Portalkripto.com — Marketplace peer-to-peer Bitcoin berbasis di New York, Paxful, resmi ditutup pada 4 April 2023. CEO Paxful Ray Youssef dalam sebuah event Twitter space pekan lalu mengatakan, ada beberapa penyebab Paxful terpaksa ditutup.
Menurutnya, Paxful sudah banyak ditinggalkan oleh karyawan inti. Lagi pula saat ini industri kripto sedang menjadi target serangan regulator AS yang menurut Youssef akan sangat berisiko bagi perusahaannya.
Namun, ia tak memungkiri penyebab utama kehancuran Paxful adalah perselisihan di antara kedua pendirinya, Yousef dan Arthur Schaback. Bukannya saling bahu membahu, keduanya malah saling sikut hingga mengorbankan kehancuran perusahaan.
Dalam laporan yang diterbitkan Coindesk pada 9 April 2023, Schaback yang sempat menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Paxful dan memiliki 50% saham perusahaan, dipecat secara sepihak oleh Youssef tahun lalu. Tak terima dengan keputusan itu, ia langsung menggugat rekannya tersebut ke Delaware Chancery Court.
Dalam dokumen pengadilan, Schaback mengatakan, Youssef tiba-tiba memutus aksesnya ke internal perusahaan saat ia sedang mengambil cuti untuk menemani istrinya melahirkan. Ia juga menuding Youssef dan rekan-rekannya melakukan korupsi dana perusahaan.
Youssef bahkan disebut memiliki rencana untuk menghindari sanksi internasional terkait transaksi ilegal ke Rusia. Dokumen itu mengungkapkan, Youssef telah melakukan transfer Bitcoin dalam jumlah besar ke entitas yang berbasis di Rusia, Dekslektika.
“Youssef mengambil tindakan sepihak untuk menutup Paxful secara permanen. Rencananya telah berjalan selama 15 bulan, tetapi berkat proses perdata kami di Amerika Serikat, rencananya berhasil ditemukan dan digagalkan,” ujar Schaback dalam sebuah wawancara dengan Coindesk.
Kegagalan itu ternyata hanya sementara karena kini Paxful benar-benar telah menutup operasionalnya. Schaback mengatakan, Paxful sebenarnya masih layak untuk beroperasi. Ia ingin pengadilan menunjuk seorang kustodian untuk memegang kendali atas aset-aset Paxful.
Ia bersikeras Paxful bisa mewujudkan misi awal perusahaan, yakni memberdayakan 4 miliar orang di dunia yang tidak memiliki rekening bank untuk bisa mengakses fasilitas keuangan.
Borok Youssef Diungkap Karyawan
Beberapa mantan karyawan Paxful yang mungkin telah pusing dengan kelakuan dua bosnya, mengungkapkan fakta mengejutkan terkait tradisi internal di kantornya. Kepada Coindesk, mereka mengatakan, Youssef merupakan bos yang toxic.
Ia melakukan promosi karyawan sesuka hati, bukan berdasarkan kinerja, melainkan karena like-and-dislike. Beberapa karyawan juga dipecat seenaknya.
“Youssef suka memuji Anda, tapi suatu saat dia akan badmood dan memutuskan untuk memecat Anda karena alasan yang tampaknya dibuat-buat,” kata Kepala Pemasaran Produk Paxful periode 2018-2021, Brian McCabe.
Youssef bahkan disebut banyak menghamburkan uang perusahaan untuk melakukan pekerjaan dinas ke luar kota. McCabe mengatakan pada 2018, Paxful menerbangkan seluruh karyawan perusahaannya ke Belgia untuk menghadiri festival musik dansa elektronik terbesar di Eropa.
“Kami berada di sana selama seminggu. Tinggal di hotel bintang lima,” ujarnya.
Lebih parah lagi, pria 46 tahun itu dilaporkan suka menghisap ganja di dalam ruangan kerjanya. Youssef disebut beberapa kali menghadiri rapat manajemen di bawah pengaruh zat adiktif itu.
Pada September 2016, Youssef juga pernah ditangkap polisi di sebuah penthouse di Miami Beach, Florida, karena mengacungkan senjata laras panjang AR-15 ke jalanan. Namun ia berhasil lolos dari jeratan hukum.
Lima bulan setelah insiden itu, pada Februari 2017, menurut dokumen pengadilan yang diajukan oleh Schaback, Youssef ditangkap sekali lagi di Tallinn, Estonia, dalam kasus narkoba. Ia diduga membeli obat-obatan terlarang termasuk ekstasi dan steroid beberapa kali melalui situs ilegal.
Dianggap Konspirasi
“Teori konspirasi gila,” kata Youssef kepada CoinDesk.
Youssef tentu mengelak dari semua tudingan Schaback. Warga negara AS yang tinggal di Dubai ini balik menyerang Schaback dan menyebut pria 35 tahun tersebut berperilaku buruk dan tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
“Semua orang di perusahaan tahu bahwa Schaback tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang COO,” ujar Youssef dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada 17 Maret 2023.
“Saya menggunakan gaji saya sendiri untuk membayar upah karyawan saat kami melakukan PHK pada 2022. Schaback justru menolak untuk membayar mereka,” ungkapnya.
Dalam pernyataan yang dikirim ke CoinDesk, Youssef mengatakan Schaback selalu memiliki gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan misi perusahaan. Menurutnya, pada akhir 2020, Schaback mendatangkan auditor untuk bekerja dengan Paxful.
“Karyawan Paxful dengan cepat menyadari bahwa ‘auditor’ tersebut hanyalah teman Schaback yang tidak memiliki kualifikasi apa pun dan tidak mungkin memberikan nilai apa pun bagi perusahaan,” katanya.
Ia mengaku perselisihannya dengan Schaback tak bisa diselamatkan. Paxful telah terperangkap dualisme kepemimpinan yang berlawanan arah.
Youssef dan Schaback tidak hanya berperan sebagai co founder, tetapi juga dewan direksi. Karena hanya mereka berdua yang ada di jajaran dewan direksi, segala keputusan tidak dapat diambil dengan adil.
“Youssef dan Schaback berada di jalan buntu, tidak ada harapan karena mereka sama-sama sebagai pemegang saham dan sama-sama direktur Paxful,” kata dokumen pengadilan.
Pertemuan Youssef dengan Schaback dan Lahirnya Paxful
Youssef lahir di Mesir dan berimigrasi ke AS saat masih balita, lalu menetap di New York City. Ia belajar tentang coding secara otodidak dan tak sengaja bertemu dengan Schaback, warga negara Estonia, dalam sebuah acara Bitcoin pada 2014.
Dalam sebuah wawancara pada 2018 dengan Digital Trends, Youssef mengungkap sejarah lucu di balik pendirian Paxful. Pada 2015 ada seorang pekerja seks komersial di New York yang meminta bantuan Schaback untuk bisa membeli Bitcoin.
Alasannya, perempuan tersebut ingin mengunggah iklan di Backpage, situs prostitusi ramah Bitcoin yang telah ditutup oleh FBI pada 2018. Schaback dan Youssef kemudian mendirikan platform layanan pembayaran peer-to-peer untuk Bitcoin, EasyBitz.
Karena EasyBitz tidak laku, mereka mengubah namanya menjadi Paxful. Model bisnis Paxful cukup sederhana. Pengguna bisa menukar uang tunai atau gift card dengan Bitcoin. Paxful bertindak sebagai perantara dengan mematok biaya tertentu.
Perusahaan yang didirikan pada 2015 ini telah mempekerjakan lebih dari 200 orang di beberapa negara, seperti AS, Estonia, Filipina, Hong Kong, Inggris, hingga Dubai. Volume perdagangan hariannya sudah mencapai $5 miliar, dengan jumlah pelanggan sebanyak 12 juta.
Setelah beberapa tahun berdiri, target pasar Paxful berubah dengan menyasar negara-negara berkembang. Platform ini populer di negara-negara Afrika karena warga negara di sana memandang Bitcoin sebagai mata uang alternatif yang bisa mengganti sistem mata uang fiat yang bobrok.
Paxful berkembang sangat pesat. Akan tetapi, selama platform ini tumbuh, Schaback dan Youssef justru mulai bertengkar.
Youssef sendiri telah banyak tampil di CoinDesk dan media kripto lainnya sebagai pakar kripto. Tak ayal, kelakuan anehnya membuat banyak media bertanya-tanya.