Komisi Sekuritas dan Bursa AS Ikut Selidiki Ambruknya Terra

Share :

Portalkripto.com — Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) ikut menyelidiki insiden runtuhnya stablecoin TerraUSD (UST). Menurut sumber anonim kepada Bloomberg, SEC tengah mencari tahu apakah Terraform Labs telah melakukan pelanggaran dalam memasarkan stablecoin algoritmiknya.

SEC juga menyelidiki apakah Terraform Labs melanggar peraturan perlindungan investor sebelum Terra runtuh. Namun, Terraform Labs mengatakan kepada Bloomberg dalam sebuah pernyataan bahwa mereka tidak mengetahui adanya penyelidikan tersebut

Otoritas Korea Selatan juga sudah membuka penyidikan untuk mengetahui apakah Terraform Labs melakukan manipulasi harga UST. Penyidikan itu untuk mengetahui penyebab utama dibalik ambruknya Terra.

UST seharusnya bisa mempertahankan pasaknya dengan dolar AS di angka $1. Namun, tidak seperti stablecoin lainnya, UST lebih mengandalkan algoritma untuk bisa seimbang, tanpa ada jaminan mata uang fiat atau instrumen keuangan lainnya.

Terraform Labs memiliki Luna Foundation Guard (LFG), perusahaan nirlaba berbasis di Singapura yang bertugas untuk menjaga nilai pasak UST. Sejak Februari lalu, LFG telah membeli bitcoin dan kripto lainnya dalam jumlah besar untuk dimasukkan ke dalam cadangan guna memperkuat UST.

Jadi, jika terjadi guncangan pasak pada stablecoin UST dan harganya turun di bawah $1, LFG akan menggunakan cadangan Bitcoin itu untuk membeli kembali UST di pasar agar harganya kembali setara dengan dolar.

Namun skema ini ternyata tidak berhasil saat UST dan token LUNA terjun bebas pada 9 Mei lalu, dua hari setelah The Fed menaikkan suku bunga setengah poin. Insiden ini menyebabkan ekosistem Terra mengalami kerugian miliaran dolar.

Kasus Do Kwon dan Mirror Protocol

Pada Kamis kemarin, Pengadilan Banding Distrik AS mengeluarkan keputusan terkait kasus yang menjerat CEO Terraform Labs Do Kwon dan Mirror Protocol pada 2021.


Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya:

Tak ada yang Lebih Banal Dari DOGE, Lelucon Bernilai Puluhan Milyar Dollar

Jamaika Menjadi Negara Pertama yang Melegalkan CBDC Sebagai Alat Pembayaran

Sah, Jepang Negara Besar Pertama yang Punya Aturan Penggunaan Stablecoin


Pengadilan meminta Kwon untuk mematuhi panggilan SEC. Kwon juga diminta untuk menyerahkan dokumen dan memberikan kesaksian terkait tudingan telah menjual sekuritas yang tidak terdaftar melalui Mirror Protocol.

Mirror Protocol adalah platform perdagangan non-custodial yang memungkinkan penggunanya untuk memperdagangkan aset Mirrored, atau mAssets, sebagai versi sintetis dari saham seperti Tesla dan Apple.

Kwon telah secara resmi dipanggil oleh SEC pada September 2021 saat menghadiri konferensi di New York. Namun, Kwon menolak hadir dan justru menyebut SEC telah melanggar aturan Undang-Undang (UU) Prosedur Administratif dengan melakukan panggilan terhadap individu.

Kwon juga memperdebatkan yurisdiksi Pengadilan Banding Distrik AS atas kasus tersebut karena menurutnya Terraform Labs tidak memiliki banyak aktivitas di AS. Pada Februari, Pengadilan Banding Distrik AS menegaskan mereka memiliki yurisdiksi atas Terraform Labs dan Kwon.

Pengadilan bahkan memutuskan bahwa panggilan SEC terhadap Kwon tidak melanggar hukum. SEC juga dapat menyelidiki Terraform Labs sebagai sebuah entitas perusahaan.

SEC mulai membuka kasus Terraform Labs dan Mirror Protocol pada Mei 2021, berdasarkan petisi yang diajukan pada Oktober 2020. SEC mengirim email kepada Kwon untuk meminta kerja sama dan sukarela dalam proses penyelidikan, yang kemudian ditolak Kwon.

Selain runtuhnya ekosistem Terra senilai $40 miliar, Kwon dan Terraform Labs juga telah menghadapi tuduhan penggelapan pajak dan manipulasi pasar kripto di Korea Selatan. Media lokal melaporkan pada 30 Mei 2022 lalu, Terraform Labs juga terjerat kasus pencucian uang.