Petualangan Ross Ulbricht: Libertarian ‘Jalur Sutra’ yang Berakhir di Penjara

Share :

Portalkripto.com — Ross William Ulbricht nampaknya tak pernah membayangkan petualangan menyusuri jalur sutra akan sesingkat itu. Sebelum jauh melangkah, dia dipaksa berhenti. Tak sekadar menepi, namun juga harus mengurung mimpinya menatap sebuah dunia baru di balik dinginnya terali besi.

Ross adalah seorang petualang libertarian yang lahir dan besar di daerah Austin, Texas, Amerika Serikat, kota di mana seorang tunawisma cum aktivis nyentrik, Leslie Cochran, pernah nyaris jadi walikota.

Ross memulai petualangannya pada 2011, saat ia pertama kali mendirikan Silk Road pada bulan Februari. Silk Road merupakan marketplace e-commerce rintisan berbasis website.

Silk Road jadi kepanjangan tangan dari gagasan libertarian yang dia anut. Gagasan itu ia terjemahkan dalam model bisnis Silk Road, di mana marketplace tersebut memberikan ruang sebebas-bebasnya kepada mekanisme pasar yang bermoral agnostik.

Siapapun bisa menjual dan membeli apapun. Tak ada kategori barang legal dan ilegal, apalagi halal dan haram. Untuk merayu orang-orang mau bertransaksi di pasar miliknya, Ross merancang sebuah sistem proteksi identitas berbasis anonimitas agar penjual dan pembeli tak bisa dilacak.

Silk Road menggunakan enkripsi Tor dalam pembangunan arsitektur platform websitenya. Enkripsi Tor berguna terutama untuk menganonimkan data dan aktivitas pengguna dan mengaburkan alamat IP agar tak terlacak. Dengan rancang bangun yang kental akan privasi dan rahasia, Silk Road dikenal sebagai dark web atau darknet.

Ross memilih Bitcoin sebagai alat bayar. Bitcoin yang bercorak desentral dianggap lebih lebih cocok dan aman dipakai guna menghindari sensor otoritas. Bitcoin memang menawarkan proteksi terhadap privasi dalam bentuk anonimitas. Setiap pemilik Bitcoin tidak akan diketahui identitas pastinya. Rujukan kepemilikan sebatas dapat dilacak melalui deret angka alamat wallet.

Tapi, dalam taraf tertentu, anonimitas wallet ini masih menyisakan celah. Lantaran transparansi wallet terlihat dalam ledger raksasa transaksi Bitcoin, Ross menciptakan dark wallet untuk mengenkripsi dan menutupi semua transaksi Bitcoin. Dark wallet menyediakan proteksi privasi tambahan bagi pengguna dark web Silk Road.

Penggunaan Bitcoin di Silk Road jadi langkah besar yang menandai sejarah adopsi institusional pertama bagi Bitcoin sebagai alat transaksi, yang saat itu masih berjalan tertatih-tatih setelah dua tahun lahir ke dunia.

Untuk membangun kredibilitas dan mengusir pedagang culas yang gemar melakukan tipu-tipu, Ross mengadopsi sistem rating kepada seller, laiknya rating yang jamak digunakan di berbagai platform marketplace kiwari.

Perencanaan yang matang dalam membangun marketplace membuat bisnis itu cepat meledak. Dalam waktu singkat, Silk Road langsung populer dan memiliki basis pengguna yang setia. Petualangan Ross menatap dunia baru via jalur sutra berjalan mulus, lebih mulus daripada hamparan pasir dan kerikil di Gurun Chihuahua, jalur lintas koboi Texas di era Wild West dan penjelajah Spanyol mengeksplorasi dunia baru di masa lalu.

Seiring popularitas, atensi media pun tersedot. Pada Juni 2011, Gawker menerbitkan laporan tentang Silk Road yang menggambarkan marketplace ini sebagai surga bawah tanah bagi para pemburu barang haram.

Paragraf utama laporan tersebut menulis:

“Berbual obrolan ringan dengan pengedar ganja terasa menyebalkan. Membeli kokain bisa membuat kamu tertembak. Bagaimana bila kamu bisa menjual obat-obatan secara online laiknya buku atau bola lampu? Sekarang kamu bisa melakukannya: Selamat datang di Silk Road.”

Laporan ini menyebut ada ratusan item barang yang dijual saat itu, termasuk ganja, ekstasi, heroin, LSD, hingga jerami kering Afghanistan. Di sisi lain, ketentuan layanannya melarang penjualan “apa pun yang tujuannya adalah untuk menyakiti atau menipu, seperti kartu kredit curian, pembunuhan, dan senjata pemusnah massal.”

Bila di dunia hitam putih ada Amazon yang berkuasa, maka Silk Road berjaya di dunia baru yang berwarna abu-abu. Situs ini semakin dikenal, dan tentu saja masuk ke dalam radar pantauan aparat.

Belum genap berusia dua tahun, Silk Road akhirnya menemui akhir hayat. Pada Oktober 2013, marketplace yang memiliki alamat URL silkroad6ownowfk.onion ini ditutup oleh FBI. Setelahnya, muncul Silk Road 2.0 yang tak bertahan lama dan kembali ditutup oleh FBI dan Europol pada 6 November 2014.

Dalam proses penutupan Silk Road, FBI menyita 144.336 Bitcoin. Ratusan ribu Bitcoin itu dijual dalam serangkaian lelang yang menghasilkan $48,2 juta

Garis nasib Ross sendiri jauh lebih buruk. Dia dicokok aparat di perpustakaan San Francisco, dan diberondong dengan tujuh dakwaan sekaligus, termasuk di antaranya konspirasi perdagangan narkotika, aktivitas hacking, pencucian uang, dan tuduhan ‘gembong’ yang biasanya dilayangkan kepada bos mafia kakap dan pemimpin kartel narkoba.

Pada 29 Mei 2015, ia divonis hukuman dua kali penjara seumur hidup plus 40 tahun tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat. Saat ini, dia ditahan di Lapas Tucson, salah satu penjara federal dengan keamanan tingkat tinggi.

Ross bersama rekan-rekanya yang merupakan tahanan seumur hidup.

Libertarianisme dan Dilema Kebebasan Ross

Ross lahir di Texas pada 1984. Ia tumbuh dengan kecintaan pada Pramuka di masa muda, dan sempat memperoleh pangkat Eagle Scout yang merupakan pencapaian tertinggi di bidang kepramukaan AS.

Ross kuliah di University of Texas dengan beasiswa akademis penuh, dan lulus tahun 2006 dengan gelar sarjana bidang fisika. Dia kemudian melanjutkan kuliah magister ilmu dan teknik material di Pennsylvania State University dan lulus pada 2009.

Di masa kuliah inilah ketertarikan Ross terhadap gagasan libertarianisme bertumbuh. Dia pernah mengikuti debat mahasiswa mewakili kelompok libertarian saat di Penn State. Dia jatuh cinta terhadap ide-ide ekonom sekaligus filsuf libertarian Ludwig von Mises.

Ludwig von Mises adalah merupakan ekonom dan filsuf Mazhab Austria yang masyhur. Dia lahir di Austria dan hijrah ke Amerika pada tahun 1940 sebagai eksil Perang Dunia II. Di Eropa, dia dicap sebagai musuh kelas oleh Komunis dan juga dibenci Nazi. Karya-karya Mises sangat mempengaruhi aliran libertarian di Amerika sejak pertengahan abad ke-20.

Gagasan-gagasan libertarian Mises menancap di benak Ross dan mendorongnya untuk memanifestasikan ide libertarian itu dalam sebuah proyek. Silk Road kemudian lahir sebagai upaya pengejawantahan gagasan tersebut.

Dalam deskripsi LinkedIn yang kini telah dihapus, sebagaimana diabadikan Washington Post, Ross menuliskan manifesto tentang tujuan proyek Silk Road.

“Saya ingin menggunakan teori ekonomi sebagai sarana untuk menghapus penggunaan paksaan dan agresi di antara umat manusia. Sama seperti perbudakan telah dihapuskan di mana-mana, saya percaya kekerasan, pemaksaan, dan segala bentuk kekerasan oleh satu orang terhadap orang lain dapat berakhir,” tulis Ross.

Dia menjadikan Silk Road sebagai sarana “simulasi ekonomi untuk memberikan pengalaman langsung kepada orang-orang tentang bagaimana rasanya hidup di dunia tanpa penggunaan kekuatan secara sistemik.”

Dalam surat kepada hakim pada Mei 2015, sekali lagi mengutarakan imajinasi kebebasannya saat memulai proyek jalur sutra tersebut.

“Silk Road seharusnya memberi orang kebebasan untuk membuat pilihan mereka sendiri,” tulis Ross yang menggunakan pseudonim Dread Pirate Roberts saat menjadi kapten nahkoda Silk Road.

Tapi dia kemudian mengakui bahwa gagasannya tentang kebebasan menyimpan dilema tersendiri. Orang-orang yang jarang menemukan ruang seliberal itu memanfaatkan Silk Road untuk mengangaki aturan legal negara dan norma moral masyarakat.

“Saya tidak dan tidak pernah menganjurkan penyalahgunaan narkoba. Saya belajar dari Silk Road bahwa ketika Anda memberi orang kebebasan, Anda tidak tahu apa yang akan mereka lakukan dengan itu.”

Ross juga masih teguh pada prinsip bahwa orang tak boleh dilarang mengambil keputusan untuk diri mereka sendiri.

Proyek FreeRossDAO dan Gerakan Pembebasan Ross

Vonis hukuman panjang yang membuat Ross bakal menghabiskan sisa hidupnya di penjara dinilai sangat tak adil oleh keluarga, kolega dan pendukungnya. Gerakan-gerakan perlawanan pun muncul sebagai upaya membebaskan Ross.

Salah satu gerakan tersebut mewujud dalam proyek FreeRossDAO yang dimulai pada Desember 2021. Proyek organisasi otonom terdesentralisasi (DAO), merupakan kolektif organisasi yang dibentuk untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, tujuannya adalah untuk membebaskan Ross dari penjara.

Dalam manifesto di website resminya, FreeRossDAO mengungkapkan bahwa tujuan proyek mereka adalah untuk membantu Ross bebas dari penjara, mereformasi sistem lapas, dan membagikan karya-karya Ross.

Dilaporkan Coindesk, kolektif ini berhasil mengumpulkan dana lebih dari $12,5 juta dan membeli koleksi NFT Ross Ulbricht Genesis seharga 1,442 Ethereum atau lebih dari $6,2 di bulan awal proyek.

Kolektif juga membagikan token FREE yang didistribusikan kepada kontributor berdasarkan sumbangan awal mereka ke DAO. Berdasarkan data CoinMarketCap, koin FREE saat ini memiliki 5,9 juta pemegang aktif di TRON, BSC, dan Ethereum.

Upaya gigih lainnya untuk membawa Ross dilakukan via penggalangan petisi online di situs Change.org yang diinisiasi Lyn Ulbricht, ibunda Ross. Petisi tersebut kini telah ditandatangani 541.208 orang di seluruh dunia dengan target 1 juta tanda tangan.

Ross bersama ibunya Lyn dan adiknya Cally.

Gerakan ‘Grasi bagi Pelanggar Narkoba Tanpa Kekerasan’ ini menyebutkan bahwa “Ross dihukum mati di penjara, bukan karena menjual narkoba sendiri tetapi karena membuat situs web di mana orang lain melakukannya.”

Hukuman terhadap Ross dinilai tak adil lantaran semua terdakwa lainnya yang notabene adalah bandar narkoba, dihukum jauh lebih ringan antara delapan bulan hingga 10 tahun, tak terkecuali pencipta Silk Road 2, Thomas White yang juga didakwa sebagai penjual narkoba.

Petisi juga menyebutkan bahwa “kasus Ross dinodai oleh penyelidik federal yang korup. Selain itu, hakim juga berpijak pada tuduhan palsu. Kasus Ross juga disebut “diolesi media melalui pemberitaan yang sensasional dan tidak akurat.”

FreeRoss.org yang menggalang petisi meminta agar Ross dibebaskan. “Ross tidak berbahaya bagi siapa pun. Jika dibebaskan besok, dia tidak akan pernah melanggar hukum lagi.”

FreeRoss.org rajin mengampanyekan citra sosok Ross. Dia disebut sebagai sosok pecinta damai dan menganut prinsip non-agresi. Ross juga disebut telah mendonasikan $390.000 kepada lembaga amal Art4Giving dari penjualan karya seninya.
Situs tersebut juga menyebutkan bahwa ada 130 tahanan yang menandatangani surat meminta presiden memberi grasi.

Di luar upaya ekstralegal, Ross juga telah beberapa kali mencoba mengajukan banding dan grasi. Pada tahun 2017, upaya banding dilakukan kepada Pengadilan Banding dan Mahkamah Agung, dua-duanya ditolak.

Dua tahun kemudian, pihak Ross melayangkan mosi ke Pengadilan Distrik Selatan New York yang kembali ditolak. Kemudian di akhir 2020, dirumorkan bahwa Presiden Donald Trump mempertimbangkan untuk meringankan hukuman Ross, namun kembali urung kejadian.

Walau petualangannya di jalur sutra berakhir di penjara, gagasan-gagasan Ross masih berkelana ke sana ke mari dan dapat disimak secara luas di blog Medium. Dia secara rutin mengunggah buah pemikirannya tentang Bitcoin, blockchain, kebebasan, kehidupan, dan kematian.

Entah apakah Ross sudah seakrab itu dengan kematian, namun pada saat pembelaannya, kepada hakim dia sempat memohon agar diberi barang sedikit waktu untuk merasakan kebebasan sebelum maut menjemput.

“Tolong tinggalkan cahaya kecil di ujung terowongan, sebuah alasan untuk tetap sehat, sebuah alasan untuk bermimpi tentang hari depan yang lebih elok, dan kesempatan untuk penebusan diri di dunia yang bebas sebelum bertemu sang pencipta.”