Portalkripto.com – Stablecoin mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Menurut laporan terbaru dari Bitwise, di tahun 2024, volume transaksi yang menggunakan aset kripto tersebut telah melampaui Visa.
Dari laporan tersebut disebutkan, volume transaksi stablecoin di tahun 2024 mencapai lebih dari $13 triliun. Volume transaksi ini naik lebih dari 100% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan volume transaksi Visa hanya naik sekitar 2% dari tahun 2023 ke 2024.
Lonjakan ini disebut sebagai salah satu perkembangan keuangan terpenting dalam dua dekade terakhir.
Salah satu faktor utama adopsi stablecoin adalah efisiensinya yang luar biasa dalam transaksi — memungkinkan transfer uang hampir seketika dengan biaya jauh lebih rendah dibandingkan sistem tradisional seperti SWIFT.
Efisiensi ini mengubah cara pergerakan nilai di seluruh dunia, menawarkan alternatif yang lebih cepat dan murah dibandingkan perbankan konvensional.

Q1.25 Bitwise
Dalam dunia keuangan terdesentralisasi (DeFi), stablecoin juga berperan sebagai unit akun yang stabil dan alat tukar yang andal, memungkinkan berbagai aktivitas keuangan berjalan dengan lebih lancar.
Pertumbuhan Stablecoin Melonjak — Tapi Risiko Mengintai
Volume transaksi stablecoin mencapai $14 triliun pada tahun 2024, naik dari $7 triliun di tahun 2023. Pada 2020, volume penggunaan stablecoin hampir 10 kali lebih kecil dibandingkan Visa — namun dalam waktu kurang dari lima tahun, stablecoin berhasil menutup kesenjangan tersebut.
Permintaan yang terus meningkat ini mendorong beberapa negara bagian di AS dan lembaga keuangan untuk mempertimbangkan penerbitan stablecoin mereka sendiri.
Sementara itu, total marketcap seluruh US stablecoin yang tercatat di Coinmarketcap, hingga laporan ini ditulis, mencapai $235 milyar. Tether USDT masih merajai kategori stablecoin dengan marketcap $147 milyar, atau lebih dari separuh total marketcap US Stablecoin yang ada.

Meski begitu, beberapa ahli mempertanyakan apakah stablecoin dari lembaga keuangan tradisional akan mengikuti model yang sama seperti USDT dan USDC. Dikutip dari Bitcoin News, Petr Kozyakov, CEO Mercuryo, menyoroti pentingnya pilihan antara blockchain publik tanpa izin (permissionless) dan blockchain privat dengan izin (permissioned).
Sementara itu, Mike Blake-Crawford, CMO dari World Mobile Group, menambahkan bahwa bank tradisional kemungkinan besar akan memilih model permissioned, yang bisa mengurangi manfaat desentralisasi yang membuat stablecoin begitu kuat dalam mendorong inklusi keuangan.
Menyeimbangkan antara efisiensi, desentralisasi, dan kepatuhan regulasi akan menjadi kunci bagi bank dalam memasuki ruang stablecoin, jelas Blake-Crawford.
BACA JUGA: Perusahaan Real Estat Ini Targetkan $1 Miliar untuk Investasi di Solana
Kepastian Regulasi Akan Menentukan Masa Depan
Bentuk stablecoin yang diterbitkan lembaga keuangan tradisional sebagian besar akan dipengaruhi oleh regulasi yang sedang dibahas di AS dan Uni Eropa. Setelah bertahun-tahun tanpa pengawasan jelas, insiden depegging dan keruntuhan stablecoin mendorong regulator global untuk mengusulkan aturan baru.
Mike Blake-Crawford mengatakan bahwa kepastian regulasi — seperti RUU STABLE Act — bisa menjadi tonggak penting yang membuka pertumbuhan besar di industri, terutama di AS.
Koordinasi global terkait standar pembayaran lintas batas, yang dipimpin oleh Bank for International Settlements (BIS) dan International Monetary Fund (IMF), juga diperkirakan akan berperan besar dalam pertumbuhan stablecoin.
Akhirnya, menyeimbangkan antara privasi dan kepatuhan juga akan menjadi tantangan besar. Regulator harus menetapkan standar verifikasi identitas dan pelacakan transaksi tanpa melanggar hak pengguna, tegas Grachev.
Stablecoin berada di jalur untuk merevolusi masa depan keuangan — tetapi untuk mewujudkan potensi penuh mereka, risiko harus dikelola dengan hati-hati dan kerangka regulasi yang jelas harus ditegakkan.
Join Our Telegram
Stay updated with the latest news, analysis, and crypto insights on PortalKripto!