Ringkasan Berita
- Peter Brandt memicu perdebatan dengan spekulasi bahwa Bitcoin bisa terkoreksi 75% seperti tahun 2022.
- Pav Hundal dari Swyftx menyebut skenario itu “sangat tidak mungkin” mengingat kondisi makroekonomi saat ini berbeda jauh.
- Bitcoin pernah turun dari $69.000 ke $16.195 pada 2022, namun kini diperdagangkan di sekitar $107.810.
- Andy Edstrom menilai penurunan kali ini tidak akan sedalam 2022 karena kondisi pasar lebih stabil dan likuid.
- Ia juga menyalahkan keruntuhan FTX dan kebijakan hawkish The Fed sebagai penyebab utama siklus negatif tahun 2021–2022.
- Simon Amery menambahkan bahwa kebijakan moneter saat ini cenderung ke arah pelonggaran, bukan pengetatan.
- Michael Saylor optimistis dan menegaskan bahwa “musim dingin Bitcoin tidak akan kembali,” memprediksi harga menuju $1 juta.
- Banyak analis sepakat bahwa kondisi saat ini terlalu kuat untuk terulangnya koreksi besar seperti di masa lalu.
Analis pasar keuangan kawakan, Peter Brandt, membuat sebuah pernyataan di akun X yang mempertanyakan apakah apakah harga Bitcoin saat ini akan mengikuti pola kejatuhan tajam yang terjadi pada 2022?
Pernyataan tersebut sontak mengundang komentar sejumlah analis. Karena apabila merujuk pola kejatuhan BTC pada tahun 2022, aset kripto terbesar ini akan mengalami crash sebanyak 76%.
“Apakah Bitcoin $BTC sedang mengikuti pola tahun 2022 dan bersiap untuk koreksi 75%? Nggak ada salahnya bertanya, kan?” tulis Brandt dalam unggahan Selasa, 11 Juni 2025.
Pada November 2021, Bitcoin sempat mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa di $69.000, namun selama 12 bulan berikutnya anjlok sekitar 76% hingga menyentuh level $16.195 pada November 2022.
Jika skenario serupa terjadi dari harga saat ini di kisaran $107.810, maka Bitcoin bisa turun ke sekitar $26.000—level yang terakhir kali terlihat pada September 2023.
BACA JUGA: Volatilitas Bitcoin Tidak Lagi Seperti Dulu, Kini Lebih Netral Terhadap Isu
Analis Meragukan Bitcoin Turun 75%
Mengomentari pernyataan Brandt, beberapa analis kripto menyatakan keraguannya terhadap spekulasi tersebut.
“Tidak ada yang tidak mungkin, tapi rasanya sangat tidak mungkin terjadi saat ini,” kata Pav Hundal, analis utama dari Swyftx, dikutip dari Cointelegraph.
Namun menurut Hundal, kondisi saat ini sangat berbeda dengan situasi dua tahun lalu. “Fundamental makro saat ini sangat jauh berbeda dengan tahun 2022,” jelasnya.
“Pada 2022, kita masih mengalami efek samping dari pencetakan uang dan stimulus era COVID. Lingkungan sekarang benar-benar berbeda,” tambahnya. Sebagai informasi, sebuah survei pada Agustus 2021 menunjukkan 1 dari 10 warga Amerika berusia 18–34 tahun menginvestasikan dana stimulus COVID mereka ke aset kripto.
Krisis FTX dan Sikap The Fed Membayangi Siklus 2021
Penulis sekaligus analis Bitcoin, Andy Edstrom, mengakui ada alasan di balik kekhawatiran Brandt, namun ia tidak percaya koreksi kali ini akan sedalam 75%.
“Secara pola mungkin iya, tapi skalanya tidak sedalam itu. Penurunan di antara dua puncak harga tahun ini jauh lebih ringan dibandingkan tahun 2021,” ujar Edstrom.
Ia juga menambahkan bahwa siklus tahun 2021 “dipotong pendek” oleh kehancuran bursa kripto FTX yang gagal memenuhi permintaan penarikan pelanggan dan malah menjual Bitcoin “kertas”.
Edstrom turut menyebut perubahan kebijakan moneter dari Bank Sentral AS (The Fed) ke arah yang lebih ketat turut menjadi penyebab utama penurunan tajam di 2021.
Menurut Simon Amery, analis senior dari Collective Shift, saat The Fed mulai mengurangi kebijakan pelonggaran kuantitatif (quantitative easing) pada November 2021, arah kebijakan moneter saat ini justru sebaliknya, menuju pelonggaran kembali.
BACA JUGA: Bitcoin Kembali Tembus $110.000, Optimisme Pasar Terus Menguat
Penurunan Bitcoin 75% Tidak Realistis
Di sisi lain, analis kripto Colin Talks Crypto menyatakan bahwa prediksi penurunan 75% tidak realistis karena harga Bitcoin belum mencapai puncaknya. “Sentimen saat ini terlalu buruk untuk disebut puncak. Tidak ada euforia di linimasa,” ujarnya.
Hundal juga menyebut bahwa meskipun ada beberapa sinyal teknikal yang menunjukkan potensi koreksi besar, semua data yang ia lihat justru menunjukkan bahwa Bitcoin berada di titik kritis menuju pelonggaran kondisi pasar.
Michael Saylor, salah satu pendiri MicroStrategy dan pendukung setia Bitcoin, bahkan secara tegas menolak kemungkinan terjadinya penurunan besar.
“Musim dingin tidak akan kembali,” kata Saylor dalam wawancara dengan Bloomberg pada Selasa. “Kita sudah melewati fase itu. Jika Bitcoin tidak menuju nol, maka arahnya menuju $1 juta.”