Pencurian Kripto di Jembatan Blockchain Capai $2 Miliar

Share :

Portalkripto.com —  Enam puluh sembilan persen dari total kripto yang dicuri pada paruh kedua 2022 berasal dari peretasan yang menyasar jembatan lintas rantai (cross-chain bridge). Nilai kerugian di sektor ini mencapai $2 miliar.

Laporan terbaru dari perusahaan analitik blockchain Chainalysis yang dirilis pada Selasa (2/8) lalu mengungkapkan, sedikitnya ada 13 insiden peretasan jembatan lintas rantai dalam periode itu. Kasus terakhir dialami oleh Nomad Bridge dengan kerugian sebesar $190 juta.

Sementara peretasan dengan kerugian terbesar dialami oleh Ronin Bridge pada Maret lalu. Ether (ETH) dan USD Coin (USDC) senilai total $624 juta berhasil dicuri.

Jembatan lintas rantai yang juga dikenal dengan blockchain bridge, merupakan protokol yang dirancang untuk memudahkan transfer kripto dari satu blockhain ke blockhain lainnya.

Chainalysis menjelaskan, pengguna biasanya akan menyimpan token yang mereka miliki dari sebuah blockchain di jembatan lintas rantai, yang terkunci dengan smart contract. Pengguna kemudian bisa menarik token sesuai dengan blockchain yang dituju, dengan nilai yang sama.


Kamu Bisa Baca Artikel Lain:

Setelah Nyatakan Bangkrut, Voyager Kembalikan $270 Juta Dana Pelanggan

Adopsi Bitcoin El Salvador Berbuah Manis, Kunjungan Turis Melonjak 82,8%

Coinbase Jalin Kerja Sama dengan Perusahaan Investasi BlackRock


Jembatan lintas rantai sering menjadi target peretasan karena memiliki penyimpanan dana terpusat. “Terlepas dari bagaimana dana tersebut disimpan dan terkunci dalam smart contract atau centralized custodian — titik penyimpanan itu tetap menjadi target,” kata Chainalysis dalam laporannya.

Menurut beberapa pakar, desain jembatan lintas rantai yang efektif masih dalam tahap pengembangan. Beberapa pengembang dinilai masih memiliki pemahaman yang relatif sedikit tentang protokol keamanan jembatan sehingga protokol mereka rentan terhadap peretasan.

Dua pekan sebelum Nomad Bridge diretas, pada 22 Juli 2022, pendiri Nomad James Prestwich mengungkapkan, butuh dua tahun bagi jembatan lintas rantai untuk bisa memiliki standar keamanan sendiri.

“Dalam sistem lintas rantai, kami belum mengembangkan pertahanan dari serangan, orang tidak tahu apa itu serangan, jadi mereka tidak bisa bertahan melawannya,” ungkapnya.

Menurut Chainalysis, centralized exchange (CEX) juga pernah menjadi target utama para peretas. Tetapi kemajuan sistem keamanan protokol CEX telah sukses menurunkan serangan siber ke platform-platformnya.