Bitcoin: Rp. 1.929.323.342 | 24h: 0.77%XRP: Rp. 48.472 | 24h: 1.66%Ethereum: Rp. 51.897.093 | 24h: 4.25%Solana: Rp. 2.715.529 | 24h: 3.11%SUI: Rp. 65.379 | 24h: 1.68%Pudgy Penguins: Rp. 540 | 24h: 0.69%ZeroLend: Rp. 1 | 24h: 30.21%Pepe: Rp. 0 | 24h: 5.22%DeFi: Rp. 53 | 24h: -3.25%
Lihat Market

Prediksi FOMC Mei 2023 dan Pengaruhnya terhadap Bitcoin

Share :

Portalkripto.com — Bank sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed bakal menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) pada 2-3 Mei 2023 mendatang. Agenda ini menjadi salah satu momen yang akan ikut menentukan pergerakan harga aset kripto termasuk Bitcoin (BTC).

Data CME FedWatch Tool per 1 Mei menunjukkan kenaikan suku bunga The Fed dalam FOMC mendatang kuat di 25 basis poin (bps) atau 0,25% dengan probabilitas 83,9%. Artinya, tingkat suku bunga AS akan naik lagi dari kisaran 4,75%-5% saat ini menuju 5%-5,25%.

 

Proyeksi kenaikan 25 bps terjadi di tengah dilema bank sentral yang harus memilih prioritas antara meredam inflasi dengan menaikkan suku bunga tinggi, dan meredam krisis perbankan dengan menahan hasrat menaikkan suku bunga tajam.

Bagaimanapun keputusan The Fed nanti, pasar kripto akan sangat mungkin bereaksi. Bila ternyata The Fed tidak jadi menaikkan suku bunga, kemungkinan besar pasar kripto akan bereaksi positif. Namun bila ternyata ramalan 25 bps kejadian, pelaku pasar harus waspada.

Head of Institutional Research Coinbase, David Duong, menyatakan kenaikan 25 bps tidak akan menjadi katalis utama yang menentukan pergerakan harga kripto termasuk Bitcoin. Menurutnya, pergerakan harga akan lebih dipengaruhi oleh komentar bos The Fed, apakah tetap hawkish atau menjadi lebih lunak.

“Keputusan Federal Reserve AS pada 3 Mei tetap merupakan risiko peristiwa penting – bukan karena kenaikan 25 bps pada pertemuan mendatang tidak terduga, tetapi karena tidak jelas apakah Fed akan tetap berkomitmen pada bias hawkish,” kata Duong.

Komentar hawkish akan memperkuat selling pressure, namun bila yang keluar adalah statement yang ditafsir netral atau dovish oleh pelaku pasar, kemungkinan tekanan jual dapat diredam atau bahkan berbalik arah karena pasar akan bergerak sesuai dengan ekspektasi masa depan.

Pengaruh komentar hawkish terhadap pergerakan harga BTC ini terjadi pada FOMC 23 Maret lalu. Saat itu, harga BTC turun lebih dari 5% setelah Powell menyatakan bahwa bank sentral akan terus memompa kenaikan suku bunga jika diperlukan untuk melawan inflasi. Padahal saat itu level kenaikan suku bunga sudah sesuai prediksi yakni 25 bps.

Target Suku Bunga Belum Pasti

Kenaikan suku bunga Mei bisa menjadi yang terakhir dalam beberapa bulan ke depan atau bahkan sepanjang tahun ini, namun belum bisa dipastikan lantaran target suku bunga The Fed dapat berubah.

Pada Desember 2022 lalu, The Fed memasang target resmi kenaikan suku bunga di kisaran 5%-5,25% sepanjang tahun 2023. Bila tak berubah, seharusnya The Fed tak lagi menaikkan suku bunga setelah Mei karena target sudah tercapai. Namun target kenaikan median tersebut sangat mungkin berubah berkaca pada momen sebelumnya.

Target 5%-5,25% yang dicanangkan pada Desember sendiri merupakan hasil revisi dari target median November 2022 yang dipasang sebesar 4,6%.

Beberapa lembaga keuangan raksasa memprediksi kenaikan Mei tidak akan menjadi yang terakhir. Goldman Sachs memproyeksi kenaikan suku bunga acuan akan di-pause pada bulan Juni namun mereka tak yakin kenaikan Mei akan jadi pamungkas. Pertengahan April lalu, mereka menaikkan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed ke level tertinggi 5,75%. Artinya, mereka melihat bank sentral masih akan mengerek suku bunga 50 hingga 75 bps hingga akhir 2023.

Beberapa lembaga lain juga menilai The Fed masih akan meneruskan tendensi hawkish hingga ujung tahun. BlackRock menyatakan The Fed berpeluang menaikkan suku bunga 6%. JPMorgan juga mengeluarkan ramalan tingkat kenaikan serupa.

Hasil poling indikator ekonomi Bankrate baru-baru ini juga memperlihatkan hampir seperlima ekonom meyakini target puncak kenaikan suku bunga The Fed ada di kisaran 5,25-5,5%. Sebanyak 88% ekonom juga mengatakan inflasi kemungkinan akan terus melambat tahun ini, namun mereka tidak yakin inflasi akan mencapai angka 2% seturut target The Fed.

Tingkat inflasi tahunan AS saat ini ada di kisaran 5% per Maret. Walau masih tinggi, inflasi AS telah melambat sembilan bulan berturut-turut setelah memuncak di 9,1% pada Juni 2022 yang menjadi level inflasi tahunan terbesar sejak 1981.

Perubahan target median The Fed sangat mungkin terjadi lantaran target tersebut dapat berubah seiring perkembangan terkini kondisi ekonomi AS. Terlebih saat ini Negeri Paman Sam tengah dibelit ancaman resesi dan krisis perbankan yang memperkeruh kondisi ekonomi mereka setelah setahun lebih dibekap inflasi tinggi.