Portalkripto.com – Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menyatakan bahwa ekonomi AS saat ini masih berada dalam posisi yang solid, meskipun pertumbuhan melambat dan ketidakpastian meningkat akibat perubahan kebijakan perdagangan.
Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, dalam sebuah forum bersama ekonom dan akademisi, termasuk Profesor Rajan, 16 April 2025, mengatakan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2025 diperkirakan melambat dibanding tahun lalu.
Meski penjualan kendaraan bermotor cukup kuat, konsumsi masyarakat secara keseluruhan hanya tumbuh secara moderat. Aktivitas impor yang tinggi – sebagai antisipasi tarif baru – diperkirakan akan membebani angka PDB.
Sementara itu, survei terhadap rumah tangga dan pelaku usaha menunjukkan penurunan sentimen dan meningkatnya ketidakpastian, utamanya terkait kebijakan dagang.
Pasar Tenaga Kerja Stabil, Inflasi Masih Sedikit di Atas Target
The Fed melaporkan rata-rata pertumbuhan lapangan kerja sebesar 150.000 per bulan selama tiga bulan pertama 2025. Meskipun melambat dibandingkan tahun lalu, pasar tenaga kerja tetap seimbang dan tidak menjadi sumber utama tekanan inflasi. Tingkat pengangguran stabil rendah, dan pertumbuhan upah masih melebihi inflasi.
BACA JUGA: Arah Kebijakan Dagang AS Dinilai Mulai Moderat, Bitcoin Direkomendasikan sebagai Aset Aman
Inflasi juga menunjukkan tren menurun. Data terbaru menunjukkan indeks harga PCE (Personal Consumption Expenditures) berada di angka 2,3% year-on-year hingga Maret, sementara inflasi inti berada di 2,6%. Meskipun mendekati target 2%, angka ini masih memerlukan pemantauan ketat, terutama dengan potensi tekanan baru dari kebijakan tarif.
Tarif Baru Berpotensi Ciptakan Inflasi Tambahan
Kebijakan tarif yang diumumkan pemerintah baru-baru ini dianggap lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Ini menciptakan risiko inflasi tambahan dan memperlambat pertumbuhan.
Beberapa pelaku pasar bahkan mulai merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 ke bawah.
Langkah-langkah seperti pembebasan sementara tarif untuk semikonduktor dan produk teknologi dianggap sebagai sinyal pendekatan yang lebih pragmatis, namun ketidakpastian tetap tinggi. Harapan investor kini bertumpu pada kemampuan The Fed untuk menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terkendali.
BACA JUGA: Simpan Bitcoin 11 Tahun, Wallet Ini Raup Rp145 Miliar dari Modal Rp76 Ribu
Implikasi Terhadap Investasi dan Pasar Kripto
Pasar kripto, terutama Bitcoin, cenderung sensitif terhadap sinyal inflasi dan kebijakan moneter. Dalam kondisi seperti ini, aset lindung nilai seperti Bitcoin, emas, dan saham teknologi diskon seperti Nvidia kembali mencuat sebagai pilihan investor.
Kebijakan tarif yang mendorong inflasi bisa menyebabkan investor beralih dari aset berisiko tinggi seperti saham ke aset alternatif seperti BTC. Apalagi, jika The Fed menahan suku bunga lebih lama dari ekspektasi pasar, maka pasar kripto bisa kembali melihat aliran modal dari investor institusi.
Bitcoin saat ini diperdagangkan di kisaran $65.000. Dengan outlook inflasi dan kebijakan suku bunga yang belum pasti, volatilitas bisa meningkat dalam jangka pendek. Namun jika pasar membaca sinyal bahwa suku bunga tidak akan naik lagi atau bahkan akan turun di paruh kedua tahun ini, maka Bitcoin bisa memperoleh momentum naik kembali.
Kesimpulan: “Wait and See” The Fed, Kripto Bisa Diuntungkan?
Dengan The Fed yang memilih menunggu kejelasan sebelum melakukan penyesuaian kebijakan, pelaku pasar—termasuk investor kripto—perlu terus memantau data inflasi dan arah kebijakan tarif. Meskipun belum ada kepastian, kondisi saat ini membuka peluang bagi Bitcoin sebagai aset alternatif dalam menghadapi risiko inflasi jangka pendek.