Setelah CPI, Pergerakan Harga Bitcoin Bakal Diuji FOMC Minggu Depan

Share :

Portalkripto.com — Harga Bitcoin (BTC) sempat meroket hingga $26.000 setelah Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat (AS) diumumkan 14 Maret 2023 malam WIB. Namun setelah kenaikan tajam tersebut, BTC kembali turun ke kisaran $24.750-an.

Data CPI yang sesuai dengan ekspekstasi ini menjadi angin segar bagi BTC. Padahal sebelumnya BTC sempat turun hingga ke harga $19.616 per keping setelah saga keruntuhan Silicon Valley Bank (SVB) beberapa hari lalu. Dengan level harga saat ini, Bitcoin telah naik lebih dari 30%.

Data yang dilaporkan Departemen Tenaga Kerja AS mencatat CPI Februari mengalami kenaikan 0,4% secara bulanan dibanding dengan Januari. Sementara secara tahunan atau year-on-year, indeks CPI AS naik 6%.

Level kenaikan CPI bulanan dan tahunan ini sesuai dengan prediksi sebelumnya. Data CPI yang sesuai dengan prediksi tersebut disambut positif oleh pasar kripto di mana BTC langsung naik 6,5% dalam hitungan dua kali 15 menit setelah pengumuman.

 

Instrumen CPI inti alias core CPI, dengan mengecualikan makanan dan energi, naik 0,5% pada bulan Februari dan 5,5% secara YoY. Kenaikan core CPI bulanan ini sedikit di atas predikai sebesar 0,4%. Namun angka core CPI tahunan, sejalan dengan prediksi.

CPI ini merupakan indikator makro yang digunakan untuk menghitung inflasi. CPI kerap mempengaruhi pergerakan pasar aset. Dalam jangka pendek, kenaikan CPI yang cukup tajam akan membuat harga Bitcoin dan kripto lainnya turun. Sedangkan bila data kenaikan CPI tidak terlalu tinggi, biasanya harga Bitcoin akan naik.

Kenaikan tajam harga Bitcoin ini juga diikuti sebagian besar aset kripto besar lainnnya, seperti Ether (ETH) yang naik di atas 7%, BNB di atas 5%, Dogecoin (DOGE) di atas 8%, Solana (SOL) 10%, serta Cardano (ADA) dan Polygon (MATIC) yang masing-masing naik sekitar 7%.

BACA JUGA: Rilis CPI AS Pengaruhi Pasar Kripto, Ini Analisis Harga Terkini BTC, ETH, BNB, dan ETC

Kenaikan harga ke titik di atas $26.000 ini menjadi milestone tersendiri bagi Bitcoin. Angka setelah kenaikan tersebut menjadi level harga tertinggi yang dicatatkan BTC sepanjang tahun 2023. Level harga ini juga menjadi yang pertama kalinya dicapai sejak terakhir dilihat pada 12 Juni 2022 latau 275 hari lalu.

Bagaimana Pengaruh FOMC terhadap Harga Bitcoin?

Tren pergerakan harga BTC ini akan kembali diuji dalam momentum jadwal The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 21-22 Maret mendatang. Pertemuan tersebut, bakal menentukan tingkat kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS.

Berdasarkan data CME FedWatch Tool, tingkat kenaikan suku bunga The Fed kuat di kisaran 25 basis poin (bps). Level probabilitas kenaikan 25 bps ini mencapai 83,4% per 15 Maret. Tingkat kenaikan suku bunga ini lebih rendah ketimbang data pekan lalu yang memproyeksi kenaikan suku bunga dominan di angka 50 bps.

 

Penurunan proyeksi suku bunga ini dipcu aksi bailout pemerintah AS terhadap sejumlah bank yang kolaps, Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank. Sementara proyeksi kenaikan 50 bps sebelumnya dipicu pidato hawkish bos The Fed pada 7 Maret 2023 malam WIB.

Kenaikan suku bunga ini sering menjadi katalis bagi pergerakan harga aset kripto di pasaran. Bila suku bunga naik tajam atau di atas proyeksi, ada kecenderungan pasar kripto akan bereaksi negatif. Namun bila suku bunga naik tipis atau tetap, pasar kripto punye kebiasaan untuk beraksi positif dalam jangka pendek.

Kenaikan suku bunga yang tinggi akan membuat investor lebih tertarik menyimpan uang mereka di bank lantaran return yang lebih menjanjikan dengan risiko lebih minim. Kondisi ini kerap terjadi terutama saat ekonomi bergejolak. Sebaliknya, bila suku bunga rendah atau tetap, aset berisiko seperti kripto cenderung lebih diminati.

Walau demikian, gerak saling mempengaruhi ini tidak selalu konsisten. Dalam beberapa kesempatan, terutama sejak pertengahan 2022, korelasi pergerakan harga Bitcoin dengan laju inflasi (yang memicu kenaikan suku bunga) tidak melulu seragam.