📰 Ringkasan Berita
- Bitcoin Turun ke $107.400: Harga terkoreksi usai ditolak di level $110.500 meski ada arus masuk $1 miliar ke ETF spot.
- Dompet Tidur Gerakkan 80.000 BTC: Pergerakan dompet dari tahun 2011 memicu kepanikan meski belum ada bukti penjualan langsung.
- Sentimen Makro Tekan Pasar: Ketidakpastian terkait tarif impor dan defisit fiskal AS jadi faktor utama penurunan harga.
- Pergerakan Besar Belum Tentu Jual: Analisis on-chain menyebut bahwa pemindahan BTC dalam jumlah besar justru mengurangi kemungkinan dijual segera.
Harga Bitcoin (BTC) diperdagangkan di kisaran $108.201 pada Jumat hingga Sabtu pekan ini, setelah sempat turun ke $107.400 pasca penolakan kuat di level resistensi $110.500 sehari sebelumnya.
Penurunan ini terjadi di tengah arus masuk dana sebesar $1 miliar ke dalam ETF spot Bitcoin dalam dua hari terakhir.
Meskipun penurunan hanya sekitar 2,8%, sebagian trader mempertanyakan koreksi ini karena harga BTC sebenarnya stabil di kisaran $107.400 sepanjang pekan sebelumnya.

Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh aksi ambil untung menjelang akhir pekan, apalagi mengingat Bitcoin hanya terpaut sekitar 1,5% dari harga tertingginya sepanjang masa.
Namun, kekhawatiran investor juga dipicu oleh meningkatnya risiko perang dagang global, terutama setelah mantan Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan tenggat waktu hari Rabu untuk menaikkan tarif impor.
Pergerakan Dompet Tidur Kirim 80.000 BTC Picu Kepanikan
Pasar juga dikejutkan oleh pergerakan besar dari dompet Bitcoin lama yang tidak aktif selama bertahun-tahun. Menurut analis on-chain dari Looknchain, kemungkinan besar seorang penambang dari tahun 2011 memindahkan 80.009 BTC, dengan total nilai sekitar $4,3 miliar. Entitas ini disebut pernah menyimpan lebih dari 200.000 BTC.
Meskipun kekhawatiran bahwa koin tersebut akan dijual cukup masuk akal, beberapa analis berpendapat bahwa pergerakan dalam jumlah besar seperti ini justru mengurangi kemungkinan terjadinya penjualan langsung.

Jika benar ingin menjual, pelaku tentu tidak akan memindahkan seluruh saldo ke berbagai alamat secara bersamaan karena akan menarik perhatian dan menekan harga.
Bahkan jika dijual secara over-the-counter (OTC), kecil kemungkinan ada pembeli yang mampu menyerap BTC senilai lebih dari $4 miliar dalam satu transaksi. Sebagai perbandingan, strategi akumulasi BTC pada bulan Juni hanya mencapai 17.075 BTC.
Perlu dicatat bahwa pergerakan dompet lama bukanlah hal baru. Contohnya:
- Mei 2025: dompet 2013 memindahkan 3.420 BTC.
- November 2024: dompet dari 2009 mengirim 2.000 BTC.
- Maret 2024: pergerakan 1.000 BTC dari alamat lawas.
- November 2023: 6.500 BTC berpindah tangan.
Namun, peristiwa seperti ini tidak pernah terbukti sebagai pemicu pembalikan tren jangka panjang.
BACA JUGA: Bandar Bitcoin Era 2011 Kembali Aktif, Pindahkan BTC Senilai Rp 53 Triliun
Faktor Makro Jadi Penekan Harga Utama Bitcoin
Michael Hartnett, Chief Investment Strategist di Bank of America, dikutip dari Bloomberg, memperkirakan bahwa tekanan utama terhadap Bitcoin justru berasal dari situasi makroekonomi global, bukan semata faktor internal kripto.
Ia juga menyarankan investor untuk mulai mengurangi eksposur risiko jika indeks S&P 500 mendekati 6.300 poin.
Menurut laporan Bloomberg, tim Hartnett melihat risiko gelembung aset meningkat, terutama setelah pemerintah AS menyetujui paket fiskal senilai $3,4 triliun yang mencakup pemotongan pajak.
Hal ini dinilai akan memperburuk outlook fiskal dan bisa menurunkan minat terhadap obligasi pemerintah jangka panjang — efek lanjutannya bisa menekan pasar berisiko termasuk kripto.
Di saat yang sama, pemerintahan Trump dikabarkan mulai mengirim pemberitahuan ke berbagai negara terkait penetapan tarif impor sepihak, jika kesepakatan dagang tidak tercapai sebelum tenggat hari Rabu.
Dari sudut pandang pasar, ketidakpastian ekonomi global saat ini tampaknya menjadi alasan yang lebih masuk akal mengapa Bitcoin gagal mempertahankan level $110.000.