Ancaman Inflasi di Amerika Serikat dan Masa Depan Cryptocurrency

Share :

Portalkripto.com– Presiden Amerika Serikat Joe Biden baru saja mengumumkan proposal anggaran untuk tahun 2022, di mana pemerintah AS akan mengeluarkan kebijakan fiskal terbesarnya sejak Perang Dunia ke-2. 

Dalam proposal yang diumumkan pada 28 Mei 2021, Pemerintah AS akan mengeluarkan dana sebesar US$ 6 triliun. Dana tersebut akan dibelanjakan untuk sejumlah proyek investasi di bidang infrastruktur, pendidikan dan perawatan kesehatan. 

Kebijakan ini menyulut perdebatan di antara ekonom dan analis keuangan di AS. Termasuk komunitas crypto turut memperbincangkan kebijakan ini.

Meningkatnya belanja pemerintah AS ini dinilai akan menimbulkan utang jangka panjang dan memicu kenaikan inflasi. Meskipun langkah ini adalah salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi ekonomi setelah dihantam pandemi Covid 19. 

Namun, di sisi lain, bagi para pecinta cryptocurrency, kabar tersebut adalah “berita” baik. Sebagaimana disepakati oleh sejumlah analis, bahwa BItcoin saat ini menjadi salah satu alat lindung nilai. Ketika negara sedang dilanda inflasi, BTC menjadi salah satu pelarian untuk melindungi aset orang-orang kaya. 

LIHAT JUGA: AS akan Keluarkan Kebijakan Fiskal Terbesarnya, Apa Dampak Bagi Cryptocurrency?

Kebijakan AS ini pun memancing komentar dari Whistleblower dan aktivis privasi terkenal Edward Snowden. Dalam sebuah cuitannya ia mengungkapkan bahwa dikeluarkannya anggaran sebesar US$ 6 triliun oleh AS merupakan pertanda baik bagi Bitcoin.

“Enam triliun dolar? Ini bagus untuk Bitcoin,” tulisnya, 28 Mei 2021.

 

Seperti yang diungkapkan oleh investor Ray Dalio baru-baru ini di acara Konsensus 2021 CoinDesk. Ia menilai, bahwa dampak dari kebijakan AS di tahun 2022 nanti bakal menciptakan peningkatan utang dan inflasi. 

Namun, hal tersebut justru mendorong sejumlah investor yang merasa cemas akan mengalihkan sebagian aset mereka ke Bitcoin atau sarana lindung nilai lainnya, seperti emas.

Karena, sebagian dari mereka tidak yakin mata uang dollar akan lebih berharga di kemudian hari apabila tingkat inflasi tinggi, dan Pemerintah terus melakukan pencetakan uang. 

Hal tersebut juga yang mendorong Ray Dalio untuk mempelajari Bitcoin dan memulai untuk membelinya. 

Ancaman Inflasi di Amerika Serikat tampaknya bukan isapan jempol belaka. Saat ini sejumlah ekonom telah memprediksi tahun ini tingkat inflasi AS akan meningkat. 

Seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg, kebijakan Joe Biden ini, menurut Kantor Anggaran Kongres akan mendorong utang federal AS menjadi 117% dari PDB pada tahun 2031. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi perekonomian AS. 

Dampak ke Cryptocurrency?

Saat diciptakan, Bitcoin dijadikan sebagai antitesa dari sistem keuangan fiat yang bisa kapanpun dicetak tanpa batas. Bitcoin menciptakan sistem yang membuatnya semakin langka, di tengah tingkat inflasi yang semakin menggila.

Ini adalah ide utama dari Bitcoin dan secara umum mata uang kripto lainnya. Maka, ketika sejumlah negara mengalami inflasi dan nilai mata uangnya semakin menyusut, Bitcoin tidak akan terpengaruh.

Maka dari itu, Bitcoin masuk dalam kategori lindung nilai. Meski belum populer dan masih banyak yang menentangnya, namun Bitcoin dinilai oleh banyak ekonom bisa dijadikan alternatif bagi investor yang merasa cemas dengan keadaan pasar tradisional.

Apabila ini terjadi, adopsi massal Bitcoin tinggal menunggu waktu. Seperti yang dikatakan Ray Dalio:

“Siapapun yang memenangkan perlombaan teknologi, memenangkan semuanya, secara ekonomi, dan militer. … Seperti itulah lima tahun ke depan.”