Harga ‘Koin China’ Terbang di Tengah Pengetatan Regulasi Kripto AS

Share :

Portalkripto.com — Harga sejumlah ‘koin China’ atau Chinese coins terbang setelah narasi dan prediksi kenaikan harga koin kategori tersebut muncul beberapa hari belakangan. Sejumlah harga Chinese coins ini melejit naik hingga dua digit pada 20 Februari 2023.

Pergerakan harga positif ini terjadi setelah narasi Chinese coin ramai dipompa sejumlah pelaku pasar kripto di Twitter, salah satunya adalah Miles Deutscher, yang merupakan seorang influencer kripto.

Pada 19 Februari lalu, Deutscher membagikan sejumlah koin China yang masuk ke dalam watchlistnya. Setelahnya, pada 20 Februari, firma analitik Lookonchain menandai daftar koin yang ada dalam watchlist Deutscher mengalami kenaikan.

Daftar koin tersebut antara lain SelfKey (KEY), Conflux (CFX), Alchemy Pay (ACH), Neo (NEO), Filecoin (FIL), Flamingo (FLM), Qtum (QTUM), VeChain (VET), QuarkChain (QCK), Highstreet (HIGH), Virtua (TVK), Cocos-BCX (COCOS).

Daftar harga ‘Chinese coins’ yang naik (Sumber: Lookonchain)

Koin-koin China ini merujuk kepada koin ata proyek yang memiliki hubungan keterkaitan dengan negara tersebut dari berbagai sisi. Filecoin misalnya, yang merupakan salah satu koin popular di Negeri Tirai Bambu. Atau Conflux sudah diintegrasikan dengan Little Red Book, Instagram versi China dan bekerja sama dengan China Telecom.

Sinyal Resistensi terhadap Regulasi Kripto AS?

Kemunculan narasi koin China ini terjadi setelah sejumlah upaya pengetatan regulasi kripto yang dilakukan SEC Amerika Serikat. Dalam lebih dari sepekan terakhir, SEC telah menerbitkan berbagai kebijakan yang mengundang antipati dari pelaku industri kripto.

Pada 10 Februari, SEC memerintahkan bursa Kraken untuk menghentikan layanan staking kripto di platform mereka. Tak cuma menutup paksa, SEC juga mengeluarkan denda $30 juta bagi Kraken. SEC menilai staking kripto sama dengan penerbitan sekuritas dan Kraken dinilai telah menerbitkan sekuritas tidak terdaftar.

Selanjutnya, SEC juga melayangkan Wells notice kepada Paxos Trust Co. yang menerbitkan stablecoin Binance USD (BUSD). Alasannya, BUSD juga dinilai sebagai sekuritas. Paxos akhirnya memilih menghentikan penerbitan token BUSD baru.

Belakangan, SEC juga dikabarkan akan memperketat regulasi kustodian kripto. Implikasinya, hedge fund, perusahaan ekuitas swasta, dan dana pensiun yang mayoritas merupakan bagian dari investor institusional harus bekerja bersama dengan kustodian kripto yang memperoleh izin SEC.

Belum lagi, SEC juga punya perkara litigasi yang belum rampung dengan Ripple Labs, penerbit koin XRP. SEC telah melayangkan gugatan kepada Ripple sejak 2020 yang dituding menerbitkan sekuritas dalam bentuk XRP. Gugatan yang dilawan XRP ini, hasilnya belum diputuskan pengadilan.

Kondisi ini membuat sejumlah pihak menilai masa depan kripto di AS dalam waktu dekat ini lumayan suram. Bos bursa kripto Gemini, Cameron Winklevoss, menilai kunci tren pergerakan bull run kripto selanjutnya akan berada di pasar timur atau Asia.

China sendiri sudah melakukan pelarangan terhadap aktivitas penambangan dan perdagangan kripto. Namun beberapa kalangan percaya bahwa negara ini akan melakukan pelonggaran kuantitatif dalam kebijakan kriptonya.

Hong Kong, yang merupakan bagian dari administrasi China, punya kebijakan yang lebih ramah terhadap kripto. Pada Desember 2022, anggota parlemen di Hong Kong menyetujui undang-undang untuk menetapkan kerangka kerja lisensi bagi perusahaan yang menawarkan layanan aset virtual.

Pada 13 Februari lalu, Bloomberg melaporkan bank raksasa milik pemerintah Singapura, DBS, berencana membuka layanan trading kripto bagi kliennya di Hong Kong.