukai.
Jiwa avonturirnya juga kian terlihat setelah beranjak dewasa. Di balik karakter introvertnya, dia menyukai petualangan dan tantangan. Avonturisme inilah yang membawa Vitalik melanglang buana lintas benua bertemu dengan beragam komunitas Bitcoin di berbagai negara untuk belajar dan mencari inspirasi. Pencarian panjang itu berakhir di Israel, saat pikiran Vitalik terbuka dan terpantik untuk membuat sebuah proyek kipto ambisius yang nantinya ditelurkan dalam rupa Ethereum.
Perkenalan dengan Bitcoin dan Bitcoin Magazine
Pada Februari 2011, ketika dia berusia 17, Dmitry memperkenalkan Bitcoin kepada putra kesayangannya. Dia memberitahu bahwa ada mata uang baru yang tidak dikendalikan oleh pemerintah atau bank bernama Bitcoin. Pada mulanya, Vitalik mengabaikan barang kriptografis tersebut, mengira bahwa itu adalah token digital aneh tanpa nilai intrinsik sama sekali, meskipun faktanya Bitcoin saat itu sudah diperdagangkan dengan harga sekitar 80 sen.
Walau sudah mencapnya sebagai barang aneh, Vitalik nyatanya malah penasaran. Dia kemudian mulai agak telaten meneliti Bitcoin, membaca whitepaper terbitan Satoshi Nakamoto dan mulai aktif di forum online BitcoinTalk. Di sana, dia juga menuliskan pandangan-pandangannya tentang Bitcoin, sampai suatu saat seseorang menawarinya menulis artikel untuk Bitcoin Weekly dengan bayaran lima keping Bitcoin ($4).
Tulisan-tulisan Vitalik semakin dikenal dan diminati kala itu, sampai membuat tukan main poker dari Rumania bernama Mihai Alisie tertarik mengajaknya bekerja sama: mendirikan Bitcoin Magazine dan menjadikan Vitalik sebagai penulis utama. Vitalik yang dibayar di bawah standar upah minimum di Bitcoin Weekly tak berpikir panjang mengiyakan ajakan Mihai. Terlebih saat itu kondisi keuangan Bitcoin Weekly memang sedang karut-marut. Terbitan ini tutup setelah Vitalik cabut.
Pemuda Rumania yang kelak ikut jadi co-founder Ethereum ini kepikiran mendirikan Bitcoin Magazine lantaran dia menilai belum ada terbitan yang secara fokus membahas Bitcoin dalam kerangka yang serius kala itu. Vitalik dipilih lantaran menurutnya tulisan-tulisan dari Kolomna ini paling cergas dan berkualitas.
Sedari mula, Vitalik langsung menjadi penulis andalan. Mihai di sisi lain lebih banyak berkutat pada perkara teknis dan operasional. Dia juga mempekerjakan sejumlah penulis-penulis yang aktif di forum BitcoinTalk untuk menulis di terbitan serius tentang Bitcoin pertama di dunia itu.
Pada mulanya, Bitcoin Magazine menggunakan model terbitan PDF. Para pembaca dapat mengakses PDF tersebut dengan membayar seikhlasnya. Majalah itu mendapat sambutan hangat dari komunitas, sampai-sampai, Mihai nekat memutuskan untuk menerbitkan Bitcoin Magazine dalam bentuk cetak pada Mei 2012. Saat itu, Mihai mencetak stok 5.000 eksemplar untuk didistribusikan ke seluruh dunia.
Vitalik menerima salah satu eksemplar edisi cetak perdana itu yang dikirim ke kediamannya di Kanada. Setelah membuka lembar demi lembar cetakan setebal 69 halaman itu, Vitalik menyadari bahwa sembilan dari 12 artikel di majalah bersejarah itu dibuat olehnya. Dia tersanjung, merasa bersyukur bahwa karya-karyanya ternyata sangat diandalkan.

Rasa percaya diri yang meningkat, plus jiwa petualang yang berkobar-kobar laiknya anak muda pada umumnya membuat Vitalik haus akan pencapaian. Dia ingin berkembang dari hanya sekadar menulis tentang Bitcoin, menjadi programer yang bisa mengeksplorasi dunia cryptocurrency. Di sela-sela kegiatannya mengambil kursus di Universitas Waterloo, dia tetap menjadi penulis Bitcoin Magazine dan mulai mendalami lebih serius perannya sebagai programer partikelir. Dia berhasil memecahkan masalah bagi seorang programmer dan mulai menghasilkan beberapa keping Bitcoin tambahan.
Dari sana, dia mulai kepikiran untuk membuat ‘sesuatu’ yang sama sekali baru dalam jagat kripto dengan mengeksplorasi teknologi blockchain yang menjadi dasar bagi eksistensi Bitcoin.
Kenapa Vitalik Membangun Ethereum
Jiwa avonturir yang didorong dengan rasa penasaran terhadap teknologi blockchain menjadi metronom bagi Vitalik untuk mengeksplorasi lebih jauh karakter dan utilitas dari teknologi yang sampai saat ini masih terus-menerus ditelaah dan dipahami para ahli ini.
Vitalik yang saat itu memiliki Bitcoin senilai sekitar $10.000 dari upah sebagai penulis dan programer partikelir akhirnya memutuskan melemparkan dirinya dalam perjalanan langlang buana lintas benua menuju Eropa. Dia menjumpai komunitas-komunitas dan mengobservasi proyek-proyek cryptocurrency untuk membuka cakrawala pemahaman tentang teknologi yang mendasari semesta kripto.
Sebelumnya, ia sempat melamar kerja ke Ripple, penerbit koin XRP yang kini menjadi altcoin terbesar ketiga setelah ETH dan BNB. Dia sempat diterima langsung oleh pendiri Ripple Jed McCaleb, namun gagal bekerja karena terbentur regulasi.
Di Eropa, Vitalik menginjakkan kaki di Spanyol, Italia, dan Israel. Di wilayah yang terakhir kali disebut inilah Vitalik merasakan momen eureka. Saat itu dia menghabiskan waktu bersama orang-orang mengerjakan Colored Coins (termasuk Amir Chetrit). Pikiran Vitalik terbuka, melihat adanya kemungkinan untuk mengeksplorasi fungsionalitas “layer 2”. Momen ini menginspirasi visinya untuk membuat blockchain superkomputer di mana pengembang dan klien bisa membangun dan bertransaksi apa saja. Gagasan ini kelak dinamakan sebagai Ethereum.
Setelah mendapat pencerahan, dia kembali ke Waterloo untuk mempelajari struktur data dan bahasa pemrograman layer 2. Pada November, Vitalik kemudian mengejawantahkan idenya dalam bentuk proposal yang dikirim ke pengembangan proyek Mastercoin melalui forum BitcoinTalk. Dia menunjukkan bahwa Mastercoin memiliki potensi mengungguli Bitcoin dengan tidak hanya mengembangkannya sebagai koin kripto belaka.
Pengembang Mastercoin, J.R. Willett menolak ide Vitalik. Dia beralasan eksperimen pengembangan utilitas yang ditawarkan Vitalik saat itu bisa membuat Mastercoin terjebak dalam detail dan berpotensi memperlambat kemajuan proyek.
Vitalik memutuskan dia akan melakukannya sendiri. Dia memilih nama “Ethereum” untuk proyek ambisius tersebut. Selain kedengaran bagus, Ethereum terinspirasi dari kata “ether”, senyawa yang dalam teori fisika abad ke-19, dipercaya substratum bagi alam semesta dan medium yang dilalui gelombang cahaya. Vitalik berharap Ethereum akan menjadi substratum bagi banyak hal, sebagai platform yang memungkinkan segala jenis transaksi, seperti yang dia usulkan kepada Mastercoin namun ditolak.
Dengan beberapa revisi dan penambahan detail teknis di sana-sini, draft final proposal Ethereum akhirnya rampung dan siap untuk disebarkan. Ia kemudian mengirimkannya melalui email kepada 13 kolega pada Rabu, 27 November 2013, saat harga Bitcoin mencapai $1.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.