Jumlah Trader Kripto di Indonesia ‘Bullish’ Tajam Sepanjang 2022

Share :

Portalkripto.com — Tren bear market berkepanjangan yang melanda industri kripto secara global tak menyurutkan minat anak bangsa untuk menjajal dunia persilatan kripto. Laporan Indonesia Crypto Outlook Report 2022 mencatatkan ada tren bullish peningkatan jumlah  trader kripto atau investor di Tanah Air selama tahun 2022.

Laporan yang disusun Asosiasi Blockchain Indonesia tersebut mencatatkan jumlah trader kripto di Indonesia mencapai 16,4 juta pada periode Januari-Oktober. Artinya ada peningkatan 152% ketimbang 6,5 juta trader yang tercatat dalam outlook tahunan 2021.

Total transaksi yang dicatat hingga Oktober terjadi di 25 bursa terdaftar dengan 383 aset kripto yang terdaftar. Pada 2021, laporan outlook tahunan yang sama menunjukkan jumlah kripto yang terdaftar mencapai 299 proyek hingga bulan Mei. Artinya ada peningkatan 28% dari segi kripto yang diperdagangkan.

Cryptocurrency yang diperdagangkan di bursa lokal (Sumber: Crypto Outlook Report 2022).

Laporan 2021 mencatat data periode Januari-Mei, sedangkan laporan 2022 mencatat data antara Januari-Oktober. Angka pertumbuhan ini melanjutkan tren bullish penambahan trader yang secara historis sudah menunjukkan angka sangat positif sebelumnya.

Berdasarkan outlook 2021, tercatat angka pertumbuhan trader mencapai lebih dari 1.000% atau 10 kali lipat sejak 2016.

Tren bullish jumlah trader ini berbanding lurus dengan laju adopsi digital yang terjadi di tanah air. Studi terbaru Mckinsey & Company yang dikutip dalam laporan menunjukkan Indonesia memiliki skor pertumbuhan adopsi digital tertinggi pada 2014-2017 dengan 99%, mengalahkan negara lain termasuk India, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).

Laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2020 juga memperlihatkan tren percepatan konsumsi digital Indonesia dengan nilai ekonomi mencapai $44 miliar pada 2020 dan siap tumbuh menjadi $124 miliar pada 2025.

Data firma analitik blockchain global Chainalysis mencatat Indonesia masuk ke dalam daftar 20 besar negara-negara yang mengalami laju adopsi kripto tercepat di dunia. Dalam sebuah laporan berjudul “The 2022 Global Crypto Adoption Index” yang dirilis pada 14 September 2022, Chainalysis menempatkan Indonesia di posisi ke-20.

Daftar tersebut mayoritas diisi oleh negara-negara berkembang, yang menunjukkan kripto mendapat kepercayaan lebih di negara yang berpenghasilan menengah ke bawah.

Persentase peningkatan jumlah trader ini berpotensi masih akan terus mencatat angka baru. Pasalnya masih ada rentang waktu dua bulan, yakni November dan Desember, yang belum dimasukkan ke dalam catatan perhitungan.

Transaksi Turun Lebih dari 60%

Walaupun jumlah trader kripto di tanah air meningkat tajam, nilai transaksi yang dihasilkan malah mengalami penyusutan. Outlook 2022 mencatat jumlah transaksi perdagangan kripto di seluruh bursa sentral yang terdaftar di Indonesia mencapai lebih dari Rp279 triliun, merujuk pada data perdagangan Januari-Oktober yang dihimpun Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

“Total transaksi aset kripto turun signifikan menjadi Rp279,8 triliun di Januari-Oktober 2022 dibandingkan dengan Rp717,99 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya,” urai laporan tersebut. Nilai transaksi kripto sepanjang 2021 diketahui mencapai Rp859,5 triliun.

Ganjalan Pajak

Penurunan nilai transaksi ini salah satunya disinyalir lantaran pemberlakuan pungutan pajak kripto. Penerapan pajak kripto di Indonesia diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) 68/2022. Aturan tersebut secara resmi mulai berlaku pada 1 Mei 2022. Beleid tersebut mengatur besaran PPN dan PPh para trader aset kripto di bursa lokal sebesar 0,21%.

Ketua Umum Aspakrindo, Teguh Kurniawan Harmanda, dalam keterangan resminya mengatakan salah satu faktor hambatan exchange lokal untuk bisa rebound adalah adanya perubahan kebiasaan investor. Investor saat ini banyak yang mencari cost trading termurah karena perbedaan fee transaksi ditambah pajak untuk exchange lokal kalah kompetitif dengan exchange global yang jauh lebih murah karena belum dikenakan pajak.

Bos Binance, Changpeng Zhao (CZ) yang baru saja mengambil alih bursa kripto lokal TokoCrypto menyarankan agar pajak kripto tidak dibebankan pada pengguna yang bertransaksi, tetapi kepada pebisnis di industri kripto dari penghasilan mereka.

“Saya rekomendasikan jangan membebani pajak untuk transaksi user. JIka kita memberikan pajak 1 sampai 2% dari transaksi user, itu akan berdampak tidak banyak terjadi transaksi. Jadi, bebankan pajak pada pebisnis dari penghasilannya,” kata dia dalam Indonesia Fintech Summit 2022 pada 14 November di Bali.

Perolehan pajak kripto ini menjadi salah satu sumber pemasukan anyar yang memberi sumbangan kas negara. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi penerimaan pajak kripto sudah mencapai Rp231,75 miliar periode Juni sampai 14 Desember.