Pengembang Ethereum Tangguhkan Aktivasi ‘Difficulty Bomb’ Selama Dua Bulan

Share :

Portalkripto.com — Para pengembang inti jaringan Ethereum melakukan pertemuan pada Jumat pekan lalu dan memutuskan untuk menangguhkan aktivasi ‘difficulty bomb’, yang merupakan katalis penting dalam proses migrasi jaringan Ethereum dari konsensus proof-of-work ke proof-of-stake.

‘Difficulty Bomb’ adalah kode yang jika diaktifkan, bisa menambah tingkat kesulitan dalam memvalidasi transaksi di blockchain sehingga proses penambangan blok baru oleh validator menjadi lebih lama. ‘Difficulty bomb’ bahkan bisa sampai membuat validator tidak dapat menambang Ethereum.

‘Difficulty bomb’ ini sudah ditanam dalam kode Ethereum pada 2015 sebagai langkah untuk memaksa validator menerima penggabungan jaringan Beacon Chain dengan mainnet Ethereum.

Pada 8 Juli 2022 lalu, Etherum berhasil melakukan penggabungan dengan jaringan testnet Ropsten, yang menjadi testnet terakhir sebelum penggabungan Beacon Chain dengan mainnet Ethereum.

Usai melakukan penggabungan dengan testnet itu dan mengatasi bug yang muncul setelahnya, developer Ethereum mengeluarkan proposal EIP-5133 untuk menangguhkan aktivasi ‘difficulty bomb’ hingga Agustus 2022. Penangguhan ini merupakan yang kelima kalinya.

“Singkatnya, kami menyetujui penangguhan ‘difficulty bomb’. Kami menargetkan penundaan 2 bulan dan pembaruan akan dirilis pada akhir Juni,” cuit pengembang utama Ethereum, Tim Beiko, di Twitter, dikutip Decrypt.

Keputusan ini membuat orang bertanya-tanya mengingat pendiri Ethereum Vitalik Buterin dan pengembang inti Ethereum, Preston Van Loon, mengungkapkan penggabungan Beacon Chain dengan mainnet Ethereum akan dilakukan pada Agustus tahun ini.

“Jika semuanya berjalan sesuai rencana,” kata Van Loon bulan lalu di sebuah konferensi.

Proposal EIP-5133 yang baru dikeluarkan juga masih mengatakan bahwa penggabungan ditargetkan terjadi sebelum pertengahan Agustus 2022.

Bagaimana cara kerja ‘difficulty bomb’?

Ethereum, platform smart contract terbesar, akan bermigrasi dari mekanisme konsensus proof-of-work (PoW) ke model konsensus proof-of-stake (PoS) yang seharusnya membuat blockchain itu menjadi jauh lebih efisien dan hemat energi.

Ethereum saat ini didukung oleh validator (atau penambang) yang menggunakan komputer dalam jarak jauh untuk memecahkan kode matematika yang rumit guna mencatat dan memverifikasi transaksi, seperti pada blockchain Bitcoin.


Kamu Bisa Baca Artikel Lain:

Pasar Kripto Anjlok, Harga Dasar NFT Terdampak

Celsius Diduga Pindahkan Aset $320 Juta ke FTX Sebelum Jaringannya Dihentikan

Total Kapitalisasi Pasar Kripto Anjlok, Terendah Sejak Februari 2021


Setelah penggabungan Beacon Chain dengan mainnet Ethereum, validator hanya tinggal melakukan staking koin untuk mengonfirmasi transaksi. Namun, ada kekhawatiran beberapa validator mungkin akan menolak mekanisme konsensus proof-of-stake.

Untuk mencegah hal itu terjadi, ‘difficulty bomb’ akan diaktifkan untuk menambah tingkat kesulitan blok secara eksponensial dari waktu ke waktu. Jika ‘difficulty bomb’ terus diaktifkan, validator akan semakin sulit menambang transaksi baru sehingga mekanisme konsensus proof-of-work di Ethereum bisa dengan terpaksa diakhiri.

Namun di sisi lain, ‘difficulty bomb’ yang diaktifkan di waktu yang salah bisa menghentikan penggabungan Beacon Chain dengan mainnet Ethereum, sebelum prosesnya selesai. Hal ini dinilai bisa mengarah pada bencana.

Nilai Ethereum Anjlok

Ethereum (ETH), kripto terbesar kedua berdasarkan kapitalisasi pasar, mencatatkan penurunan hingga dua digit dalam sepekan terakhir, yakni sebesar 28,91%. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor ekonomi makro, di antaranya penurunan saham teknologi dan merosotnya Indeks Harga Konsumen (CPI).

Penggabungan dengan testnet Ropsten pekan lalu juga tidak berdampak apa-apa. ETH tercatat turun 69% dari level tertinggi sepanjang masa di $4.891,70 pada November 2021, menurut CoinMarketCap.