Ethereum: Rp. 45.044.728 | 24h: 5.9%Bitcoin: Rp. 1.805.560.357 | 24h: 1.97%XRP: Rp. 39.246 | 24h: 4.47%Vertex Protocol: Rp. 67 | 24h: -0.24%Solana: Rp. 2.561.037 | 24h: 3.75%Treasure: Rp. 3.242 | 24h: 21.83%Heroes of Mavia: Rp. 2.576 | 24h: 19.31%Pepe: Rp. 0 | 24h: 9.7%
Lihat Market

Pengguna Kripto Kini Lebih Rasional, Tak Lagi Kejar Kaya Cepat

Pengguna Kripto Kini Lebih Rasional, Tak Lagi Kejar Kaya Cepat
Share :

Ringkasan Berita

  • Laporan NCA 2025 mengungkap 55 juta warga Amerika kini menggunakan kripto untuk belanja, menabung, dan kirim uang.
  • Adopsi kripto meluas lintas usia, gender, dan profesi—dari pekerja konstruksi hingga seniman dan lansia.
  • Survei Harris Poll menunjukkan 39% pengguna kripto sudah memanfaatkannya untuk transaksi harian dan remitansi keluarga.
  • 81% pengguna ingin edukasi lebih lanjut tentang aset digital, sementara 64% mendukung regulasi pemerintah yang seimbang.

Penggunaan kripto di Amerika Serikat kini semakin beragam. Nampaknya kripto tengah menjadi bagian dari keseharian masyakarat, baik dari jumlah pengguna maupun ragam latar belakangnya.

Menurut laporan terbaru dari National Cryptocurrency Association (NCA), ekosistem kripto tak lagi didominasi oleh para teknokrat, tech bros, atau eksekutif Wall Street. Penggunanya kini termasuk pekerja bangunan di Oklahoma, seniman di Chicago, hingga nenek-nenek di Kansas.

Laporan bertajuk “State of Crypto 2025”, yang dirilis pada Mei 2025 dan berdasarkan survei Harris Poll terhadap 10.000 pemilik kripto dari total 54.000 responden dewasa di AS, menunjukkan adopsi kripto yang sangat luas lintas usia, gender, profesi, dan pendapatan.

Hal ini menantang anggapan lama bahwa kripto hanya milik elit teknologi atau keuangan.

Crypto Kini Menjadi Hal Umum

Menurut laporan tersebut, 1 dari 5 orang dewasa Amerika (21%) kini memiliki aset kripto, menandai dampak besar bagi narasi industri dan pembuat kebijakan.

“Kripto adalah untuk semua orang,” ujar Ali Tager, Wakil Presiden Komunikasi NCA, dalam wawancara di acara Bitcoin 2025 di Las Vegas, dikutip dari Cointelegraph.

Tager menambahkan, kisah adopsi kripto lebih sering berkaitan dengan kebutuhan praktis ketimbang mimpi cepat kaya. Sebanyak 39% responden menggunakan kripto untuk membeli barang dan jasa, dan 31% menggunakannya untuk mengirim uang ke keluarga sebagai alternatif remitansi.

The average crypto owner defies categories and stereotypes. Sumber: NCA report

Dari yang berbelanja menggunakan kripto, 22% melakukannya setiap minggu.

Motivasi terbesar memasuki dunia kripto adalah investasi (60%), diikuti oleh rasa penasaran terhadap teknologi blockchain (50%), dan kebutuhan praktis seperti belanja online (27%).

“Bagi banyak orang, kripto bukan lagi hal baru—melainkan cara yang lebih baik untuk melakukan apa yang sudah biasa mereka lakukan, seperti berbelanja, bayar tagihan, atau kirim uang,” kata Tager.

BACA JUGA: Sentimen Pasar Kripto Bergerak Positif, Tapi Para Analis Malah Khawatir

Pemilik Kripto Kini Lebih Beragam

Meski 67% pengguna kripto adalah laki-laki, 31% di antaranya adalah perempuan, mewakili sekitar 17 juta perempuan Amerika. Selain itu, 9 juta pengguna kripto berusia di atas 55 tahun, membantah anggapan bahwa kripto hanya untuk anak muda.

What triggered people’s decision to first acquire crypto?

“Kami mendengar cerita tentang peternak sapi di Kansas yang menggunakan blockchain untuk melacak asal-usul daging, atau ibu tunggal di Texas yang belajar trading demi kebebasan finansial,” ungkap Tager. “Cerita-cerita inilah yang penting. Mereka tidak mengejar Lamborghini, tapi memakai kripto untuk kebutuhan nyata dan berdampak besar.”

Laporan NCA Konsisten dengan Studi Lain, Meski Ada Tantangan Statistik

Laporan NCA sebagian besar sejalan dengan temuan dari Chainalysis, Messari, dan a16zcrypto. Meski begitu, tantangan dalam menentukan data yang benar-benar akurat tetap ada.

Misalnya, laporan Messari 2025 menyebut jumlah pengguna aktif global hanya 30–60 juta, sedangkan data Harris menyebut ada 55 juta pemilik kripto di AS saja.

Selain itu, data NCA mencatat 31% pengguna adalah perempuan, yang berpotensi bias karena pengumpulan data dilakukan secara daring. Hal ini berbeda dengan laporan Chainalysis akhir 2024 yang menyebut 70% aktivitas kripto AS berasal dari transfer elit.

Namun demikian, survei ini memberikan landasan penting bagi riset dan analisis lebih lanjut terhadap demografi pengguna kripto.

Isu dan Tantangan: Penipuan dan Regulasi

Laporan NCA juga menyoroti sisi tantangan. Sebanyak 75% pengguna kripto khawatir terhadap penipuan, meski hanya 3% yang pernah mengalaminya langsung. Chainalysis mencatat kriminalitas kripto global mencapai $51,3 miliar pada 2024, namun mayoritas berasal dari kejadian besar seperti ransomware dan pasar gelap.

Mayoritas pemilik kripto, menurut NCA, memegang kurang dari $10.000 aset kripto dan tidak terlibat dalam aktivitas berisiko tinggi. Sementara itu, 81% pengguna ingin belajar lebih banyak tentang kripto, mulai dari strategi investasi hingga aspek perpajakan.

“Ada kebutuhan besar terhadap informasi terpercaya, bukan sekadar hype atau endorse influencer,” kata Tager.

Mayoritas Ingin Regulasi yang Jelas, Tapi Tidak Menghambat Inovasi

Sebanyak 64% pengguna mendukung regulasi pemerintah, dan 73% percaya Amerika Serikat harus menjadi pemimpin global dalam industri kripto. Namun, 67% juga khawatir bahwa regulasi yang terlalu ketat akan menghambat inovasi.

Tager menekankan pentingnya keseimbangan. “Regulasi yang tepat justru bisa melegitimasi kripto dan melindungi konsumen,” jelasnya.

Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah AS di bawah masa jabatan kedua Presiden Donald Trump, yang dianggap sebagai titik balik kebijakan kripto di AS. Menteri Keuangan Scott Bessent dan Senator Cynthia Lummis turut mendorong kebijakan pro-kripto, termasuk proposal Bitcoin Strategic Reserve Bill.

Akses Lebih Luas, Potensi Lebih Besar

Laporan ini menunjukkan bahwa kripto semakin dekat ke masyarakat umum. 44% pengguna melihat kripto sebagai cara untuk meningkatkan transparansi dan keamanan sistem keuangan tradisional, dan 44% lainnya percaya pada potensi kripto mempercepat efisiensi transaksi.

“Crypto’s low barriers to entry make it accessible in places where traditional finance has failed,” kata Tager. “Di komunitas yang selama ini terabaikan, potensi kripto untuk membuka akses finansial benar-benar nyata.”