Portalkripto.com -Industri investasi aset digital di Indonesia semakin berkembang pesat, khususnya di sektor aset kripto.
Dengan jumlah investor kripto yang telah mencapai 22,11 juta orang, Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan tingkat adopsi tertinggi di dunia, hanya kalah dari India dan Nigeria menurut laporan Chainalysis: 2024 Geography of Cryptocurrency Report.
Di tengah pertumbuhan ini, Reku, platform investasi aset kripto dan Saham AS, terus mencatatkan lonjakan pendapatan dan profitabilitas, membuktikan ketangguhannya di tengah persaingan yang ketat.
Saat merayakan hari jadinya yang ke-7, Reku berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan positif sepanjang 2024, dengan margin keuntungan dua digit.
Momentum Pasar dan Inovasi Dorong Pertumbuhan Reku
Co-CEO Reku, Jesse Choi, mengatakan perkembangan pasar sepanjang 2024 menjadi faktor penting dalam peningkatan adopsi kripto di Indonesia.
“Awal tahun diwarnai dengan Bitcoin halving serta diperkenalkannya ETF Bitcoin, yang mendorong kenaikan harga hingga mencapai All-Time High (ATH) baru. Bitcoin bahkan mencatat ATH lima kali berturut-turut di November lalu, yang semakin meningkatkan minat masyarakat terhadap kripto,” jelasnya.
Selain faktor eksternal, Reku juga berkomitmen membangun industri investasi jangka panjang melalui inovasi dan literasi keuangan.
“Kami selalu mengutamakan kenyamanan dan keamanan pengguna. Setelah meluncurkan staking berlisensi Bappebti pertama di Indonesia pada 2023, tahun lalu kami menambahkan lebih dari 600 Saham AS ke platform, memungkinkan diversifikasi investasi dengan modal mulai dari $1,” tambah Jesse.
Di sisi edukasi, Reku telah mengadakan lebih dari 60 kegiatan edukasi yang menjangkau puluhan ribu peserta. “Kami berkolaborasi dengan Tether dalam roadshow ke 10 kota di Indonesia, serta menggandeng berbagai komunitas keuangan dan regulator untuk meningkatkan literasi investasi,” ungkapnya.
Indonesia Siap Menjadi Pusat Kripto Asia
Optimisme terhadap industri kripto juga disampaikan oleh Robby, Chief Compliance Officer (CCO) Reku. Ia menyoroti bahwa pesatnya pertumbuhan sektor ini semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat kripto di Asia.
Menurutnya, investor aset kripto di Indonesia telah melampaui jumlah investor pasar modal, hal ini menunjukkan minat besar terhadap aset digital.
“Dukungan pemerintah juga sangat berperan, termasuk regulasi ketat terkait keamanan dan perlindungan konsumen. Indonesia bahkan menjadi negara pertama yang meresmikan Bursa Kripto dengan sistem Self-Regulatory Organization (SRO) yang mencakup Bursa, Kliring, dan Depositori,” jelas Robby.
Dengan transisi pengawasan dari Bappebti ke OJK serta penyempurnaan regulasi di berbagai institusi, Indonesia diharapkan dapat semakin memantapkan posisinya sebagai pusat industri kripto di kawasan Asia.
“Reku siap mendukung pertumbuhan ini dengan terus menghadirkan inovasi dan memperkuat ekosistem investasi kripto di Indonesia,” tutupnya.