Portalkripto.com — Pendiri FTX, Sam Bankman-Fried, orang tuanya, dan beberapa eksekutif FTX diduga menyalahgunakan dana pelanggan untuk membeli properti mewah di Kepulauan Bahama. Properti-properti itu disebut dibeli dengan menggunakan nama FTX.
Dalam sidang perdana kebangkrutan FTX di pengadilan Delaware pada Selasa, 22 November 2022 waktu AS, pengacara FTX, James Bromley dari firma hukum Sullivan & Cromwell, mengatakan, ada sejumlah besar uang FTX yang dihabiskan untuk hal-hal yang tidak terkait dengan bisnis. Misalnya, salah satu debitur AS, sebuah entitas, membeli real estat senilai hampir $300 juta di Bahama.
“Berdasarkan penyelidikan awal, sebagian besar pembelian real estat itu terkait dengan rumah dan properti liburan yang digunakan oleh eksekutif senior (FTX),” katanya.
Menurut laporan Reuters, sedikitnya ada 19 properti mewah yang dibeli SBF dkk dalam dua tahun terakhir. Total nilai properti tersebut bahkan mencapai $121 juta atau sekitar Rp1,8 triliun.
Di antara 19 properti itu, tujuh di antaranya berupa kondominium mewah. Meski tidak diketahui siapa yang menghuni kondominium-kondominium itu, dokumen resminya menunjukkan bahwa ketujuh properti tersebut digunakan sebagai tempat tinggal petinggi FTX.
Dilaporkan juga, salah satu properti senilai $16,4 juta (sekitar Rp257 miliar) tercatat milik orang tua SBF, Joseph Bankman dan Barbara Fried. Properti ini dilabeli sebagai ‘rumah untuk berlibur’ dalam sebuah dokumen tertanggal 15 Juni tahun ini.
Namun, kedua pasangan ini ternyata sudah mencoba mengembalikan properti itu ke FTX sebelum exchange tersebut bangkrut. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa pembelian properti untuk orang tua SBF benar-benar menggunakan dana pelanggan FTX.
Sejumlah Aset FTX Dicuri
Dalam sidang itu, Bromley juga mengungkapkan bahwa sejumlah aset FTX telah dicuri oleh peretas. Pencurian itu terjadi di hari sama saat FTX mengajukan kebangkrutan, pada 11 November lalu.
Meskipun ada laporan bahwa dana disita oleh Pemerintah Kepulauan Bahama, tempat FTX berkantor pusat, tetapi berdasarkan penyelidikan internal, sebagian dana telah raib digasak maling dan kini pelakunya sedang mencoba melakukan pencucian uang.
“Kami memahami keprihatinan dan kemarahan yang ada, kami telah bekerja siang dan malam untuk mengatasi kekacauan ini,” kata Bromley.
Ia juga membela FTX dengan menyebutkan bahwa exchange tersebut dijalankan oleh individu yang tidak berpengalaman. “Ini adalah salah satu perusahaan yang runtuhnya paling mendadak dan paling sulit dalam sejarah Amerika,” ungkapnya.
Hakim Kebangkrutan AS John Dorsey, yang memimpin sidang, kemudian memerintahkan FTX untuk menyusun daftar nama dan alamat klien FTX. Daftar itu akan dirahasiakan sesuai permintaan pengacara FTX untuk melindungi identitas klien dan menghindari pencurian akun FTX di masa mendatang.
Permintaan Maaf SBF ke Karyawan FTX
Hampir dua pekan setelah FTX mengajukan kebangkrutan, SBF menulis sebuah surat kepada karyawan perusahaan yang pernah dipimpinnya. Dalam surat yang dirilis secara internal itu, ia menyatakan permintaan maaf.
“Saya tidak menyangka ini akan terjadi, saya ingin memberikan apapun demi bisa kembali dan melakukan banyak hal lagi. Kalian adalah keluarga saya. Saya telah kehilangan itu, rumah lama kita telah menjadi gudang monitor yang kosong. Ketika saya berbalik, tidak ada yang bisa diajak bicara,” ujarnya.
“Saya terdiam di hadapan segala tekanan dan kebocoran dan (rencana akuisisi) Binance, dan tidak dapat mengatakan apa-apa,” katanya.
Menurut SBF, FTX memiliki agunan (colateral) sebesar $60 miliar dan kewajiban terhadap nasabah sebesar $2 miliar pada awal tahun ini. Setelah pasar kripto crash, nilai agunannya turun menjadi $25 miliar, sementara jumlah kewajibannya terhadap nasabah naik menjadi $8 miliar.
Saat menghadapi krisis pada November ini, nilai agunan yang dimiliki FTX kembali menyusut hingga $17 miliar. Nilainya bahkan terus berkurang hingga $8 miliar.
Namun dalam surat itu SBF tak menjelaskan isu yang santer berembus bahwa FTX telah menyalahgunakan dana pelanggan dengan memberikannya kepada Alameda Research, juga kabar mengenai Alameda yang telah memberikan pinjaman ke penjabat FTX, termasuk salah satunya SBF sendiri, dan pembelian properti mewah dengan dana pelanggan FTX.
“Pinjaman (pelanggan) dan penjualan sekunder umumnya diinvestasikan kembali dalam bisnis, termasuk untuk membeli saham Binance, dan bukan untuk konsumsi pribadi dalam jumlah besar,” klaimnya.