Bitcoin: Rp. 1.922.799.243 | 24h: 0.49%Ethereum: Rp. 54.342.059 | 24h: 7.07%XRP: Rp. 49.254 | 24h: 4.11%Solana: Rp. 2.769.021 | 24h: 4.51%Bonk: Rp. 1 | 24h: 14.28%ZeroLend: Rp. 1 | 24h: 0.4%Pepe: Rp. 0 | 24h: 3.92%Pudgy Penguins: Rp. 483 | 24h: -8.58%
Lihat Market

Koreksi Harga Bitcoin Hari Ini Masih Dianggap Wajar

harga bitcoin
Share :

Ringkasan Berita

  • Bitcoin terkoreksi ke level $102.600 setelah sempat menyentuh $110.653 akibat meningkatnya tensi Iran-Israel.
  • Analisis teknikal menunjukkan penurunan lebih dari 4% ini tergolong wajar setelah kenaikan 10% sejak 6 Juni.
  • Analis terbagi antara melihat Bitcoin sebagai “safe haven digital” atau aset risiko seperti saham teknologi.
  • Data historis BlackRock menunjukkan Bitcoin cenderung rebound dua digit dalam 60 hari setelah krisis geopolitik.

Harga Bitcoin (BTC) turun lebih drai 4% dalam 24 jam terakhir seiring meningkatnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel, yang memicu sentimen pasar.

BTC sempat menyentuh level tertinggi mingguan di $110.653 pada Senin, 9 Juni 2025, namun kini turun ke level terendah $102.664 pada Jumat, 13 Juni 2025.

BTC/USDT 1 Day via Tradingview

Koreksi Masih Dianggap Wajar

Dari sisi teknikal, koreksi harga BTC ini masih tergolong normal. Setelah naik sekitar 10% antara tanggal 6 hingga 10 Juni, penurunan sebesar 4% dianggap sebagai bagian dari pola konsolidasi sehat.

Peneliti kripto Axel Adler Jr menyebut kondisi ini sebagai “titik balik lunak (soft reversal point)”. Ia menjelaskan, tekanan jual terjadi karena trader mengambil profit dari posisi long di area resistance, didukung oleh volume short yang meningkat.

“Selama pendanaan tetap positif namun open interest menurun, kita bisa mengantisipasi koreksi jangka pendek atau konsolidasi di bawah $108.000,” ujar Adler Jr, melalui unggahannya di X.

Bitcoin futures positions dominance chart. Source: Axel Adler Jr/X

Apakah Bitcoin Aman Saat Konflik Geopolitik?

Sementara itu, seiring Iran bersiap melakukan aksi balasan terhadap Israel, dampaknya mulai terasa di berbagai pasar, termasuk kripto.

Di tengah volatilitas ini, Bitcoin menjadi pusat perdebatan di antara para analis mengenai perannya sebagai “emas digital”.

BACA JUGA: Volatilitas Bitcoin Tidak Lagi Seperti Dulu, Kini Lebih Netral Terhadap Isu

Kritik: Bitcoin Gagal Jadi Aset Perlindungan

Ekonom veteran Peter Schiff menyoroti bahwa penurunan harga Bitcoin justru berbanding terbalik dengan kenaikan harga emas — yang menjadi tempat perlindungan klasik investor saat krisis.

“Kegagalan Bitcoin untuk naik saat emas melonjak, meskipun sudah lebih dari 3,5 tahun dipromosikan lewat ETF, iklan Super Bowl, El Salvador, NFT, dan investasi besar dari perusahaan seperti MicroStrategy, menunjukkan bahwa gelembungnya sudah pecah,” ujar Schiff.

Analis lain menambahkan bahwa Bitcoin seharusnya dianggap sebagai aset berisiko tinggi, mirip saham teknologi, bukan sebagai lindung nilai (hedge) atau alternatif mata uang.

“Saat Israel menyerang Iran, Bitcoin menunjukkan jati dirinya. Ia bukan mata uang alternatif, bukan tempat perlindungan, melainkan aset berisiko yang ikut jatuh saat pasar memasuki mode risk-off,” tulis seorang analis.

Pendukung Kripto Tetap Optimis

Di sisi lain, pendukung Bitcoin seperti Anthony Pompliano menyatakan pandangan optimis. Ia mengingatkan bahwa saat Iran meluncurkan 300 rudal ke Israel beberapa waktu lalu, Bitcoin justru pulih dan mengungguli kinerja emas dan minyak dalam 48 jam pertama.

“Akan menarik melihat apakah pola itu terulang,” kata Pompliano.

Data Historis Mendukung Kinerja Jangka Panjang

Sebuah laporan dari BlackRock mendukung pandangan optimis tersebut. Laporan tersebut mengungkap bahwa meskipun Bitcoin cenderung turun dalam jangka pendek selama krisis geopolitik, historisnya aset ini mampu pulih dan mencetak pertumbuhan dua digit dalam 60 hari pasca-krisis — mengungguli emas dan saham.

Kesimpulan

Bitcoin berada dalam fase koreksi alami secara teknikal, namun faktor geopolitik telah meningkatkan ketidakpastian pasar.

Dengan analis terpecah antara menyebutnya aset berisiko atau safe haven masa depan, pasar akan terus mencermati apakah BTC akan pulih dari konsolidasi ini atau terjebak dalam bull trap menuju koreksi lebih dalam.