Portalkripto.com — Otoritas Korea Selatan telah membuka penyidikan terhadap Terraform Labs dalam kasus ambruknya token LUNA dan stablecoin Terra USD (UST). Media lokal JTBC melaporkan, seluruh karyawan Terraform Labs yang terlibat dalam pengembangan awal ekosistem Terra pada 2019, telah dipanggil untuk menjadi saksi.
Seorang saksi dilaporkan telah mengungkapkan fakta bahwa tim Terra juga meragukan desain stablecoin algoritmik UST sejak awal, karena UST tidak dipatok ke jaminan yang lebih stabil.
Tim juga mengklaim telah memperingatkan pendiri dan CEO Terraform Labs Do Kwon bahwa mekanisme algoritmik yang dirancang untuk melindungi pasak UST terhadap dolar AS ada kemungkinan gagal. Namun, Kwon tetap meluncurkan stablecoin tersebut.
“Bahkan pada saat itu, ada peringatan internal bahwa bisa terjadi keruntuhan kapan saja, tetapi CEO Kwon Do-hyeong memaksa koin itu untuk diluncurkan,” kata saksi, dilaporkan Decrypt.
Menurut laporan itu, penyidikan dilakukan oleh tim investigasi kejahatan keuangan dan sekuritas dari Kantor Kejaksaan Distrik Selatan Seoul. Penyidik tengah mencari tahu kemungkinan adanya manipulasi harga token yang disengaja dan apakah token tersebut telah melalui prosedur trading yang tepat.
“Pada titik ini, tidak ada pilihan lain selain runtuh karena (Terra) tidak dapat menangani pembayaran bunga dan fluktuasi nilai,” kata pihak berwenang, dikutip Cointelegraph.
Jelajahi Artikel Lain:
Bitcoin Masuk Fase Akumulasi, Holder Jangka Panjang Masih Bertahan
LUNA 2.0 Dicetak 1 Milyar Token, Berapa Harga Awalnya?
Sebelumnya, investor Terra mengajukan gugatan class action terhadap Do Kwon dan salah satu pendiri Terraform Labs Shin Hyun-seung pada pertengahan Mei lalu.
Para investor itu dilaporkan kehilangan dana simpanan senilai $44 juta setelah LUNC merosot 99% dan UST kehilangan pasaknya dengan dolar AS.
Menurut beberapa laporan, Terraform Labs yang merupakan perusahaan berbasis di Singapura, menutup cabangnya di Korea Selatan beberapa bulan sebelum LUNC dan UST runtuh. Sejumlah spekulasi mengatakan, Kwon melakukan hal itu untuk menghindari pajak.
Badan Pajak Nasional Korea Selatan akhirnya menghukum Terraform Labs dan salah satu pendirinya dengan denda $78 juta atas upaya penghindaran pajak.
Pada 28 Mei 2022 lalu, Terraform Labs resmi meluncurkan kembali rantai baru yang dinamai Terra 2.0 dengan token LUNA, dengan tujuan untuk menghidupkan kembali ekosistem Terra. Blockchain ini tidak terikat dengan stablecoin.
Exchange kripto besar seperti Binance dan FTX mengatakan, mereka siap bekerja sama dengan tim Terra untuk membagikan airdrop kepada pemilik token yang terkena dampak ambruknya Terra.
Namun token baru LUNA anjlok hingga 70% tak lama setelah diluncurkan. LUNA yang awalnya berada di level $ 19,54, langsung jatuh ke $ 3,63 dalam beberapa jam ke depan.
Token ini kemudian kembali melonjak dan kini diperdagangkan di angka $9.73 atau naik 67.08% dalam 24 jam terakhir berdasarkan data CoinmarketCap.