Portalkripto.com — Berdasarkan data Federal Trade Commission (FTC), sebanyak 46.000 orang kehilangan mata uang kriptonya akibat scamming sejak awal 2021 dengan jumlah total kerugian $ 1 miliar. Dari data tersebut, kerugian per orang sekitar $2.600.
Jika diperinci, kerugian pada tahun 2021 mencapai $680 juta. Sedangkan pada kuartal pertama tahun 2022, kerugian sudah senilai $329 juta.
FTC melaporkan celah yang paling banyak digunakan oleh scammer untuk menguras kripto korbannya adalah melalui media sosial. “Hampir separuh korban yang melaporkan kehilangan kripto karena penipuan sejak 2021 mengatakan itu dimulai dengan iklan, posting, atau pesan di platform media sosial,” jelas pernyataan FTC.
Hampir empat dari setiap 10 dolar dilaporkan hilang karena penipuan yang berasal dari media sosial sejak 2021, dengan urutan teratas Facebook (32%), Instagram (26%), dan Whatsapp (9%).
Fakta lainnya, mata uang kripto yang paling banyak dicuri adalah Bitcoin (70%), Tether (10%), dan Ether (9%).
Sedangkan dari rentang usia, korban berusia 20 hingga 49 tahun berisiko tiga kali lipat ditipu dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua. Namun kelompok usia di atas 49 tahun melaporkan kehilangan jumlah yang lebih besar. Misalnya korban di usia 70-an, rata-rata rata kehilangan $ 12.000.
Jelajahi Artikel Lain:
Tiga Alasan Harga Ethereum Berisiko Turun 25% di Juni
Yuga Labs Pertimbangkan Keluarkan Apecoin dari Ethereum
Pemasangan ATM Bitcoin di Bulan Mei Cetak Rekor Terendah Sejak 2019
FTC menambahkan sebagian besar korban tidak paham sepenuhnya dengan cara kerja kripto sehingga mereka di-scam.
Mereka dibuai dengan janji-janji manis keuntungan yang besar, sementara pemahaman mereka soal investasi di kripto ini masih minim.
Penipuan Kripto Naik 4.000% dalam 2 Tahun
Laporan penipuan kripto lainnya disampaikan perusahaan intelijen kripto, LunarCrush.
Mereka melaporkan kasus scam kripto telah meningkat hampir 4.000% atau tepatnya 3,894%, hanya dalam dua tahun. Dari data yang dikumpulkan sejak 2019, LunarCrush menyatakan angka scam kripto ini menjadi metrik yang memiliki pertumbuhan tercepat di media sosial.
LunarCrush juga mengungkap fakta bahwa ada lebih banyak akun spam/bot daripada akun yang benar-benar dikelola oleh manusia. Fakta ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pengembang perangkat lunak untuk mendeteksi akun-akun tersebut.
Twitter menjadi salah satu platform media sosial yang terkait dengan industri kripto, yang dibanjiri dengan spam/bot. Diperkirakan ada kenaikan 1.374% volume spam di Twitter dalam dua tahun terakhir.
“Untuk platform Web2 seperti Twitter, biasa mereka ‘menutup mata’ terhadap akun palsu karena itu justru bisa meningkatkan nilai bagi platform mereka,” ujar CEO LunarCrush Joe Vezzani dalam sebuah wawancara dengan pendiri Quantum Economics Matti Greenspan.
Sedangkan platform Web3 seperti Lens Protocol atau Orbis, kata Vezzani, justru ingin memiliki sebanyak mungkin pengguna asli yang memegang aset.