Masih Disanksi Barat, Rusia Lirik Pengunaan Stablecoin

Share :

Portalkripto.comPemerintah Rusia masih mempertimbangkan kripto sebagai alat strategis untuk menghadapi sanksi Barat. Wakil Menteri Keuangan, Alexey Moiseyev, mengatakan negaranya sedang menjajaki stablecoin sebagai alat pembayaran dengan negara-negara sahabat.

Menurut kantor berita Tass, Moiseyev mengungkapkan, pemerintahnya saat ini tengah menciptakan platform bilateral dengan instrumen token untuk menghindari penggunaan dolar AS dan euro.

“Kami saat ini bekerja sama dengan sejumlah negara untuk membuat platform bilateral agar tidak menggunakan dolar dan euro,” kata Moiseyev.

“Stablecoin dapat dipatok ke beberapa instrumen yang diakui secara umum, misalnya, emas, yang nilainya jelas dan dapat dipantau oleh semua orang,” tambahnya.

Namun, ia tidak mengungkapkan dengan instrumen keuangan apa stablecoin itu akan dipatok.

Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang nilainya dipatok 1:1 dengan aset lain, seperti dolar atau emas. Tidak seperti Bitcoin atau altcoin, stablecoin seperti USDC atau Tether (USDT) didesain untuk memiliki nilai yang stabil.

Barat memberikan sanksi berat kepada Rusia setelah menginvasi Ukraina pada Februari lalu. Akses negara beruang tersebut ke pasar dolar dan euro dibatasi sehingga berdampak pada perekonomian negara itu.

Rusia telah melakukan pembahasan tentang penggunaan kripto selama bertahun-tahun, dan ditanggapi beragam oleh pemerintahnya. Pada 2019, Pemerintah Rusia dilaporkan mulai mempelajari Bitcoin sebagai alat untuk menghindari sanksi AS.

Bank Sentral Rusia dan Kementerian Keuangan juga segera mengesahkan aturan yang mengizinkan kripto untuk digunakan sebagai alat pembayaran lintas negara. Tetapi, pada Juli lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah meneken undang-undang yang melarang warga Rusia untuk menggunakan aset digital sebagai alat pembayaran dalam negeri.