Portalkripto.com – Perusahaan fintech asal Indonesia, DigiAsia Corp, mengumumkan langkah strategis untuk membentuk cadangan kas perusahaan dalam bentuk Bitcoin (BTC).
Perusahaan penyedia Fintech-as-a-Service (FaaS) dengan model bisnis B2B2X di pasar negara berkembang ini berkomitmen mengalokasikan hingga 50% dari laba bersih perusahaan untuk membeli BTC.
Menjajaki Pendanaan $100 Juta
Untuk memulai inisiatif ini, perusahaan tengah menjajaki pendanaan hingga US$100 juta, yang akan digunakan membangun posisi Bitcoin yang kuat dan menjalankan strategi imbal hasil (yield strategies) berbasis kripto guna mengoptimalkan kinerja kas perusahaan.
“Kami percaya Bitcoin merupakan investasi jangka panjang yang menarik sekaligus fondasi penting untuk diversifikasi kas modern,” ujar Co-CEO DigiAsia, Prashant Gokarn, melalui keterangan tertulisnya, Senin 19 Mei 2025.
“Langkah ini menempatkan DigiAsia di garis depan adopsi institusional kripto dan menegaskan komitmen kami terhadap inovasi fintech dan blockchain.”
Kebijakan ini telah disetujui oleh dewan direksi dan menempatkan DigiAsia dalam jajaran perusahaan publik global yang mulai mengintegrasikan aset digital ke dalam strategi manajemen keuangan mereka.
DigiAsia juga mengungkapkan sedang berdiskusi dengan mitra teregulasi terkait strategi hasil (yield) BTC dan pengelolaan cadangan tersebut, termasuk skema lending institusional dan staking.
Selain itu, perusahaan sedang mengevaluasi berbagai opsi pendanaan dari pasar modal, seperti penawaran saham terstruktur, obligasi konversi (convertible notes), hingga instrumen keuangan kripto lainnya.
Dengan keputusan ini, DigiAsia bergabung dengan daftar perusahaan NASDAQ lainnya yang telah menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan jangka panjang.
Strategi ini diharapkan dapat menjaga nilai bagi pemegang saham sekaligus meningkatkan hasil kas perusahaan di tengah berkembangnya ekosistem keuangan digital.
BACA JUGA: Harga Bitcoin Hampir Sentuh ATH, Tapi Minat Investor Ritel Justru Lesu
Perusahaan Lain yang Mengadopsi BTC
Langkah DigiAsia ini mengikuti jejak perusahaan-perusahaan besar lain yang menjadikan Bitcoin sebagai aset cadangan strategis. Fenomena ini dipopulerkan oleh strategi agresif Michael Saylor melalui perusahaan Strategy (sebelumnya MicroStrategy), yang kini memegang kepemilikan BTC publik terbesar di dunia, yakni 576.230 BTC, senilai hampir US$60,9 miliar.
Adopsi Bitcoin sebagai aset kas juga dilakukan oleh perusahaan seperti Strive Asset Management, yang pada 7 Mei lalu mengumumkan peralihan menjadi perusahaan dengan cadangan Bitcoin.
Sementara itu, perusahaan ritel gim GameStop Corporation (GME) pada 1 April berhasil menghimpun US$1,5 miliar melalui penerbitan utang konversi, sebagian dananya juga dialokasikan untuk pembelian Bitcoin.
Menurut data dari Bitbo, total cadangan Bitcoin perusahaan secara global telah melampaui 3 juta BTC, dengan nilai lebih dari US$340 miliar.
CEO dan salah satu pendiri Blockstream, Adam Back, bahkan memprediksi bahwa perusahaan-perusahaan dengan cadangan BTC akan mendorong adopsi global dan bisa membawa kapitalisasi pasar Bitcoin menyentuh US$200 triliun dalam satu dekade mendatang.
Saat ini, kapitalisasi pasar Bitcoin tercatat sekitar US$2 triliun, dengan harga BTC berada di US$105.642, naik sekitar 2% dalam 24 jam terakhir, menurut CoinGecko.