Vitalik Buterin: Perusahaan Metaverse akan Gagal Termasuk Facebook

Share :

Portalkripto.com — Pencipta Ethereum, Vitalik Buterin, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mengembangkan konsep metaverse akan menemui kegagalan karena konsep tersebut terlalu dini untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh publik.

Hal tersebut ia sampaikan dalam utas di Twitternya saat membahas masa depan matevrese.

“Kami belum benar-benar tahu definisi ‘metaverse’, masih terlalu dini untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan orang,” cuit Buterin. Secara khusus pria berusaia 28 tahun itu mengkritik Meta yang didirikan oleh Mark Zuckerberg.

Meski, Buterin mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Zuckerberg sebagai inovasi yang tidak terelekan dalam teknologi saat ini. Namun dia mengatakan tidak tertarik dengan apa yang akan dilakukan oleh Zuck. “Jadi, apa pun yang dibuat Facebook sekarang akan gagal,” lanjutnya,

Metaverse sering digambarkan sebagai evolusi internet yang berpusat pada dunia 3D yang imersif dan komunitas online tempat dimana orang berinteraksi dengan menggunakan headset realitas virtual.

Dalam perkembangan terkini tentang bagaimana metaverse akan dibuat ada perbedaan pendapat antara perusahaan pembuat metaverse dengan platform terdesentralisasi yang dikembangkan oleh teknologi blockchain.

Baru-baru ini, sekelompok perusahaan Web3 bersama-sama merumuskan dan menetapkan standar untuk metaverse sebagai perusahaan. Hal ini membuat perusahaan teknologi seperti Microsoft, Meta, dan Sony membuat aliansi tersendiri.


Kamu Bisa Baca Artikel Lain:

Dimodali Komunitas, Pengembang NFT BAYC Luncurkan Situs Berita

Sudah Rugi, Metaverse Milik META Digugat Atas Dugaan Monopoli

Akankah The Merge Ethereum Berimbas pada Kenaikan Harga ETH?


Sandbox saat ini adalah salah satu proyek metaverse Web3 paling populer. Sementara Yuga Labs yang menciptakan Bored Ape Yacht Club (BAYC) sedang dalam tahap awal proyek game metaverse-nya sendiri. Begitu juga Otherside, baru memasuki fase demo tampilan pertama dari dunia virtual itu.

Istilah metaverse pertama kali muncul dalam sebuah novel fiksi ilmiah berjudul “Snow Crash” yang ditulis oleh Neal Stephenson pada tahun 1992. Istilah menggambarkan sebuah alam semesta yang diciptakan komputer yang disampaikan kepada penggunanya melalui seperangkat kacamata dan earphone.

Facebook yang mengubah namanya menjadi Meta menjadi perusahaan teknologi terdepan yang paling getol mengembangkan metaverse. Rebranding itu diikuti dengan mengakuisisi Oculus pada 2014, sebuah perusahaan yang memproduksi headset VR dengan penekanan pada game, senilai $2 miliar.

“Saya percaya metaverse adalah babak selanjutnya untuk internet,” kata Zuckerberg tahun lalu.

“Hari ini, kami (facebook) terlihat sebagai perusahaan media sosial, tetapi dalam DNA kami, kami adalah perusahaan yang membangun teknologi untuk menghubungkan orang dan metaverse adalah berikutnya,” lajut dia.

Namun perkembangan Meta tidak berjalan mulus. Dalam laporan pendapatan terbarunya, meteverse milik Meta yang berada di bawah divisi khusus Facebook Reality Labs (FRL) merugi $2,81 miliar pada kuartal kedua. Tahun lalu, FRL menghabiskan dana sebesar $10,2 miliar untuk mengembangkan perangkat lunak, teknologi, dan konten untuk metaverse.

Zuckerberg mengatakan usaha untuk mengembangkan metaverse memang sangat mahal tapi dia optimis suatu saat nanti metaverse akan memainkan peran penting dalam kehidupan manusia.