Portalkripto.com — Korea Selatan mengumumkan saat ini tengah merancang pembentukan Komite Aset Digital. Menurut media lokal NewsPim, komite ini akan diluncurkan paling lambat pada awal Juli 2022.
“Peluncuran Komite Aset Digital akan segera dilakukan setelah pelantikan Ketua Komisi Jasa Keuangan (FSC) yang baru,” kata seorang pejabat pemerintah kepada media lokal itu, dikutip Decrypt.
Presiden Korea Selatan yang baru terpilih Yoon Suk-yeol belum menunjuk calon untuk menggantikan Ketua FSC Koh Seungbeom. Penunjukkan ketua baru diperkirakan akan dilakukan dalam beberapa pekan ke depan. FSC merupakan regulator keuangan utama di Korea Selatan.
Komite Aset Digital bertugas untuk membuat rekomendasi kebijakan, termasuk menentukan kriteria kripto baru yang bisa terdaftar di bursa, mengatur jadwal ICO (initial coin offerings), dan menegakkan perlindungan investor sebelum Digital Asset Basic Act (DABA) resmi diberlakukan.
DABA adalah paket kebijakan kripto yang ingin diperkenalkan oleh Presiden Suk-yeol tahun depan. Isinya merupakan regulasi terkait kripto yang bersifat lebih permanen.
Komite Aset Digital memiliki tanggung jawab yang lebih besar daripada Komite Khusus untuk Aset Virtual (SCVC) yang sudah dimiliki oleh Korea Selatan sebelumnya.
“Sebuah kementerian harus dibentuk untuk melindungi investor aset digital dengan perlindungan yang sama dengan investor saham,” ujar Hwang Seok-jin, anggota SCVC yang juga seorang profesor di Universitas Dongguk.
Jelajahi Artikel Lain:
Marc Andreessen: Web3 Seperti Internet di Awal Kemunculannya di 1990-an
DePay, Plugin WordPress untuk Donasi Kripto Baru Diluncurkan
Hwang Seok-jin juga membandingkan volume perdagangan mata uang kripto harian di negara itu dengan bursa saham KOSDAQ. Ia menyarankan, industri kripto harus diperlakukan dengan cara yang sama seperti ekuitas tradisional.
“Hingga akhir tahun lalu, jumlah transaksi harian aset virtual mencapai 11,3 triliun won ($9,1 miliar), yang senilai dengan transaksi harian KOSDAQ, tetapi tidak ada perlindungan investor karena kurangnya sistem,” ungkapnya.
Rencana ini muncul setelah kejatuhan ekosistem Terra pada bulan Mei lalu. Korea Selatan, negara kelahiran sang pendiri Terra, Do Kwon, juga sebelumnya telah membuka penyidikan kasus ambruknya Terra yang telah merugikan banyak investor di negara itu.
Saat ini lima bursa kripto terbesar di Korea Selatan, yakni Upbit, Bithumb, Coinone, Korbit, dan Gopax, tengah bekerja sama untuk mencegah terjadinya kekacauan seperti yang dialami Terra. Namun, tingginya jumlah uang yang ditransaksikan di bursa kripto membuat pemerintah Korea Selatan merasa perlu untuk campur tangan.