Coinbase Diduga Beri Data Pengguna Kripto ke Lembaga Pemerintah AS

Share :

Portalkripto.com — Exchange kripto Coinbase dilaporkan memberikan data pengguna kripto, termasuk data geolokasi dan riwayat transaksi, kepada badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) Amerika Serikat (AS).

ICE adalah lembaga Pemerintah AS di bawah Kementerian Keamanan Dalam Negeri. Tujuan utama ICE adalah melindungi negara dari kejahatan di perbatasan dan imigrasi ilegal.

Dalam beberapa kontrak yang dilihat oleh kelompok pengawas Tech Inquiry diketahui data pengguna itu diberikan melalui program analitik Coinbase Tracer. The Intercept melaporkan, kontrak tersebut merupakan kesepakatan antara Coinbase dengan ICE yang berdurasi tiga tahun.

Kesepakatan yang ditandatangani pada September tahun lalu dengan nilai $1,37 juta merupakan salah satu dari beberapa kontrak antara Coinbase dan lembaga pemerintah AS.

Pada Agustus 2021, Coinbase dilaporkan menandatangani kontrak dengan ICE senilai $29.000 terkait lisensi penggunaan Coinbase Tracer. Pada April 2021 dan Mei 2020, Coinbase juga menjual lisensi Coinbase Tracer masing-masing dengan nilai di bawah $50.000 ke U.S. Secret Service.


Kamu Bisa Baca Artikel Lain:

Data Pengguna OpenSea Bocor, Waspada Aksi Phishing

stETH Diduga Jadi Biang Ambruknya Terra, Celsius, dan 3AC


Decrypt melaporkan, Freedom of Information Act merilis informasi tambahan yang menunjukkan, di dalam kontrak itu ICE tidak diharuskan untuk menyetujui End User License Agreement dengan Coinbase. End User License Agreement berisi aturan mengenai apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh ICE dalam menggunakan Coinbase Tracer.

Dengan demikian, diasumsikan ICE bisa bebas menggunakan alat pelacak data itu sesuai keinginan, tanpa ada batasan.

Juru bicara Coinbase, Natasha LaBranche, membantah bahwa informasi yang diberikan oleh program analitiknya merupakan pelanggaran terhadap data pelanggan. Namun, ia enggan memberi tahu apakah ada batasan penggunaan Coinbase Tracer oleh ICE.

“Semua fitur Coinbase Tracer menggunakan data yang sepenuhnya bersumber dari online, data yang tersedia untuk umum, dan tidak menyertakan informasi pengenal pribadi apa pun untuk siapa pun, atau data pengguna Coinbase milik apa pun,” katanya kepada CoinDesk.

Coinbase Tracer, yang sebelumnya dikenal dengan nama Coinbase Analytics, juga pernah tersandung kontroversi. Tim eksekutifnya ternyata pernah bekerja di startup yang menjual spyware ke sejumlah pemerintahan, salah satunya Arab Saudi, saat Coinbase mengakuisisi perusahaan intelijen blockchain Neutrino pada 2019.