Portalkripto.com — Harga Bitcoin (BTC) bergerak liar di tengah gejolak yang dialami First Republic Bank. Harga Bitcoin sempat naik 6% hingga menyentuh $30.000 sebelum kemudian kembali turun tajam ke kisaran $27.500. Terkini harga BTC ada di kisaran $29.000 per keping pada 27 April 2023 siang WIB.
Gerak pumping yang diperlihatkan aset kripto terbesar ini terjadi setelah investor dipicu kekhawatiran akan krisis perbankan Amerika Serikat (AS) yang memburuk. Saham First Republic turun nyaris 80% dalam dua hari pada 25-26 April waktu perdagangan AS.

Sayangnya, setelah meroket tajam, harga BTC justru turun parah setelah komunitas kripto dihebohkan oleh beredarnya sinyal selling pressure BTC yang diduga palsu. Sejumlah diskusi yang mengemuka di Twitter menuding adanya kiriman sinyal palsu dan misinterpretasi data on-chain yang membelit irma analitik blockchain Arkham Intelligence serta akun Twitter DB. Diduga, DB salah mengirimkan sinyal peringatan dengan menyatakan bahwa wallet terkait dengan Mt Gox dan pemerintah AS mulai memindahkan koleksi Bitcoin dalam jumlah besar.
Sinyal yang lantas diunggah sebagai tweet itu diduga menjadi pemicu aksi likuidasi besar-besaran BTC. Arkham mengonfirmasi bahwa mereka mengirimkan sinyal palsu ke sebagian kecil pengguna platform sebagai akibat dari perbaikan bug. Namun setelah melakukan investigasi, Arkham meralat pengakuan dan berkesimpulan bahwa sinyal yang dikirim kepada DB akurat dan tidak palsu, namun mereka tidak menyertakan label Mt Gox dan pemerintah AS dalam sinyal tersebut.
We have conducted an investigation of the DB Alert situation, and determined that the Arkham alerts were sent accurately in this case.
DB set two alerts on all Bitcoin transactions above $10k USD, with no counterparties set, then named the alerts “Mt Gox” and “US Gov”.
When we… pic.twitter.com/8OITiygNhL
— Arkham (@ArkhamIntel) April 26, 2023
Lebih jauh, Arkham juga mengklaim bahwa baik sinyal on-chain maupun tweet DB bukan pemicu dumping Bitcoin lantaran penurunan harga terjadi beberapa menit sebelum sinyal dikirim.
Data yang diterbitkan oleh Twitter IT Tech, penulis di firma analitik CryptoQuant, menyatakan belum ada transfer dari wallet yang terkait dengan Mt Gox yang sempat diduga menjadi pemicu dumping BTC.
🛑FAKE NEWS🛑about MT Gox wallets making transactions.
No activity there✅ https://t.co/IbZKrK7BJ9 pic.twitter.com/mdOZv4nzI4
— IT Tech (@IT_Tech_PL) April 26, 2023
Lantaran pemicunya belum jelas, komunitas kripto terus mencari biang pemicu aksi dumping BTC ini. Aksi transfer fulus puluhan juta BTC ke exchange yang dilakukan Jump Crypto dan ditandai Arkham sebelumnya juga tak luput dari sasaran spekulasi.
Gerak liar harga BTC memicu aksi likuidasi besar-besaran di pasar. Data Coinglass mencatat ada lebih dari $353 juta kripto yang dilikuidasi selama 24 jam terakhir. Ada total $175 juta Bitcoin yang dilikuidasi selama 24 jam terakhir, mewakili setengah dari total likuidasi pasar. Sekitar 73% dari aksi likuidasi itu terjadi selama 12 jam terakhir. Dalam periode tersebut, sekitar $80,63 juta posisi long dan $41,33 juta posisi short Bitcoin dilikuidasi.
Bitcoin Berkilau di Tengah Krisis Bank
Walau pemicu aksi likuidasi besar-besaran ini masih belum jelas, sumbu yang memicu kenaikan harga koin Satoshi nampaknya lebih terang benderang. Kemerosotan harga saham First Republic ini memperparah situasi yang dialami setelah sebelumnya bank tersebut diterpa gelombang bank run. First Republic melaporkan penurunan simpanan nasabah besar-besaran hingga mencapai 41% pada kuartal pertama (Q1) 2023.
Penurunan simpanan nasabah terjadi seiring melunturnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan setelah kejatuhan tiga Bank besar di AS, Silicon Valley Bank, Signature, dan Silvergate, serta Credit Suisse di Eropa pada Maret lalu.
Bank ini juga melaporkan penurunan tingkat pendapatan bunga bersih tahunan yang minus 19,4%. Angka statistik yang buruk ini juga membuat perbankan berencana untuk memangkas tenaga kerjanya sebesar 20-25% pada kuartal dua.
Krisis yang dialami perbankan diasumsikan sebagai angin segar bagi pasar kripto terutama BTC. Pasalnya, aset kripto menjadi pilihan investor untuk menyekolahkan duit mereka yang ditarik dari bank. Asumsi ini terkonfirmasi melalui kenaikan grafik harga BTC yang telah meroket xxx% sejak Silvergate dinyatakan bangkrut pada 7 Maret, yang menandai parade gejolak krisis struktural perbankan lain.
Beberapa sosok sohor di lingkaran komunitas kripto juga menyatakan hal serupa. Eks CTO Coinbase, Balaji Srinivasan sempat melayangkan gimmick taruhan sesumbar yang menyatakan bahwa harga BTC akan meroket hingga $1 juta pada pertengahan Juni 2023 akibat hiperinflasi yang ikut didorong krisis perbankan.
Laporan dari CoinShares yang terbit pada 27 Maret juga mengungkapkan bahwa produk investasi aset digital mengalami arus masuk sebesar $160 juta di hari-hari awal gelombang kejatuhan perbankan AS. Arus masuk duit ratusan juta dolar ini menjadi yang terbesar sejak Juli 2022.
Walau demikian, popularitas Bitcoin ini masih kalah jauh dibandingkan dengan aset lain. Dengan kata lain, belum jadi pilihan utama sebagai aset lindung nilai alias hedge fund di tengah krisis perbankan. Investor belum terlalu yakin terhadap BTC, dan lebih memilih aset berisiko rendah.
Berdasarkan data Emerging Portfolio Fund Research (EPFR) yang dilaporkan Financial Times, ada sekitar $286 miliar duit investor Negeri Abang Sam yang mengalir ke dana pasar keuangan dalam dua pekan setelah gelombang krisis bank AS menjalar. Dalam kurs saat ini, jumlah itu setara dengan Rp4,325 kuadriliun.