Ethereum: Rp. 44.881.433 | 24h: 5.72%Bitcoin: Rp. 1.801.640.421 | 24h: 1.79%XRP: Rp. 39.148 | 24h: 4.31%Vertex Protocol: Rp. 68 | 24h: 9.83%Solana: Rp. 2.557.525 | 24h: 4.01%Treasure: Rp. 3.280 | 24h: 23.45%Heroes of Mavia: Rp. 2.604 | 24h: 21.17%Pepe: Rp. 0 | 24h: 10.45%
Lihat Market

Bitcoin dan Emas Respon Positif Kenaikan Suku Bunga The Fed

Share :

Portalkripto.com — Harga Bitcoin (BTC) dan emas (XAU) mengalami kenaikan tipis setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) dalam The Federal Open Market Committee (FOMC) 4 Mei 2023 dini hari WIB. Kenaikan ini menjadi sinyal bahwa investor kripto dan emas merespons positif hasil FOMC sekaligus retorika bos The Fed Jerome Powell pasca rapat komite.

Berdasarkan data TradingView, harga BTC mengalami kenaikan nyaris 2% ke level harga terkini $29.130 per keping. Sementara emas sempat naik hampir 3% dari level harga $2.022 dan kini berada di kisaran $2.044. Grafik kenaikan emas dan BTC mulai terlihat setelah Powell mengumumkan kenaikan suku bunga pada FOMC antara pukul 18.00-18.30 UTC atau pukul 01.00-01.30 WIB dini hari.

 

Sedangkan pasar ekuitas merespons negatif pengumuman suku bunga The Fed. Dua indeks saham acuan, S&P 500 dan Nasdaq Composite turun masing-masing 1,4% dan 1,5%. Indeks mata uang dolar AS (DXY) juga turun tipis 0,4% dari 101.500 ke 101.095 setelah Powell merapal mantra.

Kenaikan suku bunga Mei ini menjadi yang kesepuluh kalinya berturut-turut sejak Maret 2022. Dengan kenaikan ini, suku bunga acuan bank sentral AS kini ada di kisaran 5%-5,25%, menjadikannya sebagai level suku bunga tertinggi dalam 16 tahun.

Kenaikan Suku Bunga Rehat di Juni?

Respons yang diperlihatkan Bitcoin dan emas ini terjadi setelah The Fed diprediksi akan menghentikan sementara kenaikan suku bunga Juni pada FOMC mendatang. Prediksi ini keluar merujuk pada target resmi suku bunga The Fed di kisaran 5-5,25% sepanjang 2023 terpenuhi.

Selain itu, data juga menunjukkan bahwa inflasi mulai mendingin. Tingkat inflasi tahunan AS telah melambat sembilan bulan berturut-turut setelah memuncak di 9,1% pada Juni 2022. Saat ini, level inflasi AS ada di kisaran 5% per Maret.

Walau demikian, The Fed sendiri enggan membocorkan terlalu banyak tendensi kemungkinan jeda kenaikan suku bunga di bulan Juni tersebut. “Keputusan tentang jeda tidak dibuat hari ini,” kata Powell.

Powell malah memberi sinyal bahwa Fed pivot nampaknya masih belum akan terjadi. Dia menyatakan bank sentral AS tidak memiliki rencana untuk menurunkan suku bunga hingga akhir 2023 meskipun inflasi sudah mulai mendingin ke 5%. The Fed sendiri memiliki target untuk menekan inflasi hingga 2%.

“Kami di komite berpandangan bahwa inflasi akan turun tapi tidak secepat yang dibayangkan. Itu akan memakan waktu. Dalam kondisi seperti itu, jika ramalan itu secara umum benar, tidak tepat untuk memangkas suku bunga. Kita tidak akan memangkas suku bunga,” ujar dia.

Lebih jauh, Powell juga menyatakan bahwa The Fed masih berkemungkinan untuk melakukan kebijakan pengetatan moneter dengan kenaikan suku bunga lanjutan, meskipun langkah tersebut dapat memicu resesi.

“Tindakan kebijakan kami di masa depan akan bergantung kepada kondisi. Kami siap untuk berbuat lebih banyak jika pengetatan kebijakan moneter yang lebih besar diperlukan,” kata dia.

Sebelumnya beberapa lembaga keuangan raksasa sudah memberikan prediksinya tentang kemungkinan kebijakan suku bunga The Fed hingga akhir tahun.Goldman Sachs memproyeksi kenaikan suku bunga acuan akan di-pause pada bulan Juni namun mereka tak yakin kenaikan Mei akan jadi pamungkas.

Pertengahan April lalu, mereka menaikkan ekspektasi kenaikan suku bunga ke level tertinggi 5,75%. Artinya, mereka melihat bank sentral masih akan mengerek suku bunga 50 hingga 75 bps hingga akhir 2023. BlackRock dan JPMorgan kompak menyatakan The Fed berpeluang menaikkan suku bunga hingga 6%. Sedangkan poling Bankrate memperlihatkan hampir seperlima ekonom meyakini target suku bunga The Fed ada di kisaran 5,25-5,5%.