Mining Difficulty Bitcoin Hampir Capai 50 Triliun

Share :

Portalkripto.com — Mining difficulty penambangan Bitcoin terus menyentuh all-time high (ATH) sejak dua bulan lalu. Angkanya saat ini bahkan hampir mencapai 50 triliun dan diperkirakan akan terus naik.

Menurut data BTC.com, mining difficulty Bitcoin pada 18 Mei 2023, mencapai 49,55 triliun. Mining difficulty adalah tingkat kesulitan yang menghitung berapa hash yang dibutuhkan penambang untuk memproduksi string kriptografi agar bisa menambahkan blok baru ke rantai.

Angka mining difficulty akan berubah setiap dua pekan, atau setiap 2.016 blok. Diperkirakan pada 1 Juni mendatang, mining difficulty Bitcoin bisa menembus 50 triliun.

Mining difficulty dan hash rate Bitcoin. (sumber: BTC.com)

Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya popularitas protokol Ordinals, yang mendorong biaya transaksi di jaringan Bitcoin menjadi tiga kali lipat. Profitabilitas para penambang Bitcoin ikut terdongkrak dan mereka terus menambah mesin demi bisa melakukan penambangan lebih banyak.

Imbasnya, daya komputasi yang diperlukan untuk menambahkan blok Bitcoin, yang disebut hash rate, menjadi lebih besar. Hal ini kemudian berdampak pula pada mining difficulty. Mining difficulty akan menyesuaikan secara otomatis dengan besaran hash rate.

Semakin tinggi mining difficulty, semakin sulit blok Bitcoin untuk ditambang dan semakin kecil kesempatan untuk mendapatkan rewards. Artinya, mining difficulty yang melonjak juga bisa menurunkan profitabilitas penambang.

Platform analitik Glassnode mengungkapkan, tahun ini penambang Bitcoin berhasil kembali meningkatkan kepemilikan BTC mereka. Sebelumnya, sepanjang crypto winter tahun lalu, banyak penambang gigit jari karena lebih banyak menjual BTC daripada menerima BTC dari rewards penambangan.

“Setelah arus keluar Bitcoin yang tinggi usai kejatuhan FTX, penambang berhasil meningkatkan kepemilikan mereka sebesar +8,2K BTC, menjadi total 78,5K BTC,” kata Glassnode.

Kepemilikan Bitcoin oleh penambang. (sumber: Glassnode)