Bitcoin: Rp. 1.926.821.469 | 24h: 0.94%Ethereum: Rp. 54.657.344 | 24h: 7.72%XRP: Rp. 49.696 | 24h: 5.46%Solana: Rp. 2.795.526 | 24h: 5.85%Bonk: Rp. 1 | 24h: 22.4%ZeroLend: Rp. 1 | 24h: 3.4%Pepe: Rp. 0 | 24h: 5.59%Pudgy Penguins: Rp. 511 | 24h: -3.24%
Lihat Market

Stablecoin Semakin Diminati Institusi Keuangan, Asia Pimpin Ekspansi

Adopsi stablecoin capai 90%. Bank dan fintech global manfaatkan aset ini untuk pembayaran lintas negara dan efisiensi likuiditas.
Share :

Portalkripto.com – 90% pelaku institusional kini sudah menggunakan atau tengah menjajaki penggunaan stablecoin dalam operasional mereka. Hal ini diungkapkan oleh hasil survey dari Fireblocks yang dilakukan pada Maret 2025.

Laporan yang dirilis pada 15 Mei 2025 ini melibatkan survei terhadap 295 eksekutif dari berbagai sektor, termasuk bank tradisional, lembaga keuangan, perusahaan fintech, dan penyedia layanan pembayaran.

Hasilnya menunjukkan bahwa, 49% responden telah menggunakan stablecoin untuk pembayaran, 23% sedang melakukan uji coba (pilot test), dan 18% berada dalam tahap perencanaan. Hanya 10% institusi yang masih belum memutuskan untuk mengadopsi stablecoin.

“Perlombaan stablecoin kini menjadi soal menghindari ketertinggalan, seiring permintaan pelanggan yang meningkat dan berkembangnya berbagai use case,” tulis Fireblocks dalam laporan tersebut.

Current stablecoin adoption among institutional respondents. Source: Fireblocks

Bank Tradisional Fokus Gunakan Stablecoin untuk Pembayaran Lintas Negara

Dalam laporan tersebut, Fireblocks menyoroti bahwa sistem pembayaran lintas negara konvensional sering kali lambat, mahal, dan tidak efisien—terutama untuk transaksi bisnis-ke-bisnis (B2B) di pasar negara berkembang. Stablecoin pun dinilai sebagai solusi strategis.

  • 58% bank tradisional menggunakan stablecoin untuk pembayaran lintas negara,
  • 28% untuk menerima pembayaran,
  • 12% untuk mengoptimalkan likuiditas,
  • dan 9% lainnya untuk settlement pedagang dan penagihan B2B.

Fireblocks menyatakan bahwa banyak bank melihat stablecoin sebagai jalan menuju modernisasi, terutama karena sifatnya yang terkait nilai fiat (fiat-pegged), sehingga lebih mudah diintegrasikan ke dalam sistem keuangan yang sudah ada.

Stablecoin juga membantu bank bersaing dengan perusahaan fintech serta mengurangi kebutuhan modal mengendap (capital lock-up).

BACA JUGA: JP Morgan: Potensi Kenaikan Bitcoin Bakal Lebih Besar dari Emas

Kecepatan Menjadi Alasan Utama Adopsi Stablecoin

Ketika ditanya tentang manfaat utama penggunaan stablecoin, kecepatan transaksi menjadi jawaban terbanyak, dipilih oleh 48% responden.

Manfaat lainnya mencakup:

  • Transparansi lebih tinggi,
  • Pengelolaan likuiditas yang lebih baik,
  • Alur pembayaran yang lebih terintegrasi,
  • Keamanan lebih tinggi, dan
  • Biaya transaksi yang lebih rendah.

Menurut Ran Goldi, SVP of Payments and Network di Fireblocks mengatakan bahwa riset ini juga menunjukkan bahwa 90% perusahaan bergerak maju dengan implementasi stablecoin karena mereka melihatnya sebagai pendorong pertumbuhan strategis.

Goldi juga menambahkan bahwa motivasi utama adopsi mencakup perluasan ke pasar baru, respon terhadap permintaan pelanggan, serta pembukaan peluang pendapatan baru.

“Stablecoin kini telah menjadi enabler inovasi bisnis, bukan sekadar alat efisiensi operasional,” pungkasnya.

49% Institusi di Asia Menyebutnya Alasan Utama Gunakan Stablecoin

Kawasan Asia menjadi wilayah dengan fokus pertumbuhan tertinggi, dengan 49% responden menyebut ekspansi pasar sebagai alasan utama adopsi stablecoin.

Bagi pelaku pembayaran yang melayani merchant e-commerce, eksportir, pekerja gig, dan wirausahawan digital di Asia, stablecoin bukan hanya soal teknologi baru—tetapi menjadi elemen penting dalam pengiriman uang yang cepat dan transparan di dunia yang semakin terkoneksi.

  • Tingkat adopsi stablecoin di Asia mencapai 53%,
  • Asia juga menempati peringkat kedua secara global dalam kesiapan teknologi (87%),
  • Menandakan kesiapan kuat untuk memperluas pasar secara agresif dan inovatif.