Portalkripto.com — Pendiri Ethereum Vitalik Buterin mengatakan, masalah utama yang mendasari ambruknya exchange kripto terletak pada manusianya, bukan teknologinya. Ia kemudian mengungkap formula baru yang harus dimiliki oleh centralized exchange (CEX).
Belajar dari kasus FTX, menurutnya, sebuah CEX harus memiliki proof of solvency atau bukti kepemilikan dana untuk dikembalikan ke pelanggan. Proof of insolvency ini nantinya berjalan beriringan dengan proof of liability dan proof of asset.
Having a safe CEX: proof of solvency and beyondhttps://t.co/AKEweYZfj2
Big thanks to @balajis and staff from @coinbase @binance @krakenfx for discussion!
— vitalik.eth (@VitalikButerin) November 19, 2022
Ia mengatakan, formula ini lebih baik daripada CEX harus memaksakan diri mengikuti aturan mata uang fiat, seperti mendapatkan izin operasional dari pemerintah, melakukan audit, melaksanakan good corporate governance, dan mengungkap latar belakang orang yang menjalankan layanan exchange.
“Exchange bisa menciptakan bukti kriptografi yang menunjukkan bahwa dana yang mereka pegang dalam blockchain cukup untuk memenuhi kewajiban mereka kepada penggunanya,” ujarnya.
Buterin mengungkapkan, exchange juga dapat membuat sistem agar dana pelanggan tidak bisa ditarik sama sekali tanpa persetujuan pelanggan itu sendiri.
Sistem ini bisa mencegah hal yang dilakukan FTX, yakni menggunakan dana pelanggan di exchange untuk tujuan lain. Saat FTX dihadapi dengan penarikan besar-besaran seperti yang terjadi pekan lalu, tidak ada likuiditas yang tersedia sehingga dana pelanggan tidak bisa dibayarkan.
Saran dari CEO Binance
Bos Binance, Changpeng Zhao alias CZ juga membagikan pelajaran penting dari kehancuran FTX yang berimbas pada kekacauan pasar kripto.
Dalam sebuah Tweet yang dibagikan di akun Twitter pribadinya pada 8 November 2022, CZ mengatakan ada dua pelajaran
yang dapat diambil oleh pemain lain di industri kripto dari dampak goncangan.
Pelajaran pertama adalah, jangan pernah menggunakan native token sebagai kolateral atau jaminan. Sementara pelajaran kedua adalah, jangan meminjam untuk menjalankan bisnis kripto dan pengusaha wajib memiliki cadangan dana yang besar.
Penggunaan native token dan cadangan data ini merupakan aspek krusial yang punya peran besar dalam prahara Binance vs FTX. Binance diketahui memutuskan untuk menjual seluruh FTT yang merupakan token native FTX lantaran keraguan akan ketersediaan dana cadangan milik FTX.
Two big lessons:
1: Never use a token you created as collateral.
2: Don’t borrow if you run a crypto business. Don't use capital "efficiently". Have a large reserve.
Binance has never used BNB for collateral, and we have never taken on debt.
Stay #SAFU.🙏
— CZ 🔶 Binance (@cz_binance) November 8, 2022
Langkah Binance ini diikuti para investor yang melakukan aksi jual token FTT dan juga melakukan penarikan di FTX maupun bursa-bursa kripto lainnya yang memicu guncangan pada pasar.
Kekhawatiran bahwa FTX terlalu bergantung pada kepemilikan FTT ini menjadi bahan bakar bagi Binance untuk melakukan aksi jual. Kekhawatiran ini diperparah oleh rumor yang menyebut bahwa perusahaan saudara FTX, Alameda Research, menggunakan token sebagai jaminan untuk pinjaman. Bos FTX Sam Bankman-Fried (SBF) dan pihak Alameda sudah buka suara mengklaim bahwa rumor-rumor tersebut tidak tepat
CZ sendiri mengklaim bahwa Binance tidak pernah menggunakan BNB sebagai jaminan dan tidak pernah berutang.