Rusia Jadi Negara Penambang Kripto Terbesar Kedua di Dunia, Siap Salip AS?

Share :

Portalkripto.com — Rusia dilaporkan berhasil menjadi negara penambang kripto terbesar kedua di dunia. Di masa depan, negara Beruang Merah ini diprediksi bisa menyalip Amerika Serikat (AS) yang ada di posisi pertama.

Menurut laporan BitRiver, perusahaan teknologi Rusia yang mengoperasikan fasilitas penambangan kripto bertenaga air, dalam periode Januari hingga Maret 2023, kapasitas pembangkit listrik penambangan kripto di Rusia meningkat hingga 1 gigawatt. Sebagai perbandingan, AS kini memiliki kapasitas sebesar 3 hingga 4 gigawatt.

Di posisi kedua sebelumnya ada Kazakhstan, yang kini terjun ke posisi kesembilan setelah pemerintahnya memberlakukan pembatasan penambangan kripto pada 2022. Sementara itu, Cina tidak masuk dalam daftar 10 besar negara penambang kripto terbesar di dunia versi BitRiver.

Cina sebelumnya merupakan negara dengan kapasitas penambangan kripto terbesar di dunia, yang menguasai 65%-75% dari total hash rate di jaringan Bitcoin. Namun penambangan kripto kemudian resmi dilarang di negara itu sejak 2021.

Kebijakan AS Tidak Ramah

CEO BitRiver Igor Runets mengatakan, Rusia semakin unggul setelah laju penambangan kripto di AS terganggu oleh kenaikan tarif listrik dan penghapusan insentif pajak.

“Selain itu, sebagian besar peralatan tambang dibeli oleh penambang AS secara kredit sehingga banyak perusahaan yang memiliki utang berlebihan, yang masuk dalam proses kebangkrutan atau bahkan sudah bangkrut,” ujar Runets, dikutip media lokal Rusia, Kommersant.

Kebijakan-kebijakan Pemerintah AS sekarang dinilai tidak ramah bagi penambang kripto. Dalam proposal usulan anggaran yang disusun Departemen Keuangan AS, penambang kripto disebut akan dibebankan pajak listrik sebesar 30%.

Berdasarkan proposal tersebut, perusahaan pertambangan juga akan diminta untuk melaporkan berapa banyak listrik yang mereka gunakan dan dari mana sumber energinya.

Penerapan pajak ini diusulkan untuk bisa diterapkan setelah 31 Desember 2023 secara bertahap selama tiga tahun. Tarif awal sebesar 10% per tahun yang kemudian akan mencapai tarif maksimal 30% pada tahun ketiga.

Departemen Keuangan juga berpendapat bahwa pertumbuhan penambangan aset digital memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan dapat meningkatkan tarif listrik. Dengan demikian, pajak yang mencekik itu benar bertujuan untuk membatasi pertumbuhan penambangan kripto di AS.

Kebijakan Rusia Menguntungkan Penambang

Sementara di Rusia, kebijakan yang dikeluarkan otoritasnya justru menguntungkan penambang. Pemerintah Rusia dilaporkan akan memberikan subsidi untuk pusat penambangan kripto baru berdaya 100 megawatt di Siberia timur.

Pusat penambangan yang dibangun oleh BitRiver itu tidak perlu membayar pajak tanah/bangunan dan mendapatkan pengurangan pajak penghasilan. Fasilitas tersebut juga akan menerima subsidi listrik sebesar 50% dari tarif yang berlaku.

Sebenarnya, pada 2020, Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengeluarkan undang-undang yang melarang penggunaan kripto untuk proses transaksi dalam negeri. Namun, negara itu mulai mempertimbangkan penggunaan kripto untuk transaksi luar negeri.

Kripto mulai dilirik Rusia setelah negara tersebut mendapatkan sanksi Barat karena menginvasi Ukraina pada awal 2022. Demi bisa menghindari sanksi, perusahaan-perusahaan Rusia sudah mulai menggunakan kripto untuk transaksi perdagangan lintas negara.

Menyadari hal ini, negara-negara Barat kemudian mulai melarang warganya untuk melakukan transaksi kripto dengan warga negara Rusia atau siapapun yang tinggal di negara tersebut.