Portalkripto.com– Tanggal 22 Mei 2010 menjadi hari yang bersejarah bagi perkembangan mata uang kripto, khususnya Bitcoin (BTC). Di hari itu, seorang ilmuwan komputer bernama Laszlo Hanyecz, di Amerika Serikat berhasil menukarkan 2 loyang pizza seharga US$ 25 dengan 10000 Bitcoin.
Hari itu merupakan pertama kalinya Bitcoin dijadikan alat transaksi. Jika Lazszlo membeli pizza dengan harga 10.000 Bitcoin saat ini (harga 1 Bitcoin= Rp 800 juta) artinya ia telah membayar untuk dua loyang pizza seharga Rp 8 triliun.
Saat transaksi pizza itu dilakukan, harga Bitcoin masih sekitar US$ 0,008 per keping, kalau dikalikan dengan rata-rata kurs dolar terkini jumlah itu setara dengan Rp 112 per keping Bitcoin.
Nah, bagaimana sih sejarahnya harga Bitcoin ini bisa melonjak sangat tinggi dalam kurun waktu 10 tahun?
Lonjakan harga BItcoin terjadi setelah satu tahun pembelian pizza oleh Laszlo. Pada tahun 2011 tersebut lonjakan pertama Bitcoin terjadi, dari yang awalnya hanya seharga US$ 1, naik menjadi US$ 31. Meskipun harga tersebut tak bertahan lama, harga Bitcoin kembali turun menjadi satu digit kembali.
Dua tahun kemudian, pada April 2013, harga Bitcoin mencapai puncak tertingginya, yakni $ 200. Tahun 2013 tampaknya menjadi tahun paling krusial bagi pertumbuhan harga BTC, karena di bulan November, Bitcoin menginjak harga US$ 1000.
Kemudian, di tahun 2017, harga kembali meroket menjadi US$ 10 ribu perkeping Bitcoin. Masih di tahun 2017, tepatnya di bulan November, Bitcoin kembali melonjak, saat itu, harganya mencapai US$ 13.000.
LIHAT JUGA: Tren Bitcoin Terus Meroket, Jauh Meninggalkan Emas
Periode Terburuk
Rentang tahun 2017-2018 merupakan masa terburuk bagi Bitcoin. Di akhir tahun 2017, harga Bitcoin menginjak harga tertingginya yakni US$ 13 ribu. Namun, kekacauan tiba setahun berikutnya. Di tahun 2018 BTC mengalami musim koreksi secara maraton sepanjang tahun. Dan puncaknya, di akhir tahun 2018 harga Bitcoin anjlok sangat dalam, hampir 90%.
Kehancuran harga Bitcoin tersebut disebut sebagai masa terburuk bagi aset investasi. Kejadian tersebut lebih mengenaskan dibandingkan dengan kasus Dot-Com Bubble tahun 1990.
Pergerakan Bitcoin setelah mengalami fase terburuknya itu berangsur membaik di tahun-tahun berikutnya. Periode 2020-2021 merupakan periode emas bagi aset terbesar di dunia ini.
http://
Find more statistics at Statista
Lonjakan pertama Bitcoin terjadi di Oktober 2020, di mana saat itu BTC mencatatkan harga tertingginya setelah fase terburuk (2017-2018). Berdasarkan data dari Statista, bulan Oktober 2020 menjadi tonggak kenaikan Bitcoin sampai hari ini, yang harganya sudah menginjak US$ 60 ribu atau setara dengan Rp 860 juta.
LIHAT JUGA:
Mengapa Harga Bitcoin bisa Naik?
Peningkatan harga Bitcoin dari masa ke masa ini disebabkan oleh banyaknya permintaan dari pasar. Artinya banyak yang menjadikan Bitcoin sebagai alat investasi.
Meskipun, hingga saat ini BTC dan aset crypto lainnya masih dianggap sebagai instrumen investasi yang beresiko, namun peminatnya malah naik.
Hal itu lah yang menyebabkan harga Bitcoin terus-terusan naik. Ditambah sejumlah sentimen positif dari perusahaan besar dan institusi yang mulai percaya pada aset ini. Perusahaan macam Tesla, MicroStrategy, Meitu, dan lainnya sudah mulai melirik Bitcoin sebagai aset investasi.
ARTIKEL TERKAIT:
Volume Pasar Saham Korea Selatan Hampir Tersaingi Oleh Lonjakan Transaksi Bitcoin
Survey JPMorgan: Pembelian Bitcoin oleh Investor “Eceran” Meningkat Drastis
UNTUK ANALISA DAN TEKNIKAL KRIPTO KLIK INI
Disclaimer:
Perdagangan atau investasi digital asset atau mata uang kripto (Bitcoin, Ethereum, dll) merupakan aktivitas beresiko tinggi. Sebelum memutuskan untuk mulai berinvestasi ketahui dulu resikonya. Perdagangan Digital Asset sebaiknya dilakukan pada platform exchange yang terdaftar di Bappebti.
Kami tidak memaksa Anda untuk membeli atau menjual aset digital ini, sebagai investasi, atau aksi mencari keuntungan. Pahami dulu lebih dalam sebelum memutuskan berinvestasi mata uang kripto.