Crypto Winter Bikin Pasar NFT Lemas Hingga Q3 2022

Share :

Portalkripto.com — Fenomena “Ghozali Everyday”, koleksi non-fungible token (NFT) yang membuat sang pemilik aset jadi miliarder dadakan.

Sultan Gustaf Al Ghozali, mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang mengaku menghasilkan cuan Rp1,5 miliar dari hasil jualan sejumlah foto dalam beberapa hari.

Sontak saja, banyak orang yang ikut kepincut dan menjajal ekosistem NFT. Ada di antaranya yang melihat platform NFT sebagai teknologi yang punya daya merevolusi sistem distribusi karya seni digital, tak sedikit juga yang menyelami lautan OpenSea dengan harapan dapat menggondol gelimang harta, laiknya Ghozali.

Singkat kata, NFT menjadi hype di tanah air. Beberapa bulan sejak Sultan Ghozali mencuri perhatian via pemberitaan pada Januari, getaran hype perlahan melemah dan bak menghilang ditelan bumi.

Bukan cuma di Indonesia, tren NFT ini juga meredup secara global, meskipun secara keseluruhan ekosistemnya masih hidup di tangan seniman dan kolektor yang memang punya ketertarikan tersendiri terhadap model apresiasi NFT.

Laporan DappRadar menunjukkan adanya penurunan volume transaksi dan jumlah penjualan sepanjang tiga kuartal di tahun 2022. Pengecualian terjadi pada jumlah penjualan item NFT pada Q3 yang mengalami kenaikan.

Dari segi volume perdagangan, transaksi pasar NFT Q3 2022 menyusut 67% dari kuartal sebelumnya dengan total nilai transaksi hanya $2,75 miliar.

Pada Q2, volume perdagangan NFT adalah $8 miliar atau turun 33% dari total volume perdagangan pada akhir kuartal pertama 2022 sekitar $12 miliar.

Dari segi jumlah penjualan NFT Q3 2022, datanya naik 8.3% dari Q2. Jumlah penjualan Q2 adalah 20.23 juta item atau turun 29% dibanding Q1. Pada Q1, jumlah penjualan NFT mencapai 28 juta item.

Kapitalisasi pasar NFT juga mengalami penurunan 10% sejak awal tahun 2022 hingga penutupan Q3, berdasarkan data NFTGo. Market cap NFT $23.19 miliar di awal tahun menurun jadi $21.73 miliar.

Sedangkan sepanjang 2021, market cap NFT naik 40% dengan nilai $24.39 miliar pada penutupan Q4 berbanding $58.4 juta di 1 Januari.

Pasar NFT terdampak crypto winter

Pada saat awal mula kemunculannya di tahun 2021, kemilau pasar NFT terdongkrak oleh kenaikan harga kripto dan selera investor yang menggemari instrumen risiko yang tinggi.

Data menunjukkan bahwa boom NFT meledak pada awal 2021 dan terus menunjukkan tren bagus hingga Mei 2022 sebelum kemudian turun perlahan.

Penurunan gradual yang terjadi pada tahun 2022 salah satunya dipicu tren kenaikan suku bunga agresif bank sentral yang memicu investor untuk meninggalkan aset berisiko.

Bank sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut pada, 21 September 2022 lalu. Kenaikan agresif suku bunga dana federal hingga kisaran 3% – 3,25% ini jadi yang tertinggi sejak awal 2008.

Saat pengumuman kenaikan suku bunga terakhirnya, harga aset kripto terbesar Bitcoin turun di bawah $19.000. Harga Bitcoin juga turun sekitar 5,7% dalam sepekan setelah prediksi kenaikan suku bunga The Fed bermunculan.

Keputusan The Fed ini membuat crypto winter semakin parah. Pasar NFT jadi salah satu sektor yang ikut terdampak lantaran situasi ini.

Dalam catatan laporan pasar NFT Q3 2022, DappRadar menyebut penurunan yang terjadi di ekosistem NFT dimungkinkan terjadi lantaran turunnya nilai aset kripto secara keseluruhan.

“Penurunan volume perdagangan secara keseluruhan mungkin disebabkan oleh penurunan nilai mata uang kripto.” demikian tertulis dalam laporan.

Platform marketplace NFT terbesar, OpenSea, mengalami penurunan transaksi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2022. Dominasi OpenSea juga menurun seiring kehadiran marketplace lain seperti Magic Eden dan X2Y2 yang mulai mendapatkan tempat.

CEO OpenSea, Devin Finzer menganggap kondisi OpenSea terkini turut dipengaruhi ekonomi makro dan crypto winter

“Saya pikir apa yang unik tentang lingkungan ini adalah persimpangan dari penurunan ekonomi makro dan crypto winter,” kata Devin Finzer, dikutip dari Reuters.