Portalkripto.com — Harga Bitcoin naik mencapai level tertingginya dalam sepekan sesaat setelah Amerika Serikat (AS) diterpa isu resesi. Aset kripto terbesar itu berhasil melampaui level $24.000, pada perdagangan, Jumat, 29 Juli 2022.
Setelah mendekati $24.200, harga bitcoin sedikit turun, tetapi masih mempertahankan angka yang tinggi. BTC saat ini diperdagangkan di angka $23,784. Meski, indikasi penurunan lebih dalam dari level ini masih sangat kuat. Sejumlah analis melihat bahwa pergerakan BTC saat breakout ke level $ 24 ribu adalah palsu.
Sementara indeks dolar AS turun 0,3% menjadi 106,60, dan imbal hasil 10-year Treasury turun lima basis poin (0,05 poin persentase) menjadi 2,74%.
Indikasi resesi akan segera menyergap AS diketahui berdasarkan laporan Bureau of Economic Analysis (BEA) AS yang menyatakan, produk domestik bruto (PDB) negara itu turun sebesar 0,9% di kuartal kedua 2022. PDB AS juga diketahui turun sebesar 1,6% dalam kuartal pertama tahun ini.
Pertumbuhan PDB yang negatif dalam dua kuartal berturut-turut dianggap sebagai sinyal bahwa perekonomian AS sudah memasuki resesi. Namun keputusan resmi kapan resesi dimulai dan berakhir ada di tangan National Bureau of Economic Research (NBER).
NBER tentunya memiliki pertimbangan lain selain hanya melihat dari angka PDB untuk menentukan resesi. Lembaga ini dinilai tidak akan terburu-buru mengeluarkan keputusan.
Kamu Bisa Baca Artikel Lain:
The Fed Kembali Mengerek Suku Bunga, Bagaimana Prospek Bitcoin Cs?
Pemegang BTC yang Optimis Ambil Alih Posisi Investor Putus Asa
Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun ini sangat kontras dengan PDB kuartal terakhir 2021 yang meningkat hingga 6,9%. Saat itu, AS dinilai tengah menghadapi kebangkitan ekonomi pascapandemi.
Kondisi kali ini diperburuk dengan melonjaknya inflasi AS yang mencapai level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yakni 9,1%. Tak hanya itu, The Federal Reserve juga terus menaikkan suku bunga secara tajam untuk menurunkan harga.
“Tidak mengherankan jika ekonomi melambat karena Federal Reserve sedang bertindak untuk menurunkan inflasi. Tetapi bahkan mungkin jika saat ini kita tengah menghadapi tantangan ekonomi global yang bersejarah, kita berada di jalan yang benar dan kita akan melalui transisi ini dengan lebih kuat,” ujar Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan, dikutip The Guardian.
Sementara Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan pada Rabu (27/7) bahwa ia tidak percaya AS saat ini berada dalam resesi. Namun ia mengatakan, The Fed siap terus menaikkan suku bunga untuk menurunkan harga.
Menurutnya, langkah tersebut tentunya bisa memperlambat ekonomi dan mempengaruhi pasar kerja. Hal tersebut tidak bisa dihindari.
“Stabilitas hargalah yang membuat seluruh perekonomian bekerja,” kata Powell.
Tantangan bagi Bitcoin
Jika Fed terus meningkatkan suku bunga acuan, investor bisa lebih tertarik pada sekuritas berbunga karena dinilai bisa memberikan hasil yang lebih tinggi. Hal itu bisa berimbas kepada aset berisiko seperti kripto.
Bitcoin juga akan memasuki kondisi baru karena mata uang digital ini sebelumnya tidak pernah berada dalam situasi suku bunga tinggi. Unit pertama Bitcoin muncul pada Januari 2009, dan sejak itu, tingkat suku bunga tidak pernah mencapai 3%.
Sementara itu, terkait pertanyaan apakah BTC akan terpengaruh oleh kondisi di mana AS benar-benar jatuh dalam resesi, sejumlah analis mengatakan bahwa Bitcoin tidak akan terlalu terdampak.
Kepala investasi di manajer aset digital Arca Funds, Jeff Dorman, mengatakn Bitcoin tidak akan relevan dengan kondisi resesi. “Kami perlahan-lahan belajar bahwa bitcoin bukanlah ‘penyimpan nilai’ melainkan ‘penyimpan nilai berlebih,'” katanya dikutip dari Coindesk.
Meski ia tetap meyakini dalam kondisi resesi dan kenaikan suku bunga yang tinggi bakal memudarkan kepercayaan investor untuk masuk lebih lama di aset beresiko seperti Bitcoin dan aset kripto lainnya. Hal ini bakal berdampak pada melesunya permintaan untuk Bitcoin dan aset kripto.
“Bitcoin tidak lebih dari opsi panggilan di masa depan di mana bitcoin digunakan sebagai mata uang aktual dalam menghadapi penurunan kepercayaan pada fiat,” katanya. “Akibatnya, harga bitcoin hanyalah cerminan dari apakah probabilitas itu meningkat atau menurun, dan dari sudut pandang itu, resesi secara teori dapat meningkatkan kemungkinan investor mencari alternatif dari fiat pemerintah.”
Sementara itu, kepala strategi di Path Trading Partners dan manajer portofolio Stock Think Tank, Bob Iacchino, mengatakan sebagian besar pasar, termasuk pasar cryptocurrency, telah mengalami kerugian besar tahun ini karena ketidakpastian makroekonomi. Namun, ia perlu memastikan apakah kondisi ini benar-benar dipicu oleh kondisi makro ekonomi seperti resesi.
“Saya tidak peduli dengan resesi,” ujarnya.