Mengenal Binance Smart Chain, Blockchain-nya TKO

Share :

Portalkripto.com– Toko Token (TKO) baru saja resmi diluncurkan pada Selasa, 30 Maret 2021. Aset kripto pertama buatan Indonesia ini dibuat oleh platform jual-beli (exchange) Tokocrypto yang dibangun pada blockchain Binance Smart Chain.

Binance Smart Chain ini merupakan blockchain yang dimiliki oleh platform jual beli cryptocurrency terbesar di dunia Binance. 

CEO Tokocrypto, Pang Xue Kai, mengatakan, peluncuran TKO ini bisa dijadikan momen untuk memposisikan Tokocrypto sebagai platform yang bisa menggabungkan manfaat CeFi dan DeFi.

“Kami menawarkan solusi untuk market Indonesia, kami ingin membangun ‘Strategi Indonesia’ untuk masyarakat Indonesia, di mana solusi ini dapat menjangkau semua orang,” ujar Pang Xue Kai dalam rilis yang diterima Portalkripto, Selasa, 30 maret 2021.

LIHAT JUGA: Tokocrypto Resmi Luncurkan TKO, Aset Kripto Pertama di Indonesia 

Pang menambahkan, TKO tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk jasa layanan keuangan saja, namun mencakup bidang lainnya. Salah satunya adalah membuat layanan manajemen rantai pasokan, privasi, perlindungan data, dan karya seni melalui bentuk Non Fungible Token (NFT).

“Dengan dibangun diatas Binance Smart Chain, ini akan membantu kita mewujudkan potensi yang tidak terbatas yang bisa kita capai melalui teknologi blockchain.” ujarnya.

LIHAT JUGA: Changpeng Zhao (CZ) akan Kupas Binance Smart Chain di Indonesia Blockchain Week 2021

Nah, lantas, apa sih Binance Smart Chain ini? Apa perbedaan dan keunggulan blockchain ini?

Binance Smart Chain (BSC) adalah blockchain yang bergerak secara paralel dengan Binance Chain. Berbeda dengan Binance Chain, BSC menawarkan fungsionalitas kontrak pintar dan kompatibilitas dengan Ethereum Virtual Machine (EVM). Tujuannya adalah untuk membiarkan throughput tinggi dari Binance Chain tetap utuh sambil mengenalkan smart contract dalam ekosistemnya. 

BSC dan Binance Chain beroperasi secara berdampingan. Perlu diingat bahwa BSC adalah blockchain independen yang dapat berjalan jika Binance Chain offline. Meski begitu, kedua blockchain ini memiliki kemiripan yang kuat dari sudut pandang desain. 

Karena BSC kompatibel dengan EVM, BSC diluncurkan dengan dukungan untuk memperkaya Ethereum dan DApps. Secara teori, ini memudahkan developer untuk memindahkan proyek mereka dari Ethereum. Bagi pengguna, ini berarti aplikasi MetaMask dapat dengan mudah dikonfigurasi untuk bekerja dengan BSC. 

Cara Kerja Binance Smart Chain

  • Konsensus

BSC menggunakan Proof of Staked Authority (PoSA) dimana peserta menggunakan staking BNB untuk menjadi validator. Jika mereka mengusulkan blok yang valid, mereka akan menerima biaya transaksi dari transaksi yang termasuk di dalamnya. 

Tidak seperti protokol lainnya, tidak ada subsidi blok untuk BNB yang baru dicetak karena BNB tidak bersifat inflasi. Sebaliknya, pasokan BNB akan menurun seiring waktu, karena tim Binance secara teratur melakukan pembakaran poin. 

  • Cross-Chain Compatibility

BSC dibayangkan sebagai sistem yang independen namun saling melengkapi untuk Binance Chain yang ada. Arsitektur dual-chain digunakan dengan gagasan bahwa user dapat mentransfer aset dengan mulus dari satu blockchain ke blockchain lainnya. Dengan cara ini, perdagangan cepat dapat dinikmati di Binance Chain, sementara aplikasi terdesentralisasi yang kuat dapat dibangun di BSC. Dengan interoperabilitas ini, pengguna dihadapkan pada ekosistem yang luas yang dapat memenuhi berbagai kasus penggunaan. 

Token BEP2 dan BEP8 dari Binance Chain dapat ditukar dengan token BEP20, standar baru yang diperkenalkan untuk BSC. 

Decentralized Finance pada Binance Smart Chain

Sejumlah aset digital seperti BTC, ETH, LTC, EOS, XRP sudah ada di Binance Chain sebagai “Peggy Coin”. Ini adalah token yang dipatok ke aset di rantai aslinya. Misalnya, anda memutuskan untuk mengunci 10 BTC untuk menerima 10 BTCB di Binance Chain. Kapanpun anda dapat memperdagangkan 10 BTCB anda untuk 10 BTC, yang artinya harga BTCB harus mengikuti harga BTC asli. Dengan melakukan ini, anda secara efektif memindahkan aset ke Binance Chain. 

Fleksibilitas yang diberikan Binance Smart Chain mengakibatkan aset yang dari sejumlah rantai berbeda dapat digunakan di ruang DeFi yang berkembang. 

Binance Smart Chain sangat memperluas fungsionalitas Binance Chain asli dan menggabungkan berbagai protokol mutakhir yang dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara berbagai blockchain. Walaupun masih dalam tahap awal, namun jjanji BNB staking disamping kompatibilitasnya dengan EVM menjadikan platform ini mesin yang ideal bagi developer yang membangun aplikasi terdesentralisasi yang kuat. 

 

Disclaimer:

Perdagangan atau investasi digital asset atau mata uang kripto (Bitcoin, Ethereum, dll) merupakan aktivitas beresiko tinggi. Sebelum memutuskan untuk mulai berinvestasi ketahui dulu resikonya. Perdagangan Digital Asset sebaiknya dilakukan pada platform exchange yang terdaftar di Bappebti.

Kami tidak memaksa Anda untuk membeli atau menjual aset digital ini, sebagai investasi, atau aksi mencari keuntungan. Pahami dulu lebih dalam sebelum memutuskan berinvestasi mata uang kripto.