Portalkripto.com — Pendiri Ethereum Vitalik Buterin mengkritik model stock-to-flow (S2F) yang digunakan untuk memprediksi harga Bitcoin. Ia bahkan menyebut model tersebut berbahaya jika digunakan.
Pada Selasa lalu, Buterin membalas cuitan salah satu pendiri Ethhub, Anthony Sassano, yang menyebut banyak kegagalan yang dihasilkan oleh model S2F. Buterin menyetujuinya dan mengatakan model tersebut tidak bagus untuk digunakan sekarang.
“Saya tahu tidak sopan untuk menertawakannya, tetapi saya pikir model keuangan yang memberikan kepastian dan masa depan yang salah terkait kenaikan nilai (Bitcoin), itu berbahaya dan pantas ditertawakan,” tulis Buterin.
Stock-to-flow is really not looking good now.
I know it’s impolite to gloat and all that, but I think financial models that give people a false sense of certainty and predestination that number-will-go-up are harmful and deserve all the mockery they get. https://t.co/hOzHjVb1oq pic.twitter.com/glMKQDfSbU
— vitalik.eth (@VitalikButerin) June 21, 2022
Stock-to-flow atau S2F merupakan metode yang digunakan memprediksi harga Bitcoin di masa depan berdasarkan jumlah relatif pasokan yang beredar terhadap jumlah koin yang ditambang setiap tahun.
Jumlah koin yang ditambang diketahui menurun 50% setiap empat tahun melalui mekanisme yang dikenal dengan sebutan ‘halving’. Namun, metode tersebut dirasa kurang tepat digunakan untuk mengukur harga cryptocurrency atau Bitcoin. Karena, metode analisis ini lazim digunakan untuk menganalisis harga emas dan logam mulia.
Dengan ekosistem dan pola pasar yang berbeda dengan pasar emas dan aset lainnya, untuk mengukur harga masa depan cryptocurrency perlu menggunakan metode lain.
Kamu Bisa Baca Artikel Lainnya:
Penurunan Harga Bitcoin Saat ini Normal, Berikut Penjelasannya
WeChat Larang Penggunaan Akun yang Terkoneksi ke Kripto dan NFT
Stablecoin Algoritmik Milik Tron Terus Alami Depegging Usai Turun ke Titik Terendah
Model ini dikembangkan oleh seorang analis kripto dengan akun Twitter ‘PlanB’. S2F memprediksi Bitcoin dapat naik hingga $288.000 pada akhir 2024.
Bitcoin yang pasokannya terbatas seperti emas, dinilai terus mengalami peningkatan nilai di masa depan. Namun, tren untuk tahun ini agaknya berbeda karena kripto terbesar itu tidak pernah menyentuh $100.000 seperti yang sudah diproyeksikan sebelumnya.
S2F memprediksi, pada 2022 Bitcoin akan berada dalam kisaran $100.000 dan $110.000. Nyatanya, runtuhnya pasar justru membawa Bitcoin ke level terendah dalam 18 bulan terakhir, yakni di bawah $20.000 pada minggu lalu. Bukti ini menimbulkan keraguan terhadap akurasi prediksi dari model S2F.
Menanggapi kritik Buterin, PlanB di Twitter mengklaim, model S2F berhasil digunakan dari Maret 2019 hingga Maret 2022. Namun, menurutnya kondisi kali ini berbeda karena BTC tengah terjun bebas, meski ia yakin nilainya akan kembali naik.
Prediction is hard, especially the future. EMH even says predicting financial markets is impossible. For who is still interested in models, here are 5 BTC valuation models:
– Time (log regression, rainbow) and S2F too high
– UTXO/TX too low
– Difficulty/Mining_cost currently best pic.twitter.com/9FYCbWmbp7— PlanB (@100trillionUSD) June 21, 2022
PlanB mengatakan, runtuhnya pasar kripto membuat beberapa orang mencari kambing hitam untuk proyek mereka yang gagal atau salah membuat keputusan investasi.
“Ingat mereka yang menyalahkan orang lain dan mereka yang berdiri tegak setelah jatuh,” ujar PlanB.